Jumat, 13 Oktober 2017

The Rain #The End





***
Hasil gambar untuk MENINGGALKANMu
"Pagi mah ...." Sapa Angel ramah
"Pagi juga sayang" Menyambutnya dengan hangat
"Hari ini aku pulang cepet kayanya Mah" Sambil mengambil susu
"Iya sayang"
"Yaudah aku langsung berangkat ya Mah" Langsung berlari kecil
"Kamu gak sarapan dulu" Teriak Mamah Angel
"Aku buru-buru Mah" Jawab teriak Angel
"Yasudah hati-hati di jalan Nak"
Tanpa jawaban, sebab Angel telah berlalu jauh

Pagi itu, suasananya sejuk sekali. Dinginnya merasuk pada pori-pori kulit menyamarkan kelembutan. Seperti biasa, Ia tak pernah lupa untuk membeli bunga tulip merah dekat danau. Tapi entah kenapa, kali ini si Adik kecil itu tak lagi jualan disana. Ia menyusuri perlahan jalanan danau, matanya mengarah ke kanan ke kiri mencari si Adik, tapi tak jua bertemu lalu Ia putuskan untuk berlalu dan beranjak pergi saja ke kantornya.



Seperti biasanya, Ia terlebih dahulu pergi ke makam sahabatnya, Dista. Sebelumnya akhirnya memutuskan pergi ke Kantor tanpa bunga tulip merah. Ia melajukan mobilnya ke TPU -Tempat pemakaman Umum-. Setibanya disana, Ia menyusuri jalanan makam dengan pelan. Sesekali matanya melirik kearah kanan dan ke kiri lalu memandang ke depan, seketika langkahnya terhenti melihat ada sesosok lelaki yang tengah berada dimakam sahabatnya, ia semakin penasaran tatkala sosok itu seperti tidak asing untuknya, langkahnya kini semakin mendekat. Ia semakin tak asing untuknya "Seperti Evan, tapi dia masih di Aussie" Pikinya dalam benak. Saat ia melangkahkan kakinya satu langkah, Ia mendengar lelaki itu berucap "Aku gatau Dista, harus seperti apalagi caraku untuk melupakanmu. Kamu masih dihatiku, sedangkan engkau kini telah jauh tinggalkan aku. Dista ... Kamu pernah buat aku merasakan manisnya hidup, tapi kini aku gentir kehilanganmu" Tangisnya mulai turun diatas batu nisannya.

Saat itu pula, ada Angel tepat dibelakangnya menahan tangis menutup mulutnya, seakan tak percaya bahwa kekasihnya begitu mendamba terhadap Dista.
"Dis ... Kehilanganmu menyakitkan, kamu berjanji untuk sembuh. Tapi kenapa kamu tinggalin aku sendiri. Dista ... Maafkan aku, maafkan aku karna tak bisa untuk terus mencintai Angel" Matanya semakin sendu, tangisnya semakin tak kuat untuk ditahan.
Angel pun semakin terkejut dengan kejujuran yang tak sengaja Ia dengar, ia semakin lemah "Jadi selama ini, dia sayang sama Dista dan Dista ..."  Tangisnya semakin menjadi, saat itu hatinya hancur. Ia memilih untuk mundur dan menjauh darinya, sebab kenyataannya begitu menyakitkan.


Ia beranjak tinggalkan Evan yang masih disana dekat makam sahabatnya. Ia menangis didalam mobilnya, lalu ia melajukan mobilnya kembali kearah rumah.

"Bruuug ..." Suara tasnya terjatuh, mengagetkan Mamahnya yang waktu itu sedang menonton TV dan Ia tak peduli, memilihnya untuk berlari ke kamarnya
"Angel ...." Teriak sang Mamah "Kamu gak jadi ke Kantor?"
Mamahnya hanya mendengar suara tangisnya.
"Ada apa ya Bi, kok dia datang-datang menangis kaya gitu?" Tanya Mamah Angel ke Bibi, heran.
"Saya kurang tau Nya -Nyonya-" Jawab bibi polos
Tanpa fikir panjang, akhirnya Mamahnya segera menyusul kedalam kamarnya. "Sayang kamu kenapa?"
Hanya terdengar isak tangisnya
"Angel ... Buka pintunya sayang, Mamah boleh masuk"
"Aku gapapa Mah" Jawab Angel menguatkan diri
"Kalo kamu gapapa, berarti mamah boleh masuk"
"Gak Mah, aku mau sendiri dulu"
"Angel ...." Pinta sang Mamah
"Iya Mah" Jawab Angel membukakan pintu
Mamahnya langsung memeluknya, mengelus rambutnya dengan lembut dan membawanya duduk diatas ranjang. Tangis Angel kembali pecah, semakin menjadi.
"Tak apa kalo kamu gak mau cerita, tapi inget sayang ... Mamah tau apa yang kamu rasakan, jadi jangan sembunyi dari Mamah" Berusaha menenangkan.
Akhirnya Ia pun memilih menceritakan semuanya kepada sang mamah.
"Sayang ... Ketahuilah, bahwa Dista menyimpan semuanya dari kamu karena dia gamau persahabatan kalian rusak hanya karna egonya. Dia tau, kalo kamu mencintai Evan. Dia merelakan Evan untukmu, sebab apa? Karena dia tahu, dia tidak akan lama lagi untuk hidup. Dia juga tidak mau menyakiti Evan terlalu jauh. Jadi sayang, semuanya semata demi persahabatan kalian" Mamahnya memeluk Angel erat "Jadi sekarang, kamu ngerti?"
"Tapi Mah ..." Angel mengelak
"Sayang ...."
"Iya, aku ngerti Mah"
Angel memeluk Mamahnya erat, menghabiskan tangisnya tanpa sisa.
Ia kembali ingat tulisan di buku itu "Terkadang cinta juga perlu mengikhlaskan dan berkorban untuk orang lain, meski tak mampu". Sekarang ia mengerti apa maksud kalimat itu.


Kini, ia menghabiskan waktu itu dikamarnya. Menikmati kisah-kisahnya yang pernah lalu bersama Evan kekasihnya yang mencintai sahabatnya, dan tentang sahabatnya, Dista. Merenungi setiap moment-moment yang pernah dilewati bersama sembari membuka lembaran-lembaran foto yang sengaja Ia simpan pada album miliknya. Ia menghiraukan Evan, membiarkannya melakukan yang Ia mau. Begitupun dengan Angel, kembali menata hati hingga Ia sadar bahwa "Keegoisan takkan pernah menemukanmu dengan cinta" dalam hatinya "Teruntuk Evan, terimakasih pernah bersamaku menjadi kekasih yang yang selalu ku damba, dan Dista ... Terimakasih sudah mengajarkan aku, untuk tidak egois. Cintamu mengajariku, bahwa persahabatan bukanlah penggadaian cinta" Tak lupa, bunga tulip merah yang menandakan keabadian cinta. "Aku sayang kalian" Memeluk fotonya dengan tangis haru.



Selesai.



sumber gambar: google.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...