![Hasil gambar untuk satria nova](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLDc0d3_RBeb8QJ7k_cuts6KpAQi5eQwjKtQPWCUkqwd5Sm4o6eOa1UDUQWVCnL97IfLQo5D_Esgv_jjUymmUkkFvFYS55hHHXH7A4XmfRdFimuysyRv3zWaYJMlFfN0dANuif0hIwh2M/s200/SATRIA+NOVA.jpg)
“Membuat jejak hidup.” Kalimat yang ia gunakan untuk mengejar mimpinya. Siapa sangka ia akan menjadi seorang penulis, namun ia berhasil membuktikan jika kemampuan menulis tidak ditentukan oleh bakat,melainkan minat.
Ia
tidak memilliki latar belakang menulis ketika sekolah dalu. Ia kuliah jurusan
teknik yang tidak mempelajari sama
sekali tentang sastra dan dunia tulis-menulis. Tapi justru di kampuslah
keinginan menulisnya mulai tumbuh. Ia memulai jejaknya sebagai penulis saat
menjadi mahasiswa.
Kemampuan
menulisnya dipelajari saat ia terpaksa menjadi
pemimpin redaksi majalah dakwah kampus pada semester tiga yang bernama Ultrassafinah. Ia terpilih bukan karena
kemampuannya, tetapi karena majalah itu baru saja dirintis. Tentu saja,
penunjukkan jabatan dilakukan secara acak.
Tapi disanalah ia banyak belajar. Kemudian pada semester lima, ia diamanahi
sebagai pemimpin umum majalah tersebut.
Ia
adalah Satria Nova, seorang lelaki
yang dilahirkan di Lamongan, 16 November 1989 dengan nama lengkap Satrianova
Mabruri Kusumawardhana. Anak pertama dari tiga bersaudara. Cerita
kependidikannya dimulai dari SD Negeri Babat VII, kemudian SMP Negeri 1 Babat,
dan SMA Negeri 1 Babat. Lalu pada tahun 2008, dia lulus SMA dan melanjutkan
studinya ke Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya. Pada bulan Maret
2010, ia memulai “membuat jejak-jejaknya”
sebagai seorang penulis. Dan bergabung pada FAM
(Forum Aktif Menulis) dua tahun kemudian pada tahun 2012, tepat sebulan
setelah FAM Indonesia berdiri.
Loyalitas
terhadap FAM Indonesia, serta kemampuannya dalam bidang tulis-menulis dan
mengkoordinasi anggota menjadikan FAM Indonesia menunjuknya sebagai calon ketua
cabang wilayah FAM Surabaya dan sekitarnya. Yang mana melalui proses magang
selama 6 bulan untuk mengulas karya anggota pemula dan melakukan tugas-tugas
khusus yang diberikan FAM Pusat. Atas prestasinya yang telah menjalankan tugas
dari FAM pusat dengan baik, maka ia diangkat menjadi ketua cabang resmi FAM
Surabaya pada bulan Januari 2013, yang dihadiri langsung oleh Ketua Umum FAM
Indonesia, Muhammad Subhan.
Satria Nova, termasuk
penulis yang produktif. Selama kuliah ia telah menulis 10 buku, 7 di antaranya
sudah beredar dipasaran. Buku itu ditulis dalam rentang waktu 2,5 tahun
semenjak ia semester 4. Salah satu mimpi yang berhasil ia wujudkan dan sebuah
jejak yang telah ia tinggalkan adalah buku yang tengah saya baca berjudul “Jendela Hati: Catatan Nurani Seorang Muslim.”
Selain
buku, beberapa karyanya berupa artikel, opini dan gagasan telah dimuat
diberbagai surat kabar nasional seperti Jawa Pos dan Republika. Selama kuliah,
Satria juga aktif diberbagai kegiatan kampus termasuk menjadi pembicara dalam
berbagai kesempatan seperti bedah buku, kajian, diskusi, workshop, pelatihan,
seminar dan berbagai acara sejenis lainnya.
Perjalanannya
menjadi seorang penulis hingga saat ini, sejatinya tidak mudah. Menurut
rumornya yang beredar, lima dari sepuluh bukunya diselesaikan dengan laptop
pinjaman. Bahkan buku pertama yang diterbitkannya sempat mendapat lebih dari 15
kali penolakan oleh penerbit. Yang kemudian, ia memperbaiki terus naskahnya
hingga akhirnya bisa terbit dan menjadi sebuah buku. Yang mana menjadikannya
pengalaman yang paling berkesan.
Inspirasi
yang melatarbelakanginya tetap menulis adalah kebermanfaatan. Baginya menulis
adalah berbagi. Apapun itu, entah ide, gagasan, cerita atau inspirasi. “Tidak
ada yang tidak mungkin, jika kita yakin”
Ungkap seorang penulis yang memfavoritkaan Salim A. fillah, Asma Nadia dan Tere
Liye tersebut dalam sebuah wawancara.
sumber gambar: www.famindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar