Rabu, 18 Oktober 2017

Sinopsis buku: "Dengan Hati" karya: Syafrina Siregar

Hasil gambar untuk dengan hati syafrina siregar
Mengambil Latar belakang Isu HIV/AIDS, Dengan Hati bercerita tentang Persahabatan singkat Mila dan Santi yang melewati berbagai masalah yang mereka hadapi seputar isu ini. Ada cinta dalam persahabatan, cinta anatara anak dan Orangtua, juga cinta yang terlarang. Ada pertemuan, dan ada kehilangan. Ada tawa dan air mata.

            Kamila Zakaria, putri Dr. Zakaria ini tidak pernah betah di tempat kerjanya. Namun saat ini, Mila kerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang HIV/AIDS. Di tempatnya yang baru, ia mengenal Santi sesama Konsultan di perusahaannya. Dan baru kali ini ia cocok dengan seseorang yang bisa dipercayainya menjadi sahabat. Bosnya yang galak namun memiliki wajah yang mirip Dermott Mulroney membuatnya hampir  mengundurkan diri lagi, karena seenanknya memaki pekerjaannya yang ia kerjakan semalaman. Santi datang ke rumahnya untuk membujuk Mila agar tidak jadi mengundurkan diri. Akhirnya Mila menuruti apa kata Santi. Lama Mila bekerja dibidang HIV/AIDS sebagai seorang Konsultan, Mila harus berjumpa dan bergaul dengan para ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) dan menunjukan bahwa Mila tidak melakukan stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA. Namun, Mila masih berperang dengan hatinya, ia takut tertular oleh Virus itu. Padahal ia tahu virus itu menyebar bukan dengan sentuhan tangan ataupun sekedar bersalaman. Mila tau semuanya, tetapi ia tetap takut. Sampai awalnya, Santi sahabatnya, meninggalkan obat ARV dirumah kosnya. Mila mengikutinya, alangkah kagetnya ia ketika obat yang Santi minum adalah obat untuk para ODHA. Mila merasa jijik setiap kali bersalaman dengan ODHA dan memuntahkan segala makanan yang dibuat para ODHA. Dan kini ia tahu sahabatnya adalah ODHA.

Mila menjauhi Santi di kantor, dan Santi pun seperti menghindar. Mila merasa sepi, tidak ada teman yang biasa diajaknya mengobrol, tidak ada yang menjahilinya, tidak ada yang menemaninya belanja. Saat Mila mulai dekat dengan Ian (bosnya), Mila bertanya pada Ian. ”Sebuah hubungan tidak dilihat dari status kesehatan, Mila. Sikap dan karakter yang menentukan” dan Mila termangu dengan jawaban Ian. Mila dekat kembali dengan Santi, persahabatannya semakin dekat. Ia tidak tajut lagi kepada ODHA justru malah berempati. Sekian waktu berlalu dengan cepat, ketika proyek yang dikerjakannya hampir setahun berlalu. Mila semakin dekat dengan rekan kerjanya. Dan juga bosnya yang menyukai Mila. Kantor mengadakan acara BBQ untuk merayakannya, sesuai rapat, rumah Mila yang kan di jadikan tempat acaranya. Lalu saat acara sedang berlangsung, tiba-tiba Dini yang sedang hamil tua mengalami pecah ketuban, semuanya panik tak terkecuali Mila. Santi memohon pada Mila untuk meminta tolong pada Dr. Zakaria untuk menangani Dini. Namun, Mila keberatan, Mila tetap takut ayahnya menjadi ODHA dan Mila bersikeras melarang ayahnya mengoperasi Dini. Dr. Zakaria dan semua rekan kantornya tanpa berfikir panjang membawa Dini kerumah sakit. ”Jika dijalani Dengan Hati, semuanya akan lebih mudah dimengerti” kata Dr. Zakaria waktu itu. Dan setelah mendengar ayahnya tidak apa-apa dan Dini serta anaknya selamat, Mila merasa lega. Setelah menengok Dini, Mila mampir ke kos Santi. Dan keadaaan Santi memburuk sampai beberapa hari berlalu. Akhirnya Santipun meninggal dunia. Mila merasa sedih sekali karena sahabatnya sudah tidak ada lagi. Rasa suka Mila kepada Ian semakin bertambah kian hari. Namun Ian seperti menghindarinya, namun Mila yakin Ian juga menyukainya. Tapi kenapa Ian menghindarinya? Mila bertanya dalam hati. Atau karena perempuan cantik yang sering datang ke kantor sewaktu ini?

Dan Mila mendatangi hotel Ian, dimana ia ingin mengorek kebenaran tentangnya. Dan Mila memperoleh keterangan, bahwa Ian juga seorang ODHA. Dan kabar baiknya, perempuan yang bersama Ian adalah adik Ian, charlotte (charlie). Ian menyukainya dan Ian adalah ODHA!. Pernyataan itu berulang kali mampir dipikirannya. Esoknya Mila menemui Ian, mengatakan apakah Ian benar-benar mencintainya. Akhirnya Ian melamarnya, dan Mila menikah dengan Ian.

            Satu persatu konflik yang muncul membawa tokoh-tokohnya pada satu kesimpulan: hanya dengan hati, semua akan lebih mudah dimengerti dan dijalani dengan lebih baik lagi. Tapi masih bisakah kembali pada hati dan membiarkan ayah tercinta berisiko terpapar HIV karena mengoperasi seorang ODHA? Masihkah bisa jujur pada hati dan membiarkan orang terkasih menikah dengan seorang ODHA? Masih sanggupkah berpijak pada hati saat diri sendiripun berisiko terinfeksi virus HIV?


            Saat teori bersinggungan dengan kenyataan, saat idealisme mempertanyakan realita, masihkah Mila, Santi, Dini, juga Ian tetap berpijak dengan hati?


-Rene Usshy-

2 komentar:

  1. terkadang berat ya, kalo melakukan sesuatu tanpa dibarengi dgn hati...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba...
      makanya hati slalu jadi tumpuan pertama

      Hapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...