Kala matahari masih menutup malu
Pada pekat hitam mendung pagi
Sunyi, lembut dalam alunan lirih dinginnya
Menyelimut ke dalam pori-pori yang sensitif
Terbangun akan aromanya
Pada ritme suaranya yang ramai
Bukan gemuruh yang menyalip ketakutan
Hanya bunyinya yang membangunkan
Mentari bersembunyi pada awan
Sementara sinarnya, bak enggan tuk menampakkannya
Apakah ia pun berkalut?
Hatiku bertanya.
Atau mungkin menjelma pada sebuah rasa,
Takdir dan mimpi ..
Ia berbunyi, tik ...
Seperti alunan ritme
Pada syimpony dipenghujung waktu
Sebagai tanda jarak terlihat nyata
Sisanya singgah pada sebuah dedaunan
Yang meninggalkan butir demi butir air
Dan menaruh bulir kesejukannya pada setiap Insan
Hadirnya menyamai kesendirian
Terselimutkan kehampaan akan kenangan silam
Hujan akhir bulan
Seperti titik simpul sebuah cerita
Akankah usai?
Atau justru kan terpatri menyambung cerita?
Hanya Ia dan Hujan yang memahami.
Jangan melihat kebelakang untuk mencaci kenangan. Berjalanlah dan lakukan yang terbaik saat ini.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
One More
“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7faDxttXVM1yoXRI-KQggPD2KYYyeuDf5I1sqBJB33J_HrFtPlW5zYuVaG3Uc2cSiuf47zE-EULYqvESnsl_cWW9Sr4RCmcF_fR8WAK1FQlMT5C21MV8scg1nkBCcsK5tnq5IUChMUona/s320/undangan+one+more.jpg)
-
“Saya sadar, saya masih terlalu hijau untuk menikah. Tapi saya lebih sadar, bahwa tanpa menikah, saat ini saya merasa tak kuat mena...
-
The Amazing Canary Series merupakan kumpulan kisah-kisah imajinatif dari hewan-hewan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah buku yang sangat m...
-
sumber gambar: One Day One Post Pada itungan waktu yang melerai, pijakan langkah bergumam hingga mengutip ejaan. “Nanti bertemu.”...
hujan seharian ya..
BalasHapusNostalgia seharian inimah 😁
Hapus