Dalam secerca harap bernama kisah, ia menitah seakan mengeja. Pada buaian waktu yang berbisik lirih, menjelma simfoni yang menyentuh hati. Rona pipinya memerah, namun matanya tersampul lemah.
Ia tak bersuara, meski mulut teriak menuntut cerita. "Bisakah sua tanpa perlu meminta?" Seakan menggema, bak gong dalam gua. Ia menjerit, sisakan derai air mata. Yang kini terbiarkan mengalir tanpa cela.
Tetesnya tak pernah berujung, hanya menyisakan sesak yang kini melukai hati. Jemarinya menari di atas meja yang sepi, seakan ketukannya meminta arti. Tapi hanya hening, seorang diri menepis sunyi. Oh Duhai ....
Bisakah rasa, tak pernah menggebu, sama seperti sebelumnya. Kala hadirnya tanpa pernah diminta. Lalu mengapa perginya, menyisakan bekas yang tak dapat dimengerti artinya. Bisakah hanya biasa saja, tanpa cela kecewa yang mengendap sesakkan dada.
Sebuah asa kini benar-benar mati, meninggalkan memori pada palung hati. Bisakah ia merasakan, bahwa jeritan itu terus mengiang di daun telinganya. Matanya sendu berpura-pura bahagia, seakan menyusun rencana yang sungguh paripurna.
Haruskah berakhir sebuah penantian, setelah lara meringis sendu untuk kesekian. Pilu, menyayat sendu pada kidung kebekuan. Sampai kapan harus tangisi rindu yang tak berbalas?
#ProsaLiris
Jangan melihat kebelakang untuk mencaci kenangan. Berjalanlah dan lakukan yang terbaik saat ini.
Kamis, 31 Mei 2018
Sabtu, 19 Mei 2018
Rangkuman The Amazing Canary Series
The Amazing Canary Series merupakan kumpulan
kisah-kisah imajinatif dari hewan-hewan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah buku
yang sangat menarik dan mengandung nilai-nilai moral, baik untuk pendidikan
karakter anak-anak.
Dalam sebuah film, The Amazing Canary Series ini
terangkum dalam sebuah film “Pada Zaman Dahalu” yang tayang di salah satu
stasiun televisi swasta.
Cerita yang ditampilkan dalam buku ini, tidak hanya
sebagi media untuk melatih anak-anak terampil dalam membaca, namun juga
mengajarkan akhlak atau perilaku yang baik.
Duabelas cerita yang dimulai dengan ‘Angsa berleher
Panjang, Gajah bermata Kecil, Musang dan Ayam Jantan, Ular tidak Berkaki,
Kelinci berekor Pendek, Ayam selalu Mengais, Bangau berbadan Kurus, Burung
berwarna-warni, Semut berpinggang Ramping, Tempurung Kura-kura Retak, Kelelawar
terbang Malam, dan terakhir ada Gagak berbulu Hitam’.
Duabelas cerita yang dikemas dengan bahasa yang
sederhana, tertulis dengan 2 bahasa. Inggris dan Indonesia. Duabelas cerita
yang dapat ditauladani pada setiap pesan
moral yang ingin disampaikan.
Misal pada cerita Semut berpinggang Ramping, tersabab
hujan lebat yang tak kunjung reda yang akhirnya menyebabkan banjir. menyebabkan
para rakyat dan raja semut berpindah pada tempat yang lebih tinggi dengan hanya
membawa perbekalan yang dapat dibawa secara minim. Namun hujan terus turun, tak
kunjung surut. Sementara persediaan makanan semakin menipis, akhirnya sang raja
semut memiliki ide untuk mengikat pinggangnya dengan seutas tali berharap dapat
menahan rasa laparnya, lalu teratasi. Ketika banjir telah surut, para rakyat
semut dan sang raja membuka seutas tali dipinggangnya, yang membuat semua semut
terkaget karena pinggangnya ramping.
Namun, apa yang dikatakan sang raja ketika rakyat
semut bertanya mengapa pinggangnya ramping? Ia menjawab, “Just
accept it as our fate. Let our waist be like as long as we can survive the
flood.” Iya, iya menjawab bahwa ini adalah takdir, tak mengapa pinggangnya
menjadi ramping asal selamat dari banjir.
Dari sini kita tahu, mengapa semut berpinggang ramping,
dan pesan moralnya adalah suatu masalah
dapat kita atasi jika menggunakan akal pikiran.
Untuk kamu, iya kamu. Buku ini mengajarkan bahwa semua
masalah memiliki jalan keluar, dan setiap keputusan yang di ambil selalu
memiliki resiko, dan sebuah resiko tergantung pada kalian yang ingin menerima
atau justru sebaliknya.
Sekali lagi, kita hanya perlu membuka mata, meresapi
dan memandang dengan terus berhusnudzhon. Sebagaimana Al Qur`an mengajarkan, Wa laa tai’su, janganlah berputus asa.
[QS. 12:87]. Laa yukallifullaaha nafsan
illaa wus`ahaa, Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. [QS. 2:286]
Salaam Literasi!
Bila Menulis adalah Membaca
Menulis adalah meremajakan
otak. Membiasakan diri dalam hal ini dapat membangun kreatifitas dan kinerja
otak menjadi prima. Tersabab otak menjadi produktif. Untuk sebagaian orang,
menulis adalah sebuah pekerjaan, dan sebagian yang lain, menulis adalah hobi. Apapun
alasannya, menulis adalah kinerja yang baik.
Maka wajar, apabila
orang-orang yang mendedikasikan diri dalam sebuah tulisan memiliki tingkat
kreatifitas yag tinggi. Literasi yang tinggi yang tentu diimbangi dengan kegiatan
membaca. Sebab seorang literasi sejati adalah ia yang mencerna teori dengan
membaca lalu mengembangkannya dengan menulis.
Bila menulis adalah membaca,
maka kreatifitas adalah kesungguhan. Adalah kepintaran, adalah wawasan. Dengan membaca
kita mendapat informasi baru, namun dengan menulis adalah mengunjungi tempat
baru. Maka tempat takkan terdeteksi tanpa ada sebuauh informasi. Sebagaimana menulis
tanpa membaca, akan menjadi buta.
Najwa Shihab, terkenal
tersabab sikap kritisnya terhadap situasi dan kondisi. Mengapa demikian? Sebab ia
pandai berliterasi, maka wajar ia ditetapkan menjadi Duta Literasi. Maka demikian
pula dengan seorang penulis, penulis yang pandai membaca adalah warisan
literasi. Penerus dan pejuang literasi.
Hal yang membuat saya sedih adalah
tingkat literasi masyarat Indonesia, menurut Study Central Connecticut State University yang berbasis di Amerika
Serikat, menduduki peringkat kedua paling bawah, 60 dari 61 negara. Oleh sebab
itu, komunitas One Day One Post (ODOP) menggagas kegiatan membaca ini dalam
bentuk Reading Challenge ODOP (RCO). Sebuah kegiatan tantangan membaca. Yang mana
kegiatan ini terbuka secara umum –untuk semua tingkatan ODOP-, di awali dengan standard
paling mudah, membaca minimal halaman yang sudah ditentukan para Penanggung
jawab atau biasa disebut PJ.
Hingga naik tingkatan, naik
pula tantangan. Semakin naik maka akan semakin terasa tantangannya. Baik secara
teori atau pun praktik. Terciptanya RCO ini, tak lain tak bukan demi untuk kelangsungan
lancarnya menulis, membuat tulisan lebih berkualitas, untuk menyerap ilmu-ilmu
baru yang dibaca hingga diplementasikan pada sebuah tulisan. Mendidik para
penulis bersikap kritis, dan berwawasan luas. Sayangnya, saat ini RCO hanya
sebuah kelas lanjutan sekaligus kelas pilihan setelah dinyatakan lulus ngeODOP.
Semoga next season, kelas ini dapat
masuk pada kelas awal, yang kemudian disesuaikan.
Reading challenge
ini benar-benar mengembalikan moody saya, secara garis statistic menjaga minat baca saya, kelak nanti saya dapat berbagi
kepada mereka dan mengatakan bahwa membaca memang membuka jendela dunia. Menjadi
penerus literasi dan dapat memajukan bangsa. Bersama komunitas ini, menggenggam
teguh menjadi penerus bangsa dengan meningkatkan minat baca.
You are what you read!
Yah, membaca akan menentukan diri kita, apa yang kita bicarakan dan apa yang
kita lakukan.
Tetaplah membaca, dan salam
Literasi!
#OneDayOnePost #RC-ODOP
Sabtu, 05 Mei 2018
Resensi Film vs Novel : Negeri 5 Menara
![Hasil gambar untuk negeri 5 menara](https://cdn.gramedia.com/uploads/items/9789792248616_negeri-5-menara-_cu-cover-baru_.jpg)
Sumber Gambar : Gramedia.com
“MAN JADDA WA JADDA, siapa yang bersungguh-sungguh ia
akan berhasil.”
Tagline yang tak asing lagi didengar, baik secara arti
maupun harfiah. Sepotong kalimat yang akhirnya menjadi booming bersamaan
tenarnya baik dalam film ataupun buku berjudul Negeri 5 Menara.
Sebuah buku dari trilogy Ranah 3 Warna dan Rantau 1
Muara. Yang ditulis oleh Ahmad Fuadi, pria kelahiran Danau Maninjau, yang tak
jauh dari kampung Buya Hamka.
Judul
: Negeri 5
menara
Pengarang : Ahmad Fuadi
Penerbit : PT Gramedia Pustaka
Utama
Tahun
terbit : Tahun 2009
Jumlah
halaman : XII + 423 halaman
Sebuah Novel fiksi yang dibalut begitu epic dan
religi. Perjalanan 6 orang sahabat yang berbeda pemikiran, mimpi juga daerah,
yang diketemukan dalam sebuah tempat bernama Pondok Madani. 6 orang yang
kemudian disebut sebagai Shohibul Menara. Karena kegemarannya duduk di bawah
menara Pondok Madani.
Keenam
tokoh tersebut adalah Alif Fikri yang berasal dari Padang, Atang yang berasal
dari Bandung, Raja dari Medan, Dulmajid yang berasal dari daerah Sumenep, Said
dari kota Mojokerto, dan terakhir Baso yang berasal dari sebuah daerah di
Sulawesi Selatan bernama Gowa.
Di awali cerita tentang Alif Fikri sebagai tokoh utama
yang telah berhasil menjadi wartawan di Washington DC. Cerita berawal ketika ia
mendapatkan pesan dari teman lamanya yang bernama Atang yang telah menjadi
orang sukses di Kairo. Ketika mendapatkan pesan tersebut, Alif teringat akan masa
lalunya di Maninjau dan Pesantren Madani bersama teman temannya.
Pada bab berikutnya menceritakan bagaimana Alif yang
tidak berani menolak permintaan ibunya walaupun hatinya meronta mahu menyertai
bidang impiannya bersama sahabatnya, Randai, untuk masuk sekolah SMA.
Dalam setiap bab pada novel ini, seperti membaca satu
episode. Sebab peristiwa yang terperinci juga diskripsi yang tajam. Sebuah novel
yang mengangkat isu pendidikan, memberi wawasan terhadap penilaian pesantren
yang orang bilang bahwa orang keluaran pondok hanya akan menjadi pemuka agama. Dalam
novel ini, justru adalah pembantahan daripada itu.
Sebuah novel sederhana yang jujur, sebab mengangkat
institusi sekolah agama ke kancah yang lebih tinggi, maka wajar apabila novel
ini mendapatkan penghargaan Nominasi Khatulistiwa Award 2010
dan Penulis Buku Fiksi Terfavorit 2010 versi Anugerah Pembaca Indonesia. Buku ini
pun tercetakk sebanyak 170000 eksemplar hanya dalam kurun waktu 2 pekan.
Dari
buku ini, kita akan dibawa pada suasana pondok dalam segala aktifitas yang
tentu bukan berkesan pada fisikal tetapi pada hati. Sebuah perjalanan tentang
sebuah keikhlasan baik belajar maupun mengajar. Sangat memberi aura positif
juga membuka mindset, baik dari segi film ataupun buku. Pada sisi buku, kita
akan di ajak pada gaya kepenulisan sang penulis dengan bahasa daerahnya.
This
is recommended for you!
Rabu, 02 Mei 2018
Pembuka Islam di Tanah Persia
Saat ini, istilah Persia sering merujuk kepada Iran;
Persia digunakan untuk isu sejarah dan kebudayaan, dan Iran digunakan untuk isu
politik. Bangsa yang kemudian hari mempoklamirkan diri sebagai Republik Islam
Iran.
Dari buku
karya Dr. Abdul Aziz bin Abdullah al-Humaidi, kita akan tahu bagaimana islam
berkembang di Persia, hingga kisah para mujahid yang berjuang di jalanNya demi
mengakkan Islam. Sedikit gambaran seperti berikut ini;
Isyarat Rasulullah s.a.w.
akan wafat dan terpilihnya Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti.
Rasulullah s.a.w. telah menunaikan amanah risalahnya
yang harus di sampaikan kepada umat manusia. Kemudian, Allah memberi pilihan;
apakah ingin tetap berada di dunia hingga masa tertentu atau segera berjumpa
dengan Allah SWT. Sebagaimana yang terdapat dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Bukhori dari Sais al-Khudri r.a, dia berkata, “Rasulullah s.a.w
berkhotbah dihadapan manusia. Beliau berkata, ‘Allah telah memberi pilihan pada
seorang HambaNya anata dunia (sementara) ataukah, degera dapat menemuiNya,
hamba itu lalu memilih segera berjumpa kepada Allah.”
Mendengar hal itu Abu Bakar menangis, orang-orang pun
kaget dengan tangisnya. Abu Bakar menangis karena dia paha dan sadar bahwa
hamba yang disebutkan oleh Nabi tersebut adalah Rasulullah saw sendiri. Kemudian
Rasulullah saw melanjutkan, ‘Sesungguhnya seorang yang memberi rasa aman bagiku
dalam persahaban atau harta adalah Abu Bakar. Seandainya aku diberi kekasih
selain Tuhanku, maka akan aku pilih Abu Bakar, tetapi cukuplah dalam
persahabatan dan kasih saynag dalam islam. Sungguh, tidak ada pintu masjid yang
tertutup, kecuali, pintu Abu Bakar (selalu terbuka).’”(HR. Bukhori)
Pesan itulah yang kemudian mejadi pijakan para sahabat
untuk meneguhkan Abu Bakar sebagai pengganti beliau sepeninggalnya. Yang kemudian
semua orang berbaiat kepada Beliau setelah sebelumnya dilakukan baiat kepadanya
di dalam Tsaqifah Bani Sa`idah.
Setelah Rasulullah saw wafat, Abu Bakar berkeinginan
melanjutkan apa yang menjadi cita-cita beliau, meski tak mudah memutuskan
pemberangkatan pasukan Usamah menyerbu Romawi karena baru saja ada sedikit
perselisihan terkait pengganti Rasulullah di kalangan Anshar. Namun, usulan muncul
dari Urwah bin Zubair untuk segera mengirimkan pasukan Usamah –mellihat banyaknya
terjadi aksi murtad suku-suku Arab ditambah lagi munculnya kaum munafik.
Musailamah al-Kadzab dan Thulaihah al-Asadi adalah contohnya. Pada masa ini,
akhirnya kaum murtad pun mampu diperangi. Pertempuran massif yang digagas oleh
Abu Bakar r.a menuai prestasi. Islam menjadi agama yang besar dan dianut pleh
penduduk semenanjung Arab.
Pengorbanan dan kepahlawanan yang dilakukan para
sahabat dalam melawan kaum murtad telah menjadikan kabilah-kabilah Arab tunduk
pada pemerintahan islam. Kemudian misi selanjutnya adalah menyebarkan islam ke
daerah yang lebih luas dan menghapus pemerintahan yang masih dinaungi system jahiliyah.
Umat islam sukses mencapai kegemilangan dalam
pemerintahan Abu Bakar dalam waktu kurang dari 1 setengah tahun, msaa yang
cepat dan sulit diraih umat-umat lainnya. Tentu, itu semua berkat pertolongan
Allah. Selain keteguhan Abu Bakar dan komandan-komandannya yang tangkas. Seandainya
jihad itu tidak digelorakan olehnya, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi
pada suku-suku dan kabilah-kabilah itu. tentu, mereka akan kembali kepada masa
jahiliyah dan salling berperang.
Pentingnya mengenal sejarah.
Dari sini kita akan tahu bahwa proses tidak pernah
mengkhianati hasil, sebagaimana ketangguhan pada sahabat dalam memerangi kaum
murtad yang akhirnya menjadikan semenanjung Arab tunduk pada pemerintahan Islam. Jika tanpa Abu Bakar,
maka tidak menjadi jaminan bahwa negeri ini pun menjadi negeri yang murtad. Na`udzubillah.
#tugasRCO3
#Tugas1level3
#OneDayOnePost
Langganan:
Postingan (Atom)
One More
“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7faDxttXVM1yoXRI-KQggPD2KYYyeuDf5I1sqBJB33J_HrFtPlW5zYuVaG3Uc2cSiuf47zE-EULYqvESnsl_cWW9Sr4RCmcF_fR8WAK1FQlMT5C21MV8scg1nkBCcsK5tnq5IUChMUona/s320/undangan+one+more.jpg)
-
“Saya sadar, saya masih terlalu hijau untuk menikah. Tapi saya lebih sadar, bahwa tanpa menikah, saat ini saya merasa tak kuat mena...
-
The Amazing Canary Series merupakan kumpulan kisah-kisah imajinatif dari hewan-hewan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah buku yang sangat m...
-
sumber gambar: One Day One Post Pada itungan waktu yang melerai, pijakan langkah bergumam hingga mengutip ejaan. “Nanti bertemu.”...