![Hasil gambar untuk cincin seorang diri dari cerai](https://percikaniman.id/wp-content/uploads/2015/01/cerai.jpg)
Sumber gambar: google.co.id/percikan iman online
Terik matahari bergilir mengikuti arah mata angin, yang
sisakan suasana sunyi bak rona pipi si gadis desa. Warna langit pun perlahan
berubah jingga. Ditataplah matanya yang kini mengisyaratkan sendu sedih air
matanya.
“Dek, coba tanya, Bang Ian sudah sampai mana?” tanya
Kifa.
Dita mengangguk. “Memang, Bang Ian sudah dikabari?”
lanjutnya dengan bertanya.
Kifa hanya mengangguk lemas, ditambah sedari tadi
tubuhnya belum dapat asupan kecuali
hanya minum air saat subuh tadi, tubuhnya yang kecil semakin terlihat
dengan urat-urat nadinya yang jelas tergambarkan di kulitnya.
Kali ini, ia benar-benar tidak mempedulikan
penampilannya. Masalahnya dengan Yoga, benar-benar menyita fikiran juga
tenaganya. Ia pun hanya berisyarat untuk berbicara sepatah kata. “Kak Kifa,
matamu sembab, tubuhmu semakin terlihat kurus.” Gumam Dita yang sedari tadi
memerhatikan kakaknya, yang sedang termangu.
“Halo, bang? Bang Ian, lagi dimana?” tanya Dita di
ujung telefonnya.
“Abang masih di jalan, dalam satu jam abang sampai,
dek.” Suaranya terhenti, “sebenarnya ada apa?”
“Nanti akan diceritakan kalau abang sudah sampai. Ade di
rumah Pak Heru.” Jelasnya.
“Ya sudah, nanti abang kesana.” Ditutupnya telfon
tadi.
***
Pukul 18.50
“Assalamu`alaikum …” teriak suara lelaki yang tak
asing bagi Kifa maupun Dita.
Tanpa aba-aba Kifa pun langsung keluar menemuinya,
dipeluknya lelaki itu. Lelaki yang terlihat menyimpan letihnya seorang diri,
badannya yang kecil menonjolkan sedikit otot-otot tangannya, bahunya nampak
terlihat jatuh tak sekekar dulu.
“Kamu kenapa, Neng? Kamu sakit,
badanmu kecil sekali?” tanya lelaki itu yang tak lain adalah abangnya sendiri,
Ian.
Tangisnya kembali menyeruak, membasahi baju pada
bahunya. Ia tak bisa lagi menahan, disisi lain ia mengumpulkan nyali untuk kembali
menceritakan tentang cerita apa yang sedang dialaminya, mengenai suaminya juga
Dyah, istrinya.
“Ada apa, Neng? Tadi di terlfon katanya mau bilang,
ini abang sudah pulang.” Jelas dan pintanya.
Sementara Ibu Wiwid melihat dari dalam rumah. “Kifa …”
teriaknya, “ajak dulu saja, abangmu masuk rumah. Biar nanti dijelaskan di
rumah.” Lanjutnya.
Mata Ian pun tertuju pada mata adiknya, ditatapnya
mata itu dalam-dalam. Hatinya pun mulai bergetar sebab bagaimana pun, ia adalah
ikatan darah yang tak bisa dilepaskan. Ia pun mengedipkan matanya, mengangguk
lembut menandakan, iya mengerti.
Dibawanya adiknya, yang masih didekap masuk rumah.
Bersama dekapannya, kini Kifa memberanikan dirinya
untuk memulai bercerita. Ditahannya kembali air mata yang masih menyisakan binar
di matanya, dikuatkan kembali pula lidahnya yang sudah kelu.
Tapi ia tak sendiri, Dita sebagai adik pun membantu
menjelaskan cerita kejadiaannya.
Satu per satu, alasan mulai tertanggapi. Hatinya tersohok,
menerima kenyataan.
Meskipun ia seorang lelaki, ia pun kelu. Letih yang sedari
tadi ditahan, kini tak ada lagi kekuatan untuk terus bertahan. Ingin rasanya teriak, “Memeluk
bantal mungkin lebih menyenangkan daripada harus memikirkan kenyataannya.” Gumamnya
berbisik.
Namun, ia pun masih ada pikiran untuk berpikir jernih,
menuntaskan permasalahan adiknya yang menyangkut pada keutuhan rumah tangganya
sendiri.
“Bagaimana, kalau hal itu benar-benar terjadi. Dua keluarga
hancur sekaliigus, apa yang akan ku katakan pada Ayah juga Ibu disana?” hatinya
bergolak, pikirnya sudah tak pasti melayang jauh. Ia tidak bisa membayangkan
jika hal itu benar-benar terjadi.
“Iya, kita selesaikan sekarang ya, Neng.” Jawabnya memberi
kepastian, namun tatap matanya kosong.
***
*bersambung
#Days1
#30DWC
#OneDayOnePost
Asyiik, ditunggu lanjutannya
BalasHapusSiap siap, next sesion hahaha
Hapusbagus alurnya spertim air...sderhana tapi mantap
BalasHapusTrimakasih pak
Hapusada manis manisnya, ada lucu lucunya gitu ya, hehehe.. asyik
BalasHapusLanjutkennn
Hihihi biar ada gambaran domestic dramanya kan?
Hapus😆 aku sukak genre kayak giniii...
BalasHapusHahaha domestic drama, ini di ambil dari kisah nyata mlihat lingkungan sndiri.
HapusLanjutkan!
BalasHapusSiap pak.
HapusWah penasaran sama konfliknya
BalasHapusTunggu smpe kelar
BalasHapus