![Hasil gambar untuk otak robot](https://assets.blackxperience.com/content/blackattitude/blacktech/manusia-robot-semakin-nyata-chip-tanam-otak-sedang-dikembangkan.jpg)
Sumber gambar: blackxperience.com
“Sharov, aku stress dengan latihan perlombaan yang
akan di gelarkan bulan depan di Rusia. Sementara robot-robotku kehilangan
kendali.” Ujar Ava Dhmrty dalam bahasa British.
Sharov hanya terdiam di mejanya, melihat kartun-kartun
robot yang dimainkannya.
“Sharov … kau dengarkan aku?” tanyanya memastikan.
Matanya terbelalak, kepalanya miring ke kanan. Ia
mencoba menerka-nerka dengan idenya. “Aku tahu sekarang kita harus apa?”
jawabnya kilat mengagetkan Ava.
“Sungguh? Apa, Sharov?”
Ia kembali terdiam tak bergeming. Antara yakin dan
tidak untuk mengungkapkannya. “Kau ingat, pekan lalu kita pergi ke sebuah
restoran dengan pelayan robot bukan,?”
“He em.” Jawabnya sembari mengangguk.
“Apa kau menyadari, Ava. Mengapa robot-robot itu,
bergerak sesuai apa yang kita mau?”
“Karena ada system yang kita kendalikan pada robot.
Kau tahu itu, Sharov … mengapa masih kau tanyakan?” jawab Ava yang semakin
bingung.
“Nah, tepat. Kita bisa gunakan itu, menghidupkan robot
seperti halnya manusia dan hidup dalam keabadian.” Jelasnya dengan menghentikan
tangannya menari di atas keyboard. “Bagaimana jika robot-robot kita buat untuk
tetap abadi?”
“Bagaimana mungkin?” jawabnya
“Dengan transplantasi otak manusia kepada robot.”
Jawabnya dengan lantang.
“Gila!” jawab Ava seakan-akan ide yang ditawarkan
diluar nalarnya. “Ide gila macam apa itu, Sharov? Tidak, aku tidak akan
melakukannya?” menepis wajahnya.
“Ayolah, Ava … ini pasti keren.” Bujuknya.
Ava pun terdiam, mencoba menimbang-nimbang pinta
Sharov. Disisi lainnya, iya harus mengakui bahwa ide-ide gila Sharov yang mengantarkannya
pada kemenangan tiap perlombaan robot di adakan.
“Bailak, Sharov.” Jawabnya datar. “Lalu seperti apa
idemu, yang akan aku eksekusikan?”
“Ini aku pernah memikirkankannya sebelumnya, Ava. Dan
aku rasa, kita butuh waktu yang lama untuk ini, mungkin sepuluh tahun.”
“Sharov, perlombaan ku bulan depan. Aku tidak bisa
menghabiskan masa sepeluh tahun untuk hal ini.” Ava menyela.
“Ava … kamu tidak sendiri, aku pasti bantu. Dan setelah
itu, aku tetap menikahi kamu. Percayalah ….” Bujuk Sharov.
“Kau sungguh, Sharov?” tanyanya memastikan.
Sharov mengangguk tanda iya, lalu menyalipkan
tangannya pada pinggang dan bahu Ava, di ciumnya kening kekasihnya.
Setelah perbincangan bujukan untuk tetap mengikuti
idenya. Kini mereka mulai mengeksekusikannya melalui perangkat-perangkat animasi
pada layar laptopnya. Dengan Sharov sebagai kendali idenya, mereka
mengerjakannya berdua.
Beberapa waktu berlalu.
“Sharov, aku ingin berhenti dari penelitian ini. Ini sesuatu
yang tidak mungkin memtransplantasi otak manusia pada benda buatan seperti
robot,” keluhnya “idemu terlalu liar.” Lanjutnya.
Sharov diam tak bersuara, hanya mencoba
mengutak-ngatik system robotnya. “Ini butuh dana besar, juga bantuan para
ilmuan.” Benaknya berbisik.
Ia pun terlihat seperti hampir saja menyerah. Namun,
disisi lainnya, ia mempunyai rasa penasaran yang amat besar. Ia terus
mencobanya, meski sering dihadapkan pada ketermangu buntu idenya.
Tetiba saja, ia memecahkan problem baru dan menemukan jalan
peluang yang baru. “Ava, marilah tengok. Cepat …” ajaknya “lihat ini,”
menunjukan systemnya pada Ava “proses akan mengupload kesadaran seseorang seperti program komputer ke mekanik
robot proyek yang disebut otak. Dengan ini, aku bisa membayangkan robot humanoid
manusia hidup pada lima tahun yang akan datang dan transplantasi kesadaran
penuh pada sepuluh tahun yang akan datang.” Jelas sharov dengan penuh senyum.
Ava pun mulai memahaminya. “Apakah
dengan demikian, hal ini memungkinkan tentara untuk mengoperasikan remote robot
di medan perang melalui control pikiran?”
Sharov memandangnya, “Tentu
bisa, Ava. Dengan pendekatan transplantasi otak ini.”
Kini keduanya pun lebih memfokuskan
diri pada penelitiannya, sejenak melupakan perlombaan yang semakin dekat itu.
#OneDayOnePost
#TantanganFiksiODOP7
#FiksiIlmiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar