Sabtu, 21 Oktober 2017

Cilacap duwe Cerita


Hasil gambar untuk cilacap

Mendengar kata Cilacap, yang terbesit pertama kali adalah bahasanya yang ngapak. Dengan slogan “Ojo ngaku wong Cilacap, nek ora iso ngomong ngapak. Ora ngapak ora kepenak.
***

Cilacap merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah terbesar yakni 6,9 % dari luas wilayah provinsi Jawa Tengah. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Brebes, Samudera Hindia disebelah selatan, kabupaten Banyumas disebelah timur, dan provinsi Jawa Barat disebelah barat. Ibu kota kabupaten Cilacap sendiri adalah Cilacap yang terdiri atas Cilacap Tengah, Cilacap Utara, Cilacap Selatan dan terakhir yang masih dalam proses pemegeran yakni Cilacap Barat.

Cilacap sepertinya kurang lengkap tanpa menyebut pulau Nusakambangan yang dikenal dengan  pulau penjara. Nusakambangan kini tak lagi hanya dipergunakan untuk orang hukuman, disana terdapat potensi wisata yang dapat dikembangkan. Di dinding pantai tenggara Nusakambangan masih dapat dijumpai bangunan tua yang berfungsi sebagai rambu laut.

Cilacap terbagi menjadi budaya Jawa dan budaya Sunda. Perbedaan kedua budaya ini menyebabkan pola  masyarakat yang berbeda pula yang akhirnya menimbulkan keunikan tersendiri yang selanjutnya terjadi pencampuran budaya dari kedua budaya tersebut. Dari segi perekonomian pun, secara umumnya terbagi menjadi dua yakni wilayah bagian selatan berkembang pada sector perikanan laut dan bagian utara-barat berkembang pada sector pertanian. Salah satu khas dari masyrakat pesisir adalah tradisi budaya “Sedekah laut” yang telah menjadi agenda besar tahunan kabupaten Cilacap.

Sedekah laut ini diikuti oleh ribuan nelayan setempat yang dibiayai oleh APBD kabupaten Cilacap dan menjadi salah satu daya tarik bagi turis domestic maupun mancanegara. Sedekah laut dilaksanakan pada hari Jum`at Kliwon atau selasa Kliwon pada bulan Muharram atau Suro, tergantung mana yang jatuh terlebiih dahulu pada bulan yang bersangkutan. Tahun sekarang ini pun jatuh tepat pada tanggal 17 Oktober, selasa kemarin. Sebagai ritual budaya, sedekah laut kurang lebih bermakana sebagai ungkapan rasa syukur nelayan atas karunia Tuhan Yang Maha Esa yang melalui kelimpahan pendapatan dan penghasilan ikan di tengah laut. Dan dapat dilakukan dengan berbagai media,  yang mana dalam konteks sedekah laut ini nelayan Cilacap melarung sesaji ‘membuang sesaji’ ketengah laut adalam bentuk kepala kerbau dan uborampe lainnya yang diusung dengan sejumlah keranda. Acara dimulai dengan upacara resmi di Pendopo kabupaten, kemudian di arakan menuju Teluk Penyu. Tempat dimana sesaji itu dinaikkan kedalam perahu dan dilarung disekitar Karang Bandung sisi timur Pulau Nusakambangan.

Saya sendiri termasuk pada bagian wilayah yang berbahasa sunda, tepatnya dari kecamatan Cimanggu. Tradisi sunda bisa saya rasakan sendiri yang terasa begitu kental, bahkan tak sedikit yang mengatakan sebaiknya wilayah ini masuk wilayah Jawa Barat. Masyarakat disana masih menunjang budaya gotong royong, terlihat dari kegiatan rutin sebulan sekali seperti kerja bakti, membersihkan jalan, memperbaiki  saluran irigasi, dsb. Tidak berbeda dengan tradisi pada bagian pesisir Cilacap. Jika bagian pesisir Cilacap, ada namanya sedekah laut maka pada bagian sector pertanian pun ada namanya sedekah bumi. Sedekah yang dilakukan untuk menguatkan bumi agar terhindar dari bencana seperti longsor, banjir dsb. Dengan membawa tiga bungkus makanan, acara dimulai dengan ngaji dan do`a bersama yang diakhiri dengan memasukkan satu bungkus nasi kedalam lubang yang telah disiapkan, satu bungkus yang lain untuk ditukarkan kepada sesama warga lain dan sisanya dimakan bersama di tempat itu. Biasanya sedekah bumi ini dilakukan di tempat yang rawan bencana pada tanggal tertentu.

Budaya sesaji yang umum dijumpai di daerah Jawa juga dapat ditemui disini dengan istilah lain “sesajen.”  Sesaji umumnya dilakukan sesuai tujuan tertentu yang tak lain bermakna sebagai ungkapan syukur atau permohonan dari tujuannya tadi. Misalnya yang terjadi pada orang hajatan, orang meninggal dengan harapan hakikatnya disampaikan kepada mereka dan berkahnya diperoleh bagi yang masih tinggal di dunia. Adapun kuliner khas Cilacap, yang menjadi berbagai variasi makanan seperti ikan asin, jambal roti, abon tuna, tempe dages, keripik bayam, keripik sukun,, serabi cilacap dan gak kalah tertinggal yaitu mendoan.


Namun, derasnya arus modernisasi mulai menggusur nilai-nilai budaya yang ada dan sebagai penerus, sudah kewajjian kita untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang bersifat baik.

#ODOPWONDERFULLINDONESIA

*Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan IV, ODOP batch 4

4 komentar:

  1. Wahh..ternyata pada bae kota ngapak mbak 😂

    Pernah main ke Cimanggu, jauh..saya Purwokerto

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya tapi ndak bisa ngapak mba rin, hehe
      Tahu aja, pas mau ngmg kaku 😁😁

      Mba rina k cimanggu nya kmna? cilacapnya dimba mba?

      Hapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...