Kau…
Seperti ku terngiang
dalam ingatan ketika namamu disebut, kau hadir bagai embun menyapa mentari dan
pergi seperti senja tinggalkan keindahan. Tak dapat ku lukiskan cerita
tentangmu, sebab kata tak mampu untuk merangkainya. Bongkahan hati yang terluka
dimasa lalu itu, kini sekarang tlah sedikit berubah dengan adanya kau disini. Kau
indah bukan hanya memikatku, namun juga membuatku merasa tidak akan pernah
ingin pergi sebab memang dirimulah yang kini menjadi penghuni hati.
Dan hanya kaulah
satu-satunya.
Perjumpaan itu
kini hanya menanggalkan kerinduan, tentangmu yang tak pernah ku bisa rangkaikan
kata ataupun bait puisi yang indah. Sebab kau bukanlah tulisan, kau benar
adanya dan aku adalah pengagummu. Tentangmu, ku merasakan keindahan bukan
ketika ku menulisnya dalam Diary-ku
bukan juga saat didekatmu, terlebih hal itu kurasakan dari cakap katamu yang
mengertikan sikap angkuhku.
Entah seperti
apa yang harus ku katakan pada diriku sendiri, mengenalmu hingga saat ini
adalah pilihan. Beberapa kali ku coba tuk memaksa diriku sendiri mencegah dari
perasaan yang tak seharusnya ada. Namun sialnya diriku, justru terjebak dari
rasa itu. Rasa yang menggebu sejak dulu
dari masa lalu. Aaaaarrrgghh….
Dunia ini terasa
semakin sempit saja, merindukanmu yang tak mudah lagi untuk ku jumpa. Aku bahkan
hampir lupa dengan wajahmu. Iyah, maaf. Bukan karna ingin melupakanmu, tetapi
ini tentang rindu yang mulai bertanggal. Ouuh Dear, jika kau tau ini. Maukah dirimu
menemuiku diujung jalan itu, dimana pertama
kali kita bertemu?.
Ah, tapi itu hanya
terlontar dalam persembunyian tanda tanya dalam diriku. Nyatanya dirikupun tak
mampu mengatakannya.
Dear..
Bertanggal kerinduan
ini, aku memintamu bersama doa. Entah sebagai penawar rindu yang semakin hari semakin
menggebu atau sekedar hanya ingin menenangkan hatiku. Ini takkan pernah
menghabiskan waktuku untuk menjadi pengagum rahasiamu. Karna kau akan tetap
terkenang bersama rindu yang membalut kelabu. Meski mentari dan senja selalu
berlalu bergantian, hingga tak mampu lagi kuhitung malam.
Memang aku
merindumu, merindu dan mendambamu sebagai sesuatu yang tak ku temukan pada
siapapun. Tak peduli kau mengingatnya atau tidak, sebab yang terpenting untukku
hanya ku harap setiap doa dalam sujud pada shalatmu, kau jua tak pernah luput menyebutku menjadikan aku bagian dari doa-doamu hingga Allah menjadikan kau dan
aku adalah kita.
Diujung jalan
ini, bersamaan gitar yang ku petik dibawah lampu pijar..
“….. Bila musim berganti
Sampai waktu terhenti
Walau dunia membenci
Ku kan tetap disini..
Bila habis sudah waktu ini
Tak lagi berpijak pada dunia,
Karna telah ku habiskan sisa hidupku hanya
untukmu..
Bila habis sudah cinta ini
Tak lagi tersisa untuk dunia,
Karna telah ku habiskan sisa cintaku hanya
untukmu…”
(-Virgoun, Surat Cinta untuk Starla-)
-Rene Usshy-
-Rene Usshy-
"kau jua tak pernah absen menyebutku menjadikan aku bagian dari doa-doamu"
BalasHapuskalau absennya di ganti dengan "luput" kayaknya lebih dapet deh feelnya hehehe...
Hhehe iya yah, trimaksih bang sudah diingatkan.
HapusAlhamdulillah, ada yg ngoreksi juga... HIhihi
lagunya suka saya nyanyiin inih... hihi
BalasHapusCiee... Yuk bang, duet haha
Hapus