Sumber Gambar: diaryrose.wordpress.com
Hari demi hari
berlalu, tinggalkan sebuah kisah penuh tanya yang tersimpan di dada. Alea semakin menyadari, bahwa dirinya telah
benar-benar jatuh hati meski harapan untuk memilikinya adalah kesekian dari
inginnya.
Sesekali Alea ingin melepas
perasaannya yang semakin tak terkendali dengan dalih, hanya sebatas teman. Sebuah
pernyataan yang ia sendiri tak ingin mendengarnya, namun hanya itu alasan
satu-satunya untuk tetap berkomunikasi dengan Peuchan.
Suatu ketika, sebuah cerita memberi
kenyataan baru tentangnya, yang hampir membuat Alea tersungkur. Namun sekali
lagi, ia menegaskan dirinya jika itu adalah pilihannya dari cinta dalam diam
terhadap Peuchan. Ia menguatkan dirinya, memberanikan diri tuk bertanya
langsung, sebelum akhirnya ia lontarkan pertanyaan yang sebenarnya sebuah
interogasi.
“Cie … Siapa itu Kak?” ia memulai
pesannya dengan mengusili Peuchan.
“Yang mana? Aku gak ngerti.” Balasnya seolah
tak tahu.
“Itu tuh, yang tadi aku bilang.”
“Kamu tahu dari mana?”
“Tau ajalah.” Balasnya dengan emoticon senyum.
Sementara Peuchan hanya membalas
dengan emoticon kaget.
***
Sebuah pesan singkat setiap harinya,
mampu meredam sedikit rindu yang semakin sesak di dadanya. Namun kali ini,
sesuatu terasa berdesir dalam hatinya, sesuatu yang tak bisa di gambarkan
pedihnya. Sempat ingin teriak mengatakan, “dasar gak peka!” namun ia
mengurungnya, menyadarinya bahwa itu adalah kesalahan yang bisa mengakhiri
hubungan dekat keduanya.
Pedih, juga sedikit kecewa seharusnya
tidak pernah tercipta, sebab tidak pernah ada sesuatu yang istimewa tercipta
antara keduanya. Namun, hati Alea meyakininya dengan sangat yakin, bahwa
Peuchan pun merasakan seperti apa yang ia rasakan.
Waktu semakin
hari semakin memberinya harap, sebuah pertemuan sederhana waktu itu memberinya
kesan yang tak mampu Alea lupakan begitu saja. Sorot matanya yang tajam, justru
terlihat sangat menenangkan. Bicaranya yang renyah, seakan memberi sinyal bahwa
ia lelaki yang sangat penyayang. Namun lagi dan lagi, Alea pun tidak berharap
banyak akan hal itu, meski hatinya dengan penuh yakin akan perasaannya yang
sama pula.
“Dengan seperti
ini, aku bisa terus tahu bagaimana kabar dia. Meskipun, mungkin aku kan terluka
suatu saat nanti atau justru sebaliknya. Tapi ah sudahlah, aku tak ingin
mengharapkannya lebih dari ini.” Hatinya mulai kelu, mencoba menata hati tentu
agar komunikasinya terjaga. Sesekali ia melihat foto keduanya, yang sempat
terekam saat bertemu sebelumnya.
#OneDayOnePost
Ditunggu kelanjutannya
BalasHapussiap mba wid..
Hapusmasih on proses mulu hehe
Wii mantap cerbung...
BalasHapusHihihi
HapusKangen sensasi nyebrung 🙈
bisa nulis berseri berpart-part, panjang lagi. Tips nya apa tuh mba?
BalasHapusHihihi, pura" nanya nh mastah hehe
HapusCritanya dari awal ampe akhir. jdinya pjg. Hehe