![Hasil gambar untuk pribadi yang manfaat untuk orang lain](https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/t51.2885-15/s480x480/e35/25024221_143084146394633_6852950642407768064_n.jpg?ig_cache_key=MTY4NDIwNjk0MTAyNjM0ODQ2Ng%3D%3D.2)
“Jadilah pribadi yang bermanfaat untuk
orang lain.”
Nasihat terakhir yang saya dengar dari bibirnya yang
kini terkatup rapat oleh keabadian. Nasihat yang mungkin terdengar sederhana,
namun tersimpan amanah yang mungkin berat untuk dilakukan.
Terlebih jika kita melakukannya tidak dengan hati,
bukankah hati akan sampai kepada hati?
Menjadi bermanfaat untuk orang
lain??
Mungkin terbesit dalam hati kita pertanyaan-pertanyaan;
seperti apa? Bagaimana bisa menjadi manfaat untuk orang lain, untuk diri sendiri
saja masih tidak adil? Bagaimana memulainya? Dan yang lebih parahnya, tunggu nanti
saja kalau ada rezeki lebih?
Betapa kata-kata itu terucap biasa, tapi ketahuilah bahwa
kita telah mendustakan janjiNya. Bukankah yang memberi rezeki itu Allah? Bukankah
yang mencukupkan kehidupan itu juga Allah? Kita hanya diminta untuk berusaha.
Allah berfiman: “Hai manusia, ingatkah akan
nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki
kepada kamu dari langit dan bumi?’’ (QS. 35:3)
Menjadi bermanfaat untuk orang lain, tidak melulu harus
dengan nominal uang. Apalagi menunggu menjadi pahlawan,
baru hati bergerak, bukankah kematian tidak memandang status. Bukankah
sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain, dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Thabrani: “Dari Ibnu
Umar, Nabi S.A.W bersabda; Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang
paling memberikan manfaat bagi manusia.”
So, menjadi bermafaat untuk orang lain tidak perlu
menunggu menjadi hebat terlebih dahulu, kita bisa memulainya dari membuat orang
lain tersenyum, mengenyangkan yang lapar, mengangkat kesulitan orang yang
kesusahan, sungguh ini keutamaan yang lebih baik dari melakukan ibadah i`tikaf
di Masjid Nabawi sebulan penuh. Dalam syair abunawas berkata; “Apapun yang kita punya berikan, walaupun
hanya sekedar senyuman.”
Maka, yang ditetapkan adalah kemauan diri untuk
memulai. “Hal jazaa`ul ihsaani illal
ihsaan, bahwa tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)”.
Jika apa yang kita lakukan justru mendapatkan cibir, maka jangan lantas
berhenti untuk terus menebar kebaikan, jika tidak didunia, maka Allah beri
kebaikan di alam akhirat. Bukankah itu yang lebih mulia?
Yang terpenting dilakukan atas dua hal dasar, yaitu: Ikhlas dan Sabar. Sebab ikhlas, akan
menumbuhkan cinta baru untuk tetep teguh berada di jalanNya. Bukankah lelah
karena tidak Lillah? Maka meluruskan niat karena Lillah, menjadi dasar utama
dikuatkan hati. Juga sabar, sebab ikhlas dan sabar adalah dua hal yang
berdampingan dalam meneguhkan jalanNya.
Semoga tetap diteguhkan dalam menebar kebaikan. Aamiin.
#Days2
#30DWC
#OneDayOnePost
Semangat bermanfaat mbak, bismillah, insyaallah 😊
BalasHapusAamiin, insyaa Allah kak nisaa
HapusAamiin ...
BalasHapusPahlawan yg sebenarnya tdk prnh merasa dirinya sbg pahlawan
Yuups, bener banget mas dwi
Hapusaamiin... ayah ya Ren?
BalasHapusIya mba saki
HapusAamiin....
BalasHapusKarena sedikit apapun kebaikan akan mendapat catatan pahala
Iya mba nana, intinya jgn meremehkan kbaikan sekecil apapun
Hapushmm.. menginspirasi :D
BalasHapusSemoga :D
HapusMasyaAllah. Informasi yang berfaedah :)
BalasHapusAamiin, insyaa Allah
HapusSemoga istiqomah menebar kebaikan ya ☺
BalasHapusAamiin, insyaa Allah
Hapus