![Hasil gambar untuk dengan hati syafrina siregar](https://s1.bukalapak.com/img/6147725221/m-1000-1000/Novel_Metropop_Dengan_Hati_By_Syafrina_Siregar_.jpg)
Mengambil Latar belakang Isu HIV/AIDS, Dengan
Hati bercerita tentang Persahabatan singkat Mila dan Santi yang
melewati berbagai masalah yang mereka hadapi seputar isu ini. Ada cinta
dalam persahabatan, cinta anatara anak dan Orangtua, juga cinta yang terlarang.
Ada pertemuan, dan ada kehilangan. Ada tawa dan air mata.
Kamila
Zakaria, putri Dr. Zakaria ini tidak pernah betah di tempat kerjanya. Namun
saat ini, Mila kerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang HIV/AIDS. Di
tempatnya yang baru, ia mengenal Santi sesama Konsultan di perusahaannya. Dan baru
kali ini ia cocok dengan seseorang yang bisa dipercayainya menjadi sahabat.
Bosnya yang galak namun memiliki wajah yang mirip Dermott Mulroney membuatnya
hampir mengundurkan diri lagi, karena
seenanknya memaki pekerjaannya yang ia kerjakan semalaman. Santi datang ke
rumahnya untuk membujuk Mila agar tidak jadi mengundurkan diri. Akhirnya Mila
menuruti apa kata Santi. Lama Mila bekerja dibidang HIV/AIDS sebagai seorang
Konsultan, Mila harus berjumpa dan bergaul dengan para ODHA (Orang Dengan
HIV/AIDS) dan menunjukan bahwa Mila tidak melakukan stigma dan Diskriminasi
terhadap ODHA. Namun, Mila masih berperang dengan hatinya, ia takut tertular
oleh Virus itu. Padahal ia tahu virus itu menyebar bukan dengan sentuhan tangan
ataupun sekedar bersalaman. Mila tau semuanya, tetapi ia tetap takut. Sampai
awalnya, Santi sahabatnya, meninggalkan obat ARV dirumah kosnya. Mila
mengikutinya, alangkah kagetnya ia ketika obat yang Santi minum adalah obat
untuk para ODHA. Mila merasa jijik setiap kali bersalaman dengan ODHA dan
memuntahkan segala makanan yang dibuat para ODHA. Dan kini ia tahu sahabatnya
adalah ODHA.
Mila menjauhi Santi di kantor,
dan Santi pun seperti menghindar. Mila merasa sepi, tidak ada teman yang biasa
diajaknya mengobrol, tidak ada yang menjahilinya, tidak ada yang menemaninya
belanja. Saat Mila mulai dekat dengan Ian (bosnya), Mila bertanya pada Ian.
”Sebuah hubungan tidak dilihat dari status kesehatan, Mila. Sikap dan karakter
yang menentukan” dan Mila termangu dengan jawaban Ian. Mila dekat kembali
dengan Santi, persahabatannya semakin dekat. Ia tidak tajut lagi kepada ODHA
justru malah berempati. Sekian waktu berlalu dengan cepat, ketika proyek yang
dikerjakannya hampir setahun berlalu. Mila semakin dekat dengan rekan kerjanya.
Dan juga bosnya yang menyukai Mila. Kantor mengadakan acara BBQ untuk merayakannya,
sesuai rapat, rumah Mila yang kan di jadikan tempat acaranya. Lalu saat acara
sedang berlangsung, tiba-tiba Dini yang sedang hamil tua mengalami pecah
ketuban, semuanya panik tak terkecuali Mila. Santi memohon pada Mila untuk
meminta tolong pada Dr. Zakaria untuk menangani Dini. Namun, Mila keberatan, Mila
tetap takut ayahnya menjadi ODHA dan Mila bersikeras melarang ayahnya
mengoperasi Dini. Dr. Zakaria dan semua rekan kantornya tanpa berfikir panjang
membawa Dini kerumah sakit. ”Jika dijalani Dengan Hati, semuanya akan lebih
mudah dimengerti” kata Dr. Zakaria waktu itu. Dan setelah mendengar ayahnya
tidak apa-apa dan Dini serta anaknya selamat, Mila merasa lega. Setelah
menengok Dini, Mila mampir ke kos Santi. Dan keadaaan Santi memburuk sampai
beberapa hari berlalu. Akhirnya Santipun meninggal dunia. Mila merasa sedih
sekali karena sahabatnya sudah tidak ada lagi. Rasa suka Mila kepada Ian
semakin bertambah kian hari. Namun Ian seperti menghindarinya, namun Mila yakin
Ian juga menyukainya. Tapi kenapa Ian menghindarinya? Mila bertanya dalam hati.
Atau karena perempuan cantik yang sering datang ke kantor sewaktu ini?
Dan Mila mendatangi hotel Ian,
dimana ia ingin mengorek kebenaran tentangnya. Dan Mila memperoleh keterangan,
bahwa Ian juga seorang ODHA. Dan kabar baiknya, perempuan yang bersama Ian
adalah adik Ian, charlotte (charlie). Ian menyukainya dan Ian adalah ODHA!.
Pernyataan itu berulang kali mampir dipikirannya. Esoknya Mila menemui Ian,
mengatakan apakah Ian benar-benar mencintainya. Akhirnya Ian melamarnya, dan
Mila menikah dengan Ian.
Satu
persatu konflik yang muncul membawa tokoh-tokohnya pada satu kesimpulan: hanya
dengan hati, semua akan lebih mudah dimengerti dan dijalani dengan lebih baik
lagi. Tapi
masih bisakah kembali pada hati dan membiarkan ayah tercinta berisiko terpapar
HIV karena mengoperasi seorang ODHA? Masihkah bisa jujur pada hati dan
membiarkan orang terkasih menikah dengan seorang ODHA? Masih sanggupkah
berpijak pada hati saat diri sendiripun berisiko terinfeksi virus HIV?
Saat
teori bersinggungan dengan kenyataan, saat idealisme mempertanyakan realita,
masihkah Mila, Santi, Dini, juga Ian tetap berpijak dengan hati?
-Rene Usshy-
terkadang berat ya, kalo melakukan sesuatu tanpa dibarengi dgn hati...
BalasHapusIya mba...
Hapusmakanya hati slalu jadi tumpuan pertama