Kamis, 12 Oktober 2017

The Rain #3

Pukul 19.15 WIB. Tiba di rumah.


"Mom .... I Home" Teriak Angel

Seorang asisten rumah tangga menghampiri "Eh non Angel, sudah pulang. Mau bibi bantu bawakan tas nya non?" Menawarkan bantuan.
"Tidak usah bi, terimakasih" Tersenyum "Mamah mana ya Bi" Lanjutnya
"Tadi pergi keluar non, katanya mau ikut kajian di Masjid sebelah" Jelasnya
"Oh gitu ya"
"Non Angel mau saya buatkan apa, nanti saya antar ke kamar"
"Seperti biasa aja deh bi"
"Baik non"
Angel pun mulai melangkah ke kamarnya.


Selepas membersihkan diri, ia duduk depan meja belajarnya merapihkan tiap-tiap buku yang berserakan dan disusunnya berjajar rapih. Tak sengaja ia menemukan sebuah buku yang berjudul The Rain, buku yang paling disukai Dista, sahabatnya. Ia membuka lembar demi lembar setiap buku itu, dan memahaminya kembali mengikuti jejak tulisan Dista yang tertinggal disana. Kini matanya mulai berbinar haru, ia merasakan bahwa Dista masih menggenggamnya erat. Tiba-tiba seorang asisten rumah itu pun datang mengetuk pintu kamar dan memecah lamunnya.

"Tok ... Tok ... Tok ..." Suara pintu diketuk "Non Angel makanannya sudah siap, boleh bibi masuk?" Pintanya
Angel mulai menyibakkan air mata dipipinya. "Masuk aja bi, pintu gak Angel kunci"
Lalu Bibi masuk dan menaruh makanannya dekat meja belajarnya lalu bergegas kembali pada pekerjaannya.


Angel kembali melanjutkan membuka lembar-lembar bukunya, seketika matanya tak henti-henti melihat tulisan yang bertuliskan ... "Terkadang cinta juga perlu mengikhlaskan dan berkorban untuk orang lain, meski tak mampu" Ia membaca berulang-ulang mencoba memahami setiap katanya. Namun, nampaknya Ia masih saja tak mengerti. "Ah mungkin tentang si buku ini" Gumamnya dalam hati.



Ia kembali mengambil sebuah album kecil, sebuah album foto tentang dirinya, tentang  Evan, juga Dista. Tentang hujan dekat danau, tentang Dista dengan bunga tulip merahnya, tentang foto Evan yang sengaja dia simpan. Ia mengamati satu per satu foto itu, melihat sisi matanya yang penuh tawa. Ia sejenak menyadari tatapan tajam Evan tertuju begitu mesra terhadap Dista bukan terhadap dirinya, yang jelas Ia tahu bahwa dirinya begitu mencinta. "Ah sudahlah, mana mungkin sahabatku sendiri mau merebut pujaanku. Dia kan tau aku menyayanginya. Lagian sekarang, Dista juga udah gak ada" Pikirnya. Ia kembali melanjutkan membuka album itu "Aku sayang kalian semua" Tutupnya dengan senyum rindu memeluk erat album itu.



"Rinai hujan basahi aku .... " Suara telefonnya berbunyi. Tanpa basa basi Ia mengangkatnya karena Ia tahu, pasti dari sang kekasihnya.

"Hi Bee" Suara manja Angel memulai pembicaraan
"Hi juga Bee. Cepat sekali. Sudah menanti telefon ku yaah?" Jawabnya becanda disambung tawa "Hhahaha"
"Apa sih kamu" Menangkasnya "Kerjaan kamu udah selesai?"
"Iya gitu deh" Jawabnya singkat
"Lalu kapan kamu balik ke Indonesia?" Tanya Angel sambil berjalan mendekati jendela kamar memandang langit malam
"Emmm ...." Terdiam sejenak "Dengan segera Bee"
"Cepatlah pulang Bee aku rindu" Jelasnya
"Siap Komandan sayang"
Lalu menutup telefonnya.



Bersambung


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...