Sabtu, 30 September 2017

Aku harus Pergi (Part-2)


Rasti u padovima

Suatu hari, seseorang menghampiri diriku dan bercerita: ".... San, kemarin aku lihat kamu lagi jalan berdua sama Fizi. Kok kamu buka kerudung?" Tanya temanku, Lusi.
"Ah kapan?" Tanyaku heran
"Kemarin sore di Taman A" Jelasnya
"Jangankan jalan berdua, bertemu aja belum kok. Salah liat kali..." Pangkasku
"Ya, aku juga agak heran sih San.." Terdiam. "Jadi, kalo bukan kamu. Siapa dong?" Lanjutnya bertanya
Aku hanya mengangkat bahu, tanda tak tahu.

***

Aku menjadi terbiasa mengalah untuknya, menunggu kejujurannya. Entah mencari kebenaran seperti apalagi yang membuatku dapat pergi lepas darinya, semacam ku terikat tapi terlepas dan sebaliknya.

Aku mulai meronta pada keadilan cintaku, meringis pada rindu hatiku, dan kembali mengemis pada ujung harapku. Sedari dulu aku mengaguminya karna sikapnya, kini aku bahkan malu untuk mengakui bahwa Ia pernah menjadi satu-satunya barisan nama yang paling sering kusebut. Meski tak dapat kubohongi, memang Ia pernah singgah begitu dalam. Bukan ku tak lagi mendambanya, tapi kepercayaan itu mahal harganya.

Aku memilih diam dalam kebisuan kekecewaan, tanpa kembali ku raup harapan.
"Kamu kemana aja?" Tanya Ia melalui pesan.
Aku membuka pesannya tak seperti dulu, tak lagi ku balas cepat dan kubiarkan sejenak.
"Kamu sibuk?" Lanjutnya
"Tidak" Yang kemudian kubalas singkat tanpa basa basi
"Darimana aja sayang, kok baru bales?" Jawabnya seolah memberi simpati
Aku diam, sengaja tidak membalas pesannya. Acap kali Ia memberiku perhatian, hatiku mulai meronta menolak kehadirannya. Sedikit meringkis sesal, kecewa, namun ku akui ku rindu hadirnya. Ia kini sulit sekali untuk kutemui.

Aku ingin hadirnya, tapi kubenci dirinya. Empat bulan berlalu, kami melewatinya dengan LDR -Long Distance Relationship-. Aku mulai memaafkannya kembali, tersebabkan Ia mengakui kesalahannya. Hubungan kami kembali, tak diujung waktu. Ia menyesalinya. Manis, iya bahkan manis seperti dulu. "Kini Ia berubah" Pikirku. Akupun mulai membuka kepercayaan kembali untuknya, meski tak sepenuhnya dulu.

Entah karna alasan apa, aku memberinya kembali kepercayaan yang pernah tersiakan sebelumnya. Hatiku bahkan sanggup untuk memaafkannya kembali, atas luka yang tak dapat kupungkiri sakitnya. "Ah, Ia-pun berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua". Jelasku meyakinkan diri.


Bersambung.

Sumber gambar: Rasti u Padovima

Jumat, 29 September 2017

Aku harus Pergi (Part-1)




"Memaafkan berarti...
Membiarkan masa lalu pergi.."
 - Gerald Jampolsky -

Mungkin kamu pernah merasa begitu kecewa, entah itu karna hal sepele ataupun bukan. Seperti, kamu mengikuti lomba dan kamu gagal, bisa karna kau disakiti.

Suatu ketika, aku pernah menemui seorang yang sebut saja namanya Fizi. Entah perasaan semacam apakah kala itu, tiba-tiba hati begitu riangnya terima kahadirannya yang asing. Tubuhnya yang kekar, cakapnya yang lugas seolah mengingatkan bahwa aku membutuhkannya. Hingga tiba, ketika Ia pun mengatakannya: "Maukah dirimu menjadi Pacarku?" Seketika itu, mataku terpejam. Sembari berkata pada diri "Betulkah ini?" Buih-buih perasaan yang kusimpan, sejenak membakar jiwa harap yang berkalut. Aaaah rasanya tak percaya, sosok yang kukagumi itu ternyata juga merasakan yang sama.

Waktu berlalu, ada yang lain dari yang lain pada dirinya. Bukan karna ku tak lagi mempercayainya, tutur katanya yang lembut seolah hanya tertinggal kata, sikapnya yang bijak hanya tinggal seulas senyum mengericit. Aaaah aku kehilangan kekaguman dalam waktu dekat. Ia menjadi orang yang super sibuk, tanpa ada komunikasi tapi penuh tuntutan. Dan aku bertahan disini bersama kesetiaan yang tak lagi dilirik.

Delapan bulan berlalu. Semakin hari, semakin kurasa bedanya.
"Hai sayang, apa kabarmu?" Pesan terkirim.
Dan tiada respon apapun. Pada keesokan harinya.
"Aku Baik" Jawabnya tanpa basa-basi
"Kamu kemana aja? Tidak rindukah denganku??" Balasku dengan cepat.
Sembari menunggunya membalas pesan, aku pergi keluar mencari makan. Tak kusadari pasti, aku melihat sosok yang kukenali berdiri disana. Tepat disebrang jalan pinggir sana, saat semakin mengamati  semakin benar dugaanku. Iyah, dia kekasihku, Fizi. Tapi sedang apa dia disana, terlihat menunggu seseorang. Ketika aku beranjak untuk menghampiri, tiba-tiba...
"Hai yank, kamu nunggu lama yah?"
Sapa seorang wanita yang menghampiri dengan rambut yang dibiarkan terurai, dan dengan senyum yang merekah. Dan disambut dengan senyum hangat yang tak lagi asing untukku.

Langkahku terhenti didepan mereka, entah Ia menyadarinya atau tidak bahwa aku berada disana menyaksikan itu dengan mata kepalaku sendiri. Aku segera berlari tuk pulang dan mengecek pesanku. Benar-benar tidak ada balasan.

Beberapa menit kemudian,
"Maaf sayang, aku ketiduran" Balasnya dengan lembut
Aku mulai terluka kebohongannya. "Kamu beneran tidur?" Tanyaku meminta kejujuran
"Ya iyalah aku tidur, aku baru pulang, aku cape" Balasnya dengan kecut.
"Maaf sudah mengganggu waktumu." Lanjutku dan kusambung matikan HP.

Semakin hari, semakin tersibak kebohongannya. Aku mengerti, mengapa kini Ia selalu tak memiliki waktu untukku bahkan hanya sekedar untuk menanyakan kabarku. Hingga aku menjadi terbiasa tanpa kabarnya, dan tanpa hadirnya.

Bersambung.

Sumber gambar: @dimasharisma

Kamis, 28 September 2017

International Hijab Solidarity Day (IHSD) 2017

 Ahad kemarin, tepatnya tanggal 24 September 2017 (4 Muharram 1439 H) saya berada di daerah Dukuh Atas, Jakarta. Untuk mengikuti dan meramaikan International Hijab Solidarity Day (IHSD) 2017 sekaligus perwakilan dari komunitas Hafidz On The Street (HOTS).

Awalnya sayapun tidak tahu sejenis acara apa sih itu, ngapain aja sih disana?? Dan mengapa harus diadakan acara sejenis itu? Karna memang , ini kali pertama saya mengikuti acara Besar Muslim tersebut. Termasuk di kampus saya yang pada waktu itu diadakan pada  tanggal 2 & 4 september 2017 (11 & 13 Djulhijjah 1438 H).

Yupps. Setelah saya tahu apa itu IHSD. Saya berfikir bahwa hal ini pula yang membolehkan kita mengenakan Hijab secara bebas tanpa ada batasan hingga saat ini.

Apa sih itu International Hijab Solidarity Day ?? Sejarah seperti apa sih yang melatarbelakangi keluarnya istilah ini??
Mungkin masih banyak diantara kita yang masih asing dengan kata ini. But well, nggak ada ruginya untuk mengetahui ini. Sedikit pengetahuan saya, konon katanya International Hijab Solidarity Day atau Hari Solidaritas Hijab Internasional adalah hari dimana para muslimah merayakan hak mereka mengenakan hijab yang jatuh pda tanggal 4 september. Terbentuknya IHSD ini dilator belakangi oleh keputusan Negara Eropa untuk pertama kalinya yang melarang para pelajar/Mahasiswa memakai symbol-symbol keagamaan yang diperkuat dengan kematian Marwa El-Sharbini, seorang ibu rumah tangga yang dibunuh ketika memberikan kesaksian mengenai penghinaan yang diberikan kepadanya karena mengenakan hijab dan itu terjadi didepan ruang sidang kejaksaan pada Juni 2004

Padahal  hijab ini adalah bentuk kewajiban setiap muslim sebagaiman Allah telah berfirman pada Surat Annur: “Katakanlah pada wanita yang beriman, hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kehormatannya, janganlah mereka menampakan perhiasannya kecuali yang (biasa) tampak padanya. Wajib atas mereka menutupkan kain kerudungnya ke dadanya”. (QS. 24:31)

Oleh Karena itu lahirlah KONFERENSI LONDON pada tanggal 4 september 2004 yang dihadiri oleh lebih dari 300 delegasi dari 102 organisasi Inggris dan Internasional dengan hasil ditetapkannya Dukungan terhadap Jilbab, penetapan 4 September sebagai Hari Solidaritas Hijab Internasional (IHSD) dan rencana aksi untuk tetap membela hak wanita muslim mempertahankan busana taqwanya.

Kuranglebihnya seperti itu, semoga tahun depan jika ada umur. Saya dapat mengikuti kegiatan tersebut
Sekian.


-Rene Usshy-

Rabu, 27 September 2017

Aku, Kau, Kita dan Rindu

Suatu ketika selepasku berlibur, aku masuk ke suatu pondok pesantren dimana disana tidak membolehkanku mengenakan celana, hari itu tepatnya minggu 10 juli 2011. Memang, tentu aku mendapatkan sambutan dari santri lainnya yang memang itu adalah salah satu tetanggaku yang lebih dulu masuk pesantren. Rasa risih, dan malu saat itu tentu ada. Aku hanya berkawan yang memang sebelumnya pernah bertemu. Aku kira, akulah santri yang paling datang terlambat masuk hari minggu jam 11.30 siang kala itu. Perjalananku menuju tempat baruku begitu ekstrim. Kala itu, jalan yang luar biasa yang jika kau melewatinya akan terus beristigfar setiap saat, tentu hal itu juga yang membuatku tidak ingin melanjutkan perjalanan. Tapi tetep saja lanjut.
          “Hai Rene, selamat datang disini..” sapa santri lain yang juga tetanggaku “Maaf ya, berantakan. Jangan kaget ya”. Lanjutnya
Aku hanya diam tersenyum menandakan kemakluman.
           “Persiapan apa aja untuk acara MOS besok mi?” tanyaku kepada ami yang juga 1 SMP
Ami memberitahu ku segala yang kubutuhkan untuk MOS –Masa Orientasi Siswa- besok. Lalu selepas itu aku pergi keluar dengan mengenakan sarung, untuk kali pertamanya. Dan membeli kebutuhanku untuk besok. Selesainya ku persiapkan itu, aku berpamitan dengan ibuku yang pada saat itu mengantarkan aku ke Pondok Pesantren. -Pondok Pesantren Tahfidzul Qur`an Al-Mushhafiyah-. Dan inilah kali pertamanya aku berada jauh dari orangtua, dibelajarkan menjadi mandiri, mengerjakan segala sesuatunya sendiri tidak bergantung kepada oranglain. Meski ku badung, tentu aku selalu membantu mengerjakan tugas ibu dirumah walau hanya yang ringan-ringan saja. Dan hal itu juga yang membuatku tidak kaget untuk berada di Ponpes ini, dengan segala tugasnya nanti. Hanya saja waktu yang ku kagetkan. Sungguh tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Tidak ada nonton TV, maupun bermain HP. Meski ada dispensasi waktu pegang HP untuk santri baru, Namun tetap hal itu hanya berlaku 1 minggu, selepas itu kita hanya di bolehkan pegang HP sesuai jadwal pengembalian dan pengumpulan HP. Dan itu terjadi sekitar pukul 13.00-15.00, tentu hanya 2 jam setiap harinya, namun lain ceritanya bila libur.

       -Sempatku lupa, perkenalkan namaku Irene usshy herawati. Aku anak ketiga dari 4 bersaudara. Pertama masuk SMA, usiaku 14 tahun-. Waktu dhuhur tiba, tidak banyak kegiatan di ponpes ini karena memang waktu masih libur. Datanglah calon santri baru, namanya Reni Listati. Sama-sama datang paling terakhir, akhirnya ku beranikan diri mengajaknya berkenalan.
Singkat cerita
Semua berawal dari sini..

Senin, 11 juli 2011
Inilah hari pertamaku masuk sekolah MA –sederajat SMA yang berbasis Madrasah-. Kami memulainya dengan penuh kedisiplinan sebab sekolah kami tidak ada upacara yang ada hanya tadarus Al-qur`an, bersholawat dan menyebut asma Allah setiap harinya. Kami masuk pukul 07.00 itu sebabnya pukul 06.45 kami harus sudah bersiap didepan halaman sekolah. Dan untuk kali pertamanya, aku harus bangun pagi-pagi sekali untuk mengantri mandi. Aaaarrrrghhhh rasanya sungguh menyebalkan ! Atau memang mungkin, dikarenakan juga belum terbiasa.

Acara MOS berlangsung seperti biasa, tidak ada hal yang menarik, pikirku. Pembagian kelompok, pengenalan sekolah, guru dan kawan-kawan. Nampak seperti biasa saja. Begitupun sama juga dalam Pondok. Kegiatan baru akan mulai diaktifkan kembali setelah sebelumnya diliburkan sementara, pembagian tugas masak dan nyupir –nyuci piring-.
            “Gimana MOS-nya?” Tanya kak Andi –salah satu panitia MOS-
            “Biasa aja kak” jawab kami datar tanpa semangat.
            “Oke-oke. Kalo begitu, kita permainan aja di kelas ini yahh ?” lanjutnya
            “Nah gitu dong kak, dari tadi?”. Teriak salah satu siswa di pojok ruang kelas
            “Kita bermain darat, laut, udara ! ada yang tau gak permainan ini?”
Semua orang nampak acuh tak mengerti. “maksudnya tuh begini yah, kalo kakak bilang dan berhenti di kata darat. Berarti kakak harus nyebutin hewan-hewan yang ada di darat, gitu. Ngerti nggak ?” jelas sang kakak senior.
           “ Oooh yang kaya gitu, iya ka ngerti”. Jawab kami serentak tanpa komando
           “Mulai aja yaa”. Ajaknya “udara laut darat, udara laut darat. Laut ! (suara mengagetkan) –menunjuk menggunakan penghapus papan tulis-
Sontak terkejut, kawanku Faiz lama berfikir hingga kehabisan waktu itulah alasan dia mendapatkan hukuman permainan. Meski banyak yang lolos dalam permainan ini, tetap saja ada beberapa orang yang mendapatkan hukuman termasuk diriku.
           “Udara laut darat, udara laut darat. Udara !
           Sontak ku terkejut dan refleks mengatakan “bebek, ayam” jawabku
Tidak ada yang tidak tertawa kala itu. Karena salah penyebutan itulah aku akhirnya mendapatkan hukuman permainan, sebab yang kufikirkan saat itu tentu tentang darat.
Ada 4 orang yang mendapat hukuman, 2 wanita dan 2 pria. Hukuman diserahkan kepada para peserta MOS, dengan fasilitas seadanya di ruang kelas. Karna kala itu hanya ada bunga, dan beberapa lukisan. Maka yang dipilih tentu bunga. Dan dengan bunga itu, 2 kawanku yang laki-laki itu dimintai untuk mengatakan cinta kepada kami yang wanita. Arif kepadaku, dan Fais kepada Helena. Aaaaah so sweet sekali waktu itu, dan sampai kami lulus pun terkadang masih iseng dengan pertanyaan: “kenapa waktu itu gak beneran aja yah??” hahaha. Aku selalu menjawabnya dengan tawa.
Kita tinggalkan masa MOS
         Masuk pada hari kamis, 14 Juli 2011. kita mulai memasuki kelas X, dengan mengenakan seragam abu-abu putih khas anak SMA. Gelak tawa terpancar dari sudut ruang. Kita mulai berkenalan kembali secara keseluruhan dan mencari tempat duduk yang kosong. Tentu beberapa bangku di baris terakhir telah terpenuhi. Jadi ku ambil disisi kedua arah pintu masuk didepan, bersama Mia ku duduk bersama. Setelah MOS kita tidak ada materi karena memang para guru tidak memberikannya langsung, untuk kami pelajari disebabkan suatu kondisi yang belum kondusif. Di tengah penerimaan siswa/siswi dan santri baru tengah dilakukannya pembangunan Madrasah.
Mari dengarkan dan akan ku ceritakan,
“… Sekolah ku dulu mungkin tampak seperti bukan sekolahan seperti yang lain, sebab kala itu hanya ada 2 ruang kelas disana dan 2 ruang lainnya sedang dalam proses pembangunan. Dimana salah satu ruangnya ada kantor dan kelas XII yang di satukan bersebelahan. Tidak ada kantin tepat disana, yang ada hanya warung warga sana dan diseberang jalan. Letak ponpesku tepat dibelakang  sekolahan, later L mungkin itulah sekolahanku, dengan halaman kecil disana tanpa tiang bendera, dan halaman kecil dibelakang sana tempat biasanya kami menjemurkan pakaian, dan bermain takraw. Miris tentu bila kau dengar, sesederhana itu kami berdiri disana tentu hal itu menjadi pertimbangan banyak orang untuk menempatkan anak-anaknya disekolah kami ini. Sekolah yang mungkin tidak akan pernah kalian lirik sebab memang tempatnya berada di diskotik –disisi kota saetik(sunda)-. Ini adalah tetangga kecamatan dari desaku. Yang siswanya hanya berjumlah kala itu tidak lebih dari 100 orang dari keseluruhan kelas. Kelas XII, berjumlah paling sedikit yang hanya memperoleh 9 siswa. Tapi inilah perbedaannya, dengan jumlah yang sedikit ini, kami mendapatkan kekeluargaan sepenuhnya yang mungkin tidak kalian dapatkan di sekolah. Lihatlah kami tidak ada yang tidak mengenal satu sama lainnya, meski begitu sekolah kami tentu bukan hanya orang-orang asli warga sana yang bersekolah seperti sekolah lainnya, ada dari daerah lain termasuk Ciamis dan Lampung. Dan tidak hanya orang-orang seperti ku yang bermasalah dengan perekonomiannya yang bersekolah di Sekolah kami, namun ada beberapa orang disana yang justru mampu dan sanggup untuk membiayai sekolah anaknya yang jauh dari ini yang mungkin besar biayanya. Pun meski begitu, sekolah kami menjadi satu-satunya sekolah yang telah mendapatkan SK Menteri se-Cilacap Barat. Banyak sekolah-sekolah lain yang menanyakan perihal cara perolehan SK itu kepada pemilik Yayasan, yang tak kujelaskan disini. Tetapi kami tidak berkecil hati, meski dengan kesederhanaan tetapi kami tetap punya mimpi yang besar yang tentu untuk sebuah perubahan yang lebih baik.
Setiap orang pasti pernah berada dititik jenuhnya, begitupun dengan diriku yang mungkin agak sedikit malu untuk mengakuinya. Sempat ku katakan aku tidak sanggup melanjutkan sekolah dengan keadaan seperti itu, sempatku putuskan untuk minta pindah sekolah bahkan untuk berhenti melanjutkan sekolah. Namun ku lihat binar mata kedua orangtuaku, mereka menaruh harapan besar kepadaku, dengan segala kekurangan mereka, mereka tetap memintaku untuk tetap bertahan dan melanjutkan sekolah. Kau tau aku begitu egois terhadap diriku.
Waktu berjalan memberiku sebuah pengertian. Aku tetap melanjutkan sekolah, meski mungkin rasa marah ku harus tertahan, aku selalu berfikir mereka tidak mengerti apa yang ku inginkan. Aku selalu dibuatnya merasa terkekang dan terpenjara. Aaaaaah seperti itulah keegoisan dulu. Tidak berhenti disitu saja, kala itu adalah musim kemarau. Dimana di tempat tinggalku ini mulai kekeringan air. Setiap pagi kita berjalan keluar Pondok ke rumah warga  setempat hanya untuk sekedar membersihkan diri, kita menyingkat waktu ngaji dipagi hari. Air yang ada hanya cukup untuk masak dan minum. Setiap siang sehabis pulang sekolah, kita selalu memanfaatkan waktu untuk mencuci baju. Perjalanan yang mungkin amat melelahkan bagi kami, naik turun membawa baju di ember mencuci dari air sungai, yang kala itu masih lumayan deras meski musim telah kemarau. Kali pertama mencuci baju di alam bebas, seperti diajarkan kembali bagaimana caranya mencuci. Di tengah teriknya matahari, di tengah lelahnya aktivitas di pagi hari. Sungguh semua sangat melelahkan. Aktifitas kami juga tidak berhenti disitu, saat ngaji libur ataupun jam pelajaran sedang kosong maupun sedang istirahat, kita selalu membantu proses pembangunan bahkan sempat ku katakana pada kawanku, -ini baru namanya sekolah pembangunan, dari ngangkat batu, mindahin batu bata, sampai bawa pasir yang udah di campur semen, aaah baru kali ini gua sekolah kaya gini, cepat kelar aja dah, cape-. Bahkan ritual tidak mandipun sudah menjadi makanan sehari-hari, jadi sudah hal biasa jika kami hanya mandi dipagi hari ataupun sore hari saja”

Yah, tapi dari cerita lama itu. Kini, diriku mengerti. Perjuangan memang tak pernah mengkhianati hasil. Aku mendapatkan beasiswa S-1 di Jogjakarta, teman yang lain tersebar di beberapa Kota Provinsi, Semarang dan Bandung. Ada juga di Purwokerto, Wonosobo dan lainnya. Kami memiliki ikatan batin dan support yang luar biasa dari semua pihak keluarga besar “Al Mushhafiyah”. Saat masa pembangunan itu mengajarkanku arti sebuah kerjasama, gotong royong dalam kebersamaan, demi meniti masa depan dengan sikap yang lebih bijak dan pastinya kesederhanaan pula mengajarkanku untuk mencapai yang tinggi kita harus memulainya dari Nol, tidak instan dan berproses. Merangkak dengan penuh keyakinan, bahwa Allah menjanjikan dua hal sekaligus: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. (QS. 94:5-6)

Pengalaman yang berkesan yang pada akhirnya mengantarkanku disini berdiri disebuah Gedung Tinggi, mengejar cita-cita yang hampir mustahil dulu.

-Renee Usshy-
Jakarta, 27 September 2017

*Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan pertama, ODOP Batch 4

Selasa, 26 September 2017

Surat Cinta Bertanggal Rindu

Kau…
Seperti ku terngiang dalam ingatan ketika namamu disebut, kau hadir bagai embun menyapa mentari dan pergi seperti senja tinggalkan keindahan. Tak dapat ku lukiskan cerita tentangmu, sebab kata tak mampu untuk merangkainya. Bongkahan hati yang terluka dimasa lalu itu, kini sekarang tlah sedikit berubah dengan adanya kau disini. Kau indah bukan hanya memikatku, namun juga membuatku merasa tidak akan pernah ingin pergi sebab memang dirimulah yang kini menjadi penghuni hati.
Dan hanya kaulah satu-satunya.

Perjumpaan itu kini hanya menanggalkan kerinduan, tentangmu yang tak pernah ku bisa rangkaikan kata ataupun bait puisi yang indah. Sebab kau bukanlah tulisan, kau benar adanya dan aku adalah pengagummu. Tentangmu, ku merasakan keindahan bukan ketika ku menulisnya dalam Diary-ku bukan juga saat didekatmu, terlebih hal itu kurasakan dari cakap katamu yang mengertikan sikap angkuhku.

Entah seperti apa yang harus ku katakan pada diriku sendiri, mengenalmu hingga saat ini adalah pilihan. Beberapa kali ku coba tuk memaksa diriku sendiri mencegah dari perasaan yang tak seharusnya ada. Namun sialnya diriku, justru terjebak dari rasa itu. Rasa yang menggebu sejak dulu dari masa lalu. Aaaaarrrgghh….

Dunia ini terasa semakin sempit saja, merindukanmu yang tak mudah lagi untuk ku jumpa. Aku bahkan hampir lupa dengan wajahmu. Iyah, maaf. Bukan karna ingin melupakanmu, tetapi ini tentang rindu yang mulai bertanggal. Ouuh Dear, jika kau tau ini. Maukah dirimu menemuiku diujung  jalan itu, dimana pertama kali kita bertemu?.
Ah, tapi itu hanya terlontar dalam persembunyian tanda tanya dalam diriku. Nyatanya dirikupun tak mampu mengatakannya.

Dear..
Bertanggal kerinduan ini, aku memintamu bersama doa. Entah sebagai penawar rindu yang semakin hari semakin menggebu atau sekedar hanya ingin menenangkan hatiku. Ini takkan pernah menghabiskan waktuku untuk menjadi pengagum rahasiamu. Karna kau akan tetap terkenang bersama rindu yang membalut kelabu. Meski mentari dan senja selalu berlalu bergantian, hingga tak mampu lagi kuhitung malam.

Memang aku merindumu, merindu dan mendambamu sebagai sesuatu yang tak ku temukan pada siapapun. Tak peduli kau mengingatnya atau tidak, sebab yang terpenting untukku hanya ku harap setiap doa dalam sujud pada shalatmu, kau jua tak pernah luput menyebutku menjadikan aku bagian dari doa-doamu hingga Allah menjadikan kau dan aku adalah kita.

Diujung jalan ini, bersamaan gitar yang ku petik dibawah lampu pijar..
….. Bila musim berganti
Sampai waktu terhenti
Walau dunia membenci
Ku kan tetap disini..
Bila habis sudah waktu ini
Tak lagi berpijak pada dunia,
Karna telah ku habiskan sisa hidupku hanya untukmu..
Bila habis sudah cinta  ini
Tak lagi tersisa untuk dunia,
Karna telah ku habiskan sisa cintaku hanya untukmu…”


(-Virgoun, Surat Cinta untuk Starla-)


-Rene Usshy-

Senin, 25 September 2017

Tak Seputih Salju

Terbanglah engkau wahai merpatiku
Setinggi dan sejauh yang kau  mampu
Berhentilah di tempat terindah yang telah kau pilih
Datanglah jika kau  merindu
Kembalilah bila kau anggap semua hanya singgahan

Biar ku bersama sangkar yang kau tinggalkan
Biar ku lerai segala yang terkusut
Untukmu ku coba susun menara terindah
Dimana setiap saat kau bisa berada disana
Dalam menara hati yang indah

Tersampaikan salam melalui mega
Berbisik pada sunyi
Dibawa oleh rembulan
Hujan tak lagi menabuh hatiku
Guguran daun tak mampu mengusik lamunanku
Ditempat ku berdiri saat kau meninggalkan
Sedikitpun tak tergoyahkan
Meski musim terus dan terus berganti

Ku ingin engkau disini
Bayangmu telah bersemayam dalam aliran darahku
Bumi yang ku pijak
Langit yang ku tatap
Telah hadirkan namamu
Meski ku tak seputih salju



-Rene Usshy- 

Sabtu, 23 September 2017

Cerita malam, kala itu....

Terperanjat sunyi dalam keramaian, disana didepan ruang itu terpasang tikar. Iyaah, anggap saja itu piknik 😁😁 katanya.Detik waktu terus berputar, yang terdengar hanya desau angin dan beberapa kendaraan bermotor. Kita melangkah keluar. Ah amat terkejut sekali, bukan desau angin tapi lirih hujan. Perutpun mulai meronta bergendang ria 😁 sembari nunggu reda, akhirnya makan juga. Dan telah reda.
Lepas itupun, segera bergegas pulang. 1 bersama suaminya, 3 yang lain 1 arah, dan aku?? Jangan tanya, sudah pasti sendiri 😁 😔
Tapi sayangnya hujan ini tak adil, semakin jauh semakin terasa derasnya. Karena ku memimpin jalan --kupikir laju motorku terlalu cepat. Akhirnya, berhenti untuk pakai jas hujan dan menunggu yang tertinggal. Ku cermati 1 persatu lalu lalang motor, aku sendiri disana menunggu, dibawah lampu pijar 😢 tnpa ada sinyal kedatangannya dan itu sakit 💔😂.
Akhirnya diriku berinisiatif untuk pergi, fikirku -ah kurasa mereka tau arah-. Kembali ku lanjut perjalananku, genangan air dimana-mana sudah mulai naik. Menyusuri malam dikota Ciledug 😃😃 sesekali ku tengok kaca spion ku, --dimana mereka kataku berkata. Tapi hasilnya pun nihil. 
Hujan semakin deras, smakin rasanya ingin berhenti dan mengatakan "Ini guee sendiri, gatau jalan". Bukan tidak tau pada akhirnya, hanya pandanganku saja yang buram saat malam. -You know lha- 🙊
Terus demi terus kupacu laju motorku menyusuri malam menikmati dingin yang menikam, saat sesekali sakit itu berasa. Bahkan jika cuaca mendukung, mungkin kembali jadi joki -katanya-. Tapi itu tidak. Kantuk mulai menggoda, lelah mulai menyapa. Jalanan sepi, sepi sekali. Hujanpun berangsur mereda, tapi jalanan tetap basah dan tergenang mungkin juga terkenang 😁 cihuuuuuuy😄.
Dan pada akhirnya, kutemukan jalan itu. Jalan yang tak asing lagi kutemui, dipojok sana tepatnya. BRUUUUUUUG...-jatoh lagi, kataku depan rumah-. Sudah biasaaa 😃
Dan sejak itu aku lebih merindukan tukang pijit 😁🙊

Cepet sembuh Mamah Uyuy 😙

Kamis, 21 September 2017

The Only One...

Ayah...
Tepat hari  ini, 2 bulan kepergianmu..
Kepergian yang tidak akan pernah kembali.
Kepergian kepada sang Khalik.
Aku bukan tak ikhlas melepasmu, aku hanya rindu hadirmu..
Rindu nasihatmu, rindu akan setiap belaianmu..
Aku hanya belum terbiasa bernafas tanpamu
Mataku selalu berderai air mata kala mengingat dirimu
Tak ada yang menyeka air mataku
Setiap malam dalam keheningan
Aku selalu tersudut ruang oleh tangisan
Dadaku selalu sesak, kala aku menyebut namamu

Ayah...
Bolehkah kita sekejap bertemu?
Aku rindu, sungguh rindu
Nyatanya indigo ku tidak pernah membantuku untuk bertemu dengan dirimu

Taukah Ayah....
Aku kehilangan semangat
Aku kehilangan mimpi yang sudah ku susun rapih
Iyah bersama cita-cita sederhanamu melihatku mengenakan Toga
Semua kacau, semua berantakan
Selepas kau pergi, aku memikul perasaanku sendiri
Hanya mampu untuk terus berpura-pura dalam ketegaran

Ayaah...
Peluklah diriku sebentar
Aku lelah, aku butuh sandaranmu
Hatiku kacau karna sesalku terhadapmu
Aku marah pada diriku
Karna masih bergantung padamu

Ayaah...
Kakiku luka..
Kau tahu?? hanya tanganmu yang cepat menyembuhkannya
Aku rindu, aku tak mampu lagi trus sembunyi dalam senyuman
Tangisan selalu berbicara lebih cepat

Ayaah...
Sudah ku katakan, aku hanya rindu hadirmu
Ada yang hilang kala hadirmu jua tanpa kabar
Perlahan Hilang
Tapi rasaku tak pernah mati
Ia bahkan semakin dalam mencintai
Terus mempercayaimu adalah pilihan
Ketika tangan kecilku tak mampu lagi tuk menggenggam tanganmu erat
Ketika jemari tak dapat lagi menyentuhmu halus

Oooh Rindu....
Haruskan ku mengemis padamu tuk bertemu
Atau..
Menahannya hingga pilu
Hingga tangis itu berubah ikhlas
Sungguh...
Aku tak kuasa untuk menguasai hati ini
Hanya Do`a yang terpanjat di ujung malam
Rindu Ini milikmu..
The Only One...
Ayaah...


-Rene Usshy Ar-Razi-

SERIBU CINTA (Aku memilih tuk Hijrah)

        Aku? Iyah, inilah diriku. Yang dulu penuh emosi dan berprasangka. Meniru sana sini hanya agar terlihat eksis, memaksakan diri meski hati tak sejalan. Entahlah, begitu banyak cemoohan yang merusak suasana hati sehingga dapat sekali tuk terpengaruh. Saat itu, cepat kali semua rasa hilang, aku berfikir ku kehilangan cinta kedua orang tuaku, teman-teman karibku atas nasihat-nasihat yang salah yang kuterima diluar.
Singkat cerita. Suatu hari, Allah menegurku dengan sebuah penyakit yang akhirnya menyadarkan diriku begitu besar cintanya orangtuaku. Menutupi kesedihan dimatanya hanya karna ingin memberi diriku harapan hidup. Saat itu akupun tersadar. Namun naas, patah hati mengombang-ambingkan diriku. Aku kembali melepas hijab yang sudah ku kenakan hampir dua tahun itu. Ku tersadar, aku pun kehilangan kebiasaan-kebiasaan baik itu. Aku melepasnya begitu saja, seolah kembali ingin kuberi tahu inilah rambutku. Rambut yang terurai dan tertata rapih. Oh ALLAH, begitu bodohnya aku. Melepas kewajiban hanya karna patah hati. Hingga suatu hari pada saat itu, ayah teman ku menegurku “Hai ren, dimana penutup kepalamu?”. Seketika mukaku memerah, bibirku kelu menjawab pertanyaan sederhana tetapi menyudutkan jawabanku. Aku hanya diam tak memiliki alasan apapun tuk mengatakan sebenernya, sebab semua alasan apapun adalah tak logis.
Masih sama, tak ada yang berubah. Pasang lepas hijab, celana ketat dan baju ketat. Memakai hijab syari jika ada pengajian saja misalnya. Hampir tiga tahun lalu, ayah jatuh sakit parah yang akhirnya kembali menyadarkan diriku dengan segala emosi yang menyesakan dada. Hingga nasihat beliau dan ustad begitu menampar, “Hal jazaa`ul ihsaani illal ihsaan” bahwa Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).
Ayat tersebut menjadi dasar diriku memilih untuk hijrah. Iyah, hijrah ini ku tempuh dengan kesadaran diri penuh keyakinan dan dengan niat Insyaa Allah Lillah. Awal hijrah ini memang berat, banyak cobaan. Sebab proses meninggalkan yang belum baik menjadi baik itu adalah tantangan. Dan hingga kinipun, aku tidak pernah merasa lebih baik dari pada dirimu. Aku hanya merasa baik dari diriku sebelumnya. Perlahan, aku mulai tinggalkan celana jeansku, melebarkan jilbabku, melonggarkan pakaianku. Kembali ku memulai mempelajari ilmu-ilmu agama, kembali menghafal Surah Cinta ALLAH –salah satunya dengan gabung HOTS- . Semakin mencari semakin haus akan ilmu. Artikel, buku, sharing bareng komunitas adalah salah satunya. Semakin tinggi tingkat kehausan mencari ilmu, semakin sadar bahwa diriku betul-betul fakir ilmu. Untukmu wahai Imam, sudikah kau wahai untuk membantuku menempuh jalanNya yang benar?. Ah pertanyaanku selalu terbesit tentang itu, menjadi alasan diiriku untuk terus memperbaiki diri sesuai janji Allah dalam Surah An-Nur, bahwa “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)”.
Aku dan Hijrah laksana Lentera dalam kegelapan, hijrah ini membawa seribu cinta, mendekatkan diriku dengan lingkungan yang baik yang sama-sama belajar tentang ilmu Allah, sahabat yang shalihah, hati yang damai dan tenang akan ketentuan-Mu. Semoga diriku  bisa Istiqamah berada dijalan-Mu. AAMIIN.

Selamat tahun baru 1439H

Rabu, 20 September 2017

MY ODOP IS MY CHOICE

Menjadi seseorang yang bisa mengekspresikan diri, hal yang menyenangkan bukan..
Iyah, kamu betul. ada banyak cara seperti penyanyi misalnya, menjadi seorang seniman bahkan penulis.

Ngomong-ngomong tentang Penulis. Bukankah hal itu menyenangkan?
Kamu bisa mengekspresikannya kapanpun, saat kamu sedang jatuh cinta misalnya. sedikit kata bait yang kamu susun menjadi baris syair, menjadikannya sebuah kalimat yang begitu mesra. Penamu tidak akan berhenti disitu hanya karna kamu mulai kehabisan cerita. Penamu akan terus bercerita tentang stiap jalan yang kamu lewati. Ia akan selalu tumbuh menjadikanmu berarti bersama tulisan yang kamu coret setiap saat. Dan hal itu menjadi alasan, mengapa menulis memumpukmu menjadi pribadi yang mengesankan.

Ooooh Menulis ??
Itu menjadi pilihanku, tatkala lidah lelah tuk berkata dan hati lelah tuk memahami. Uuh.
Namun, untuk menumbuhkan minat baca dibutuhkan penulis-penulis kreatif dengan cintanya yang menolehkan setiap kata menjadi lebih ringan tanpa jenuh.
Yes, as My Dream Is Cometrue. Tepatnnya mendekati dan semoga Cometrue.

Beberapa waktu ada seorang kawan yangmengenalkan ODOP melalui medsos WA. awalnya kukira, itu semacam komunitas penghafal Qur`an lagi. Hhahaha. Dan ternyata bukan. ODOP itu.. One Day One Post. Terdengar menyenangkan bukan, komunitas yang dapat melahirkan Penulis-penulis kreatif. Yah, tentu sesuai mimpiku. My ODOP is My Choice. Aku memilih ODOP untuk membantu mengembangkan pikiranku, tidak hanya sekedar untuk mewujudkan mimpiku saja. Ini komunitas besar yang akan melahirkan orang-orang besar dengan tulisan-tulisn menyentuh, menggugah hati setiap orang bahwa semua orang dapat mengekspresikan diri dengan menulis. ODOP adalah harapan bagi kami yang gemar menulis namun tidak ada kepercayaan diri. ODOP adalah nafas, yang memberi kami nyawa untuk mengekspresikan diri.
Semoga tidak hanya komunitasnya saja yang besar, orang-orang yang terlahir dari ODOP menjadi orang-orang besar yang kreatif, orang-orang besar yang produktif hingga dapat menjadi Inspirasi untuk para pembaca. Semoga.
My ODOP is My ADVENTURE.

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...