Selasa, 10 Oktober 2017

The Rain


Hasil gambar untuk gadis dengan bunga tulip merah


































" Rinai hujan basahi aku ...
Temani sepi yang mengendap ....

Kala aku mengingatmu ....
Dan semua saat manis itu ...."
(-Utopia, Hujan)


Musik itu terdengar dari sebuah radio dikamarnya, dengan segera Ia mengubah posisi duduknya. Sesekali mengoyang-goyangkan kepalanya sambil bibirnya terlihat seperti mengeja tiap-tiap lirik lagu itu lalu menikmati alunan musik dengan begitu khitmat, mungkin dengan sedikit kenangan.

Senyumnya mulai menyungging, terlihat diujung bibir. Dengan segera, dia mulai mengambil handphone-nya dan terlihat seperti mencari sebuah nomor.
Tuuuuut ..... "Hi Bee?" -Bee, panggilan sayang keduanya- Suara lelaki diujung telefon itu mulai terdengar
"Hi juga Bee" Jawabnya senang
"Ada apa menghubungiku malam sekali?" Tanya evan dengan sedikit cemas
"... Emmm ..." Terdiam sejenak "Eh tidak" Jelasnya
"Hahaha" Jawab Evan tertawa "Kau rindu aku yaah?"
"Bagaimana aku tidak rindu, kau pergi terlalu lama" Jawab Angel manja
"Iyah, maafkan aku Bee. Masih banyak pekerjaan yang belum selesai"
"Sampai kapan?" Tanya Angel dengan nada sendu
"Dengan segera Angel, tunggu aku kembali dengan sabar ya" Pintanya
"Baiklah, aku kan sabar menunggumu Evan. Cepatlah kembali"
"Iya Bee, tidurlah ... Besok kamu masuk pagi kan? Nice dream Bee, Miss you"
"Hmmmm" Gumamnya "Miss you too Bee"
Suara telfon itupun berhenti

***

Waktu demi waktu berlalu, rindunya semakin dalam menggebu. Tak lupa pula ia selalu kelihat kalender, mencoret setiap tanggalnya yang telah ia lewati.
"Hari keduapuluh lima" Tulisnya "Evan 
... Cepatlah kembali, entah kenapa rinduku ini semakin hari semakin sesak terasa" Gumamnya

Suasana pagi ini terasa begitu sejuk, mungkin lantaran hujan subuh tadi. Segera ia membersihkan diri, sarapan lalu pergi ke kantor. Didalam sebuah perjalanan ketika Ia melewati sebuah danau, Ia melihat seorang anak kecil menjual bunga-bunga Tulip dan dengan segera Ia memutar arah laju mobilnya dan berhenti tepat didepan anak kecil tadi dan turun.
"Hi Dik" Sapanya "Bunga Tulip itu berapa kamu jual?" Tanya Angel
"Saya jual duapuluh lima ribu kak"
"Baiklah lah dik, kakak mau yah tiga tangkai Tulip merah"
"Mau sekalian dibungkus rapih Kak?"
"Tentu boleh Dik" 
"Untuk siapa Kak bunga ini?" Tanya si Adik penjual bunga sambil mengemas bunga
"Untuk sahabat Kakak yang sudah meninggalkan Kakak terlebih dahulu, dia suka sekali bunga Tulip" Jelasnya
Adik kecil itu terdiam, lalu menunduk. Seketika tangannya juga mulai berhenti mengemas.
"Hi Dik, kamu baik-baik saja?" Tanya Angel memecahkan lamunnya
"Oiya Kak, tidak" Sambil matanya meilirik ke arah Danau dan berbinar "Aku rindu Bu" Perlahan air matanya menetes
"Hi adik manis, kamu kenapa?" Tanya Angel heran melihatnya seperti menyimpan sesuatu yang amat berat
"Aku baik-baik saja Kak" Jelas gadis kecil tadi
"Sungguh?" Tanyanya semakin penasaran
"Ini Kak, bunganya sudah rapih" Mengalihkan pembicaraan "Jadi tujuhpuluh lima ribu Kak" Lanjutnya
"Baiklah" Segera Ia ambil Uang didompetnya "Nih uangnya, ambil saja sisanya untuk beli sarapan"
"Terimakasih Kak"
"Sama-sama Sayang" Tangannya menyentuh pundak sang Adik kecil tadi "Kamu yakin baik-baik saja?" Lanjutnya
Gadis itu melirik pundaknya yang disentuh dan mengangguk, tanda Iya lalu tersenyum.
Dengan segera Angel masuk kembali ke Mobil, dan melajukan mobilnya.


Bersambung


sumber gambar: google

2 komentar:

  1. Asyiik...ditunggu sambungannya
    Btw judulnya sama dengan tulisan Tian kemarin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe masa sih mba samaan?
      Aku gak ngeh juga, baru separuh yg dibuka..
      Terinspirasi dari hujan kemarin hehe

      Hapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...