Minggu, 08 Oktober 2017

Tersabab Karena

Saat saya memegang laptop ini untuk memulai menulis, godaan datang silih berganti mengacaukan ideku. Chat masuk satu per satu dari setiap grup komunitas yang saya pegang. Dan sebagian chat masuk dari anak-anak kampus juga beberapa member yang curhat tentang hafalannya. Iyah, seolah ini menjadi rutinitas setiap  hari.

Tidak hanya kuliah dan kerja setiap harinya, setiap weekend saya kuliah tambahan diluar kampus yang mengharuskan saya ngebolang tiap pekannya dan mempersiapakn tugas untuk hari senin . Jika libur saya mengisi waktu dengan mengikuti beberapa kajian rutin ataupun sekedar makan diluar bersama partner kerja. Tak jarang adik kecilku menegur: “Teteh sibuk ya?” atau seorang teman: “Sibuk ya reen?”

Seakan itu memanggil saya untuk menyapa mereka. Bukan …. Bukan karna sibuk, saya ingin memenuhi hari-hari saya dengan sedikit kegiatan hanya agar tak kurasai hati yang masih berkabung. Tapi nyatanya itu tak mudah, mesti terdengar dengan aktifitas yang seabreg. Aku masih saja melukai hati dengan tangisan. Aku masih saja merenung  kala nasihat-nasihatmu semakin dalam membisik.

Jika harus memilih, aku memilih berhenti dari semua kegiatan yang aku jalani. Aku mulai lelah, rasanya sudah ingin menikah saja. Hahaha. Entahlah …. Lima pekerjaan sekaligus setiap harinya, kadang membuatku merasa jenuh. Sederhana saja,  tersabab ini terlalu monotan.


Ayah …. Bolehkah sebentar saja kita bersua? Tak apa hanya dalam mimpi. Asal dapat bersua denganmu sekedar melepas beban yang  kupikul pada pundakku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...