Selasa, 26 September 2017

Surat Cinta Bertanggal Rindu

Kau…
Seperti ku terngiang dalam ingatan ketika namamu disebut, kau hadir bagai embun menyapa mentari dan pergi seperti senja tinggalkan keindahan. Tak dapat ku lukiskan cerita tentangmu, sebab kata tak mampu untuk merangkainya. Bongkahan hati yang terluka dimasa lalu itu, kini sekarang tlah sedikit berubah dengan adanya kau disini. Kau indah bukan hanya memikatku, namun juga membuatku merasa tidak akan pernah ingin pergi sebab memang dirimulah yang kini menjadi penghuni hati.
Dan hanya kaulah satu-satunya.

Perjumpaan itu kini hanya menanggalkan kerinduan, tentangmu yang tak pernah ku bisa rangkaikan kata ataupun bait puisi yang indah. Sebab kau bukanlah tulisan, kau benar adanya dan aku adalah pengagummu. Tentangmu, ku merasakan keindahan bukan ketika ku menulisnya dalam Diary-ku bukan juga saat didekatmu, terlebih hal itu kurasakan dari cakap katamu yang mengertikan sikap angkuhku.

Entah seperti apa yang harus ku katakan pada diriku sendiri, mengenalmu hingga saat ini adalah pilihan. Beberapa kali ku coba tuk memaksa diriku sendiri mencegah dari perasaan yang tak seharusnya ada. Namun sialnya diriku, justru terjebak dari rasa itu. Rasa yang menggebu sejak dulu dari masa lalu. Aaaaarrrgghh….

Dunia ini terasa semakin sempit saja, merindukanmu yang tak mudah lagi untuk ku jumpa. Aku bahkan hampir lupa dengan wajahmu. Iyah, maaf. Bukan karna ingin melupakanmu, tetapi ini tentang rindu yang mulai bertanggal. Ouuh Dear, jika kau tau ini. Maukah dirimu menemuiku diujung  jalan itu, dimana pertama kali kita bertemu?.
Ah, tapi itu hanya terlontar dalam persembunyian tanda tanya dalam diriku. Nyatanya dirikupun tak mampu mengatakannya.

Dear..
Bertanggal kerinduan ini, aku memintamu bersama doa. Entah sebagai penawar rindu yang semakin hari semakin menggebu atau sekedar hanya ingin menenangkan hatiku. Ini takkan pernah menghabiskan waktuku untuk menjadi pengagum rahasiamu. Karna kau akan tetap terkenang bersama rindu yang membalut kelabu. Meski mentari dan senja selalu berlalu bergantian, hingga tak mampu lagi kuhitung malam.

Memang aku merindumu, merindu dan mendambamu sebagai sesuatu yang tak ku temukan pada siapapun. Tak peduli kau mengingatnya atau tidak, sebab yang terpenting untukku hanya ku harap setiap doa dalam sujud pada shalatmu, kau jua tak pernah luput menyebutku menjadikan aku bagian dari doa-doamu hingga Allah menjadikan kau dan aku adalah kita.

Diujung jalan ini, bersamaan gitar yang ku petik dibawah lampu pijar..
….. Bila musim berganti
Sampai waktu terhenti
Walau dunia membenci
Ku kan tetap disini..
Bila habis sudah waktu ini
Tak lagi berpijak pada dunia,
Karna telah ku habiskan sisa hidupku hanya untukmu..
Bila habis sudah cinta  ini
Tak lagi tersisa untuk dunia,
Karna telah ku habiskan sisa cintaku hanya untukmu…”


(-Virgoun, Surat Cinta untuk Starla-)


-Rene Usshy-

4 komentar:

  1. "kau jua tak pernah absen menyebutku menjadikan aku bagian dari doa-doamu"

    kalau absennya di ganti dengan "luput" kayaknya lebih dapet deh feelnya hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhehe iya yah, trimaksih bang sudah diingatkan.
      Alhamdulillah, ada yg ngoreksi juga... HIhihi

      Hapus
  2. lagunya suka saya nyanyiin inih... hihi

    BalasHapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...