Rabu, 28 Februari 2018

Dentuman Riak Kata Pisah

Hasil gambar untuk mengemban amanah

Salam,

Manis senyum menyulam bibir, seperti kilau pelangi menyambut senja. Imaji terakui pada ambisi visi dan misi yang sama. Berbagi kisah, dalam canda jua duka. Beriringan memeluk kasih, bak bulan pada malam yang pekat.

Aku memaku, pada kegundahan diri meraja semu dari bias harap sebuah kebersamaan. Meski nyata tak merangkulku utuh namun maya memelukku luruh.

Kemarin, jiwaku terombang-ambing, mencari jati. Sebelum akhirnya, ku labuhkan diri tuk menemui. Pencarianku berakhir. Namun, tidak dengan perjuangan.

Kini, kukembali menelan ludah bukan karena sebuah kesiaan.  Namun, harapnya merangkul lembut diri. Sebuah amanah baru dibebankan, kala diri mulai merasa lalai. Apakah teguran, atau …? Entah, tak ingin cepat menyimpul.

Jika hal ini menjadi sebuah tanggungjawab yang baru, semoga kelak Engkau meridhoi didalamnya segala keputusan, hingga melapangkan diri menanam sifat ikhlas dan sabar. Sebagaimana yang Engkau utamakan, “Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Dan itu sungguh berat kecuali orang-orang yang khusyuk. Yaitu orang-orang yang yakin bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya.” QS. (2:45-46).

Ya Rabbi, perkenankan daku menjaga dan menjalankan amanahMu dengan mudah. Sebagaimana firmanMu; “Laa yukallifullaahu nafsan illa wus`aha …. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” QS. (2:286)

Dengan ini, kupercaya bahwa amanah tidak salah memilih pundak. Dentuman riak menyeruak, sisakan buih sapa yang harus terpisah. Daku sayang kini harus mampu kulepas, demi totalitas amanah baru. Kesan rindu menyamai kehilangan, kala satu, dua pamit dari kepulangan.

Berat. Sungguh. Siapa yang sudi berpisah dalam balutan kasih penuh sayang? Siapa pula yang dengan terbuka menerima kedatangan??

Hari pertama menegang nadi, hati kelu dalam perbedaan. Hanya ku harap dukungan, senantiasa amanah dalam tanggungan. Ya Rabbi, Innallaha ma`anna.


Terkhusus mentor fasil 3, terimakasih selalu support. Semoga Allah perkenan pula kebaikan untukmu, dan memperkenankanku menjaga kepercayaan yang diberi olehmu. Semoga Allah mempertemukan kita dalam kebaikan dunia, dan pula jannahNya. Aamiin Allahumma Aamiin.


#OneDayOnePost
#SalamPerpisahanFasil3HOTS
#AmanahFasil10HOTS
#Bismillah

Sabtu, 24 Februari 2018

Peraduan Rindu Tak Bertuan


Jingga berwarna pada cakrawala senja menyapa, kala lara pada duka tak bertapa. Semenjak kehadiran datang menyamai tahta pada bahtera derita tak bernyawa.

Seonggok hati berbalut keruh ati empedu, mengotori dindingnya yang masih merah muda. Kini, tertutup lumur darah yang pekat. Cokelat memikat, menarik mata pada pilahan belahnya yang hampa.

Balur rindu menggebu kala jemari bertemu saling mengadu. Diperaduan menengadah, gebukan rasa tuntaskan kisah. Satu nama menghampiri, bak harmoni pada titah sang Ilahi Rabbi.

Sendu menepi pada singgasana wahai diri, terbalut emosi akan sakit yang memenjarakan hati. Terpenjara sunyi, sepi, pada abadi cerita sang Ilahi. Menanti pasti dari rundung yang keji.

Bertutur manja tepiskan derita, kisah cinta terbilang hampa. Menggoda diri dari sepi yang kian menyiksa dari sapa sang mahkota raja. Bersama menuntaskan, segenap asa yang berTuhan, pada diri dalam alunan peraduan rindu tak bertuan.



#OneDayOnePost
#ProsaLiris
#MasihTentangRinduTakBertepi

Sabtu, 17 Februari 2018

Ruang Hampa


Sebuah ilusi menyamai makna
Menyilau sunyi mata tak berkaca
Tonggak diri yang tak henti
Secerca harap yang tak pasti

Emosi melanggang senja
Ketika datang sang permata
Bulir hampa tak berkata
Terdiam senyap pada singgasana

Rona pipi semburat sendu
Menarik hati, memikat suri
Menjelma diri.

Bilasaja diri kutemui
Masihkah sepi meraja?
Atau senyap tak berarti
Dari rasa yang hampa.


Tangerang Selatan, 17 Februari 2018
Masih tentang rindu tak bertepi.

Kamis, 08 Februari 2018

Desaku

Pedesaan, Panen, Pertanian, Alam

Semerbak aroma lili menyeruak masuk indera. Menyisir sepi dalam syahdu kerbersamaan. Bertopang pada genggam yang saling terikat, mengikat bersama menjalin ikat silaturahmi.


Petak berpertak sawah menghampar luas, berdamping sungai dengan air yang terkadang kering. Bukit membukit mengelilingi perumahan, yang kapan saja bisa mengancam keselamatan.

Para petani dengan cangkulnya berlalu lalang, kala gelap pagi belum menuturkan mentari. Meramaikan pagi dengan saling sapa. Angkutan desa siap mengangkut mereka pergi.

Kokokkan ayam mulai terdengar ramai, ketika gelap mulai sedikit terang. Para ibu mulai berhamburan keluar, pergi kepasar maupun warung teman. Membawa satu, dua bungkus sayuran tuk dimasak.  Adapun yang memetik langsung dari kebun pekarangan.

Setelahnya, dibantu anak-anak gadisnya berjemur pakaian di antara gelagah panjang sebuah bambu. Mentari mengganti gelap, menyisakan lirih yang terkadang masih berbalut. Tak kenal dingin, semua dikerjakan sepagi mungkin.

Saat ayam-ayam mulai ramai berkeliaran, maka petanda bahwa waktu telah siang. Meski jam dinding baru saja menunjukan pukul 07.00 pagi. Semua telah usai dikerjakan.

Suasana menjadi hening kembali, tapi tak menyudutkan asrinya. Beberapa orang saling bertamu memperkokoh silaturahmi, meski hanya saling sapa. Sedikit di selipi canda juga tawa. Bersama teh manis dan beberapa potong mendoan, yang menjadi ciri khas kotaku.

Inilah kotaku, sebuah desa terpencil di sudut kota yang jauh dari keramaian. Terpojok yang dikelilingi bukit, dan pesawahan. Perkebunan karet menyirat sepanjang jalanan, pohon bambu mengokoh di antara bukit yang sebagian telah habis termakan longsor.

Jalanan berbelok tajam, jua naik turun menjadi sensasi sendiri. Tak lupa jalanan yang masih jauh dari kata bagus, cerita yang tak bisa dilupa bagi orang baru.

Meskipun demikian, desaku desa asri. Jauh dari keramaian jalanan kota, suhu saat musim penghujan akan  mencapai titik terendahnya sebagaimana ketika berada dipuncak.

Sebuah desa yang membesarkanku, jua mengajarkan kebersamaan secara jujur. Sebuah desa yang menyimpan cinta, meski sejauh apapun ku pergi.

Desaku yang cinta,
Pujaan hatiku,
Tempat ayah dan bunda,
Dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan …
Tak mudah bercerai,
Selalu kuu rindukan,
Desa ku yang permai.

Yuk, kapan-kapan ke desaku. Desa Mandala, kabupaten Cilacap. Jawa Tengah.


#Day29 #30DWC
#OneDayOnePost
#Desaku

Selasa, 06 Februari 2018

My Trip My Advanture : Warisan Sejarah (Part 2)

Hi guys, balik lagi bareng saya di My Trip My Adventure. Sebuah perjalanan petualangan  pertama yang menyimpan kesan. Hahaha. Sederhana sekali saya. What ever you say lah.

Sebelumnya, saya sudah menjelaskan bagaimana perjalanan menuju kesana. Jalur yang ekstrim,, tapi tak meninggalkan rasa kapok. Tiga jam perjalanan yang cukup membuahkan hasil.

Next,

Menghabiskan waktu sehari untuk berlibur disana, memang salah satu solusi melepas penat situasi Kota Metropolitan. Tempat yang sejuk, dengan sumber udara yang masih asri sangat baik bagi mereka yang tengah proses penyembuhan alat pernapasan.

Airnya yang dingin berasal dari sumber mata air asli yang diberi nama Tuk Bening, semakin meremajakan kulit, tatkala kalian mulai membasuhkannya. Tak kalah penting dari tempat wisata lainnya,  faktanya, Agrowisata Kaligua ini, salah satu warisan peninggalan jaman kolonial Belanda. Yang artinya bahwa, kebun teh ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka.

Hasil gambar untuk tuk bening kaligua
Sumber Mata Air Tuk Bening

Berlokasi di bagian selatan Kota Brebes, lebih tepat 15 km dari arah Bumiayu, juga sekaligus berada di kaki Gunung Slamet.  Gunung tertinggai kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Berada di ketinggian lebih dari 2000 mdpl, membuat kondisi udara sangat dingin berkisar 8-22 derajat C pada musim kemarau dan mencapai 4-12 derajat C pada musim penghujan.

Agrowisata Kaligua ini dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah. Kebun teh ini juga merupakan salah satu kebun teh terbesar se-Asia dan sekaligus penghasil teh hitam (Black tea) terbaik dengan merk “Kaligua” dalam kemasan celup maupun serbuk.

Gambar terkait
dalam kemasan celup

Sebagai warisan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda, pabrik teh kaligua ini dibangun pada tahun 1889 yang semula dikelola oleh warga Belanda yang bernama Van De Jong, dengan awal perusahaan bernama John Fan & Pletnu yang mewakili VN Culture Onderneming.

Hasil gambar untuk pabrik teh kaligua
Pabrik teh Kaligua

Konon saat pembangunan pabrik ini, para pekerja membawa ketel uap dari Paaguyungan menuju Kaligua yang ditempuh dalam waktu 20 hari. Mereka pun harus berjalan sekitar 17 km. Selama proses pengangkutan ini, para pekerja dihibur oleh kesenian Ronggeng masyarakat Banyumas. Yang mana hingga saat ini, setiap memperingati HUT Pabrik yang jatuh tepat pada tanggal 1 Juni, selalu menampilkan kesenian tradisional tersebut.

Agrowisata Kaligua ini semakin terkenal, saat ditahun yang sama saya berkunjung pula, sekitar kalau tidak salah bulan februari, tim Misteri Tukul berkunjung kesana dan mengulik sedikit kisah tentang Goa Jepang.

Hasil gambar untuk GOA JEPANG kaligua
Goa Jepang

Goa Jepang ini adalah salah satu objek wisata yang berada di area perkebunan teh Kaligua. Menurut pak Guide Tour, pemandu yang menuntun saya masuk kedalam goa, panjang terowongan goa sendiri berkisar sekitar 850 meter. Jalan yang berliku dan lorong yang sempit terasa sekali, apalagi kalau kalian tinggi, dan gelap tentunya. Goa ini terbangun di bawah bukit-bukit perkebunan teh.

Ada beberapa ruangan yang dijelaskan pemandu didalamnya, ada ruang pembantaian, ruang sidang, ruang tahanan, dan ada juga ruang sarang kelelawar. Hanya dengan merogoh kocek uang seiklasnya, kalian sudah  bisa menikmati warisan sejarah ini.

So, bagi kalian yang hidup didaerah kota, tidak salah jika kalian menghabiskan liburan disini. Dengan pemandangan yang memanjakan mata, udaranya yang sejuk bagus sekali untuk terapi pikiran dari kekabutan kota metropolitan.

Yakin, tidak tertarik??


*bersambung
#Day27 #30DWC

#OneDayOnePost

Senin, 05 Februari 2018

Ayam Si Sejuta Olahan Terfavorite

Chick, Easter, Egg, Greeting, Card
Sumber gambar: Pixabay

Ayam, hewan ternak dengan berbagai macam olahan. Mulai dari telur hingga bulu. Bulu-bulunya dapat digunakan sebagai kemoceng untuk membersihkan debu. Telurnya sendiri begitu banyak manfaat, termasuk bisa digunakan sebagai pembersih wajah atau biasa digunakan sebagai masker, kuning telur sendiri bisa digunakan sebagai bahan olesan kue nastar, dan juga bisa digunakan sebagai jamu.


Ayamnya sendiri hingga kaki, bisa diolah dengan berbagai macama olahan. Mulai dari; ayam goreng, ayam bakar, opor ayam, ayam sambal ijo, pecel ayam hingga sampai ayam suir dan sejenis olahan lainnya.

Nah, dengan berbagai macam olahan inilah, sehingga menimbulkan kreasi baru cara pengolahannya. Sekarang tengah ramai dengan olahan; ayam bikini; sebutan baru untuk ayam goreng, ayam daster; ayam dibalut tepung roti, ayam penyet; ayam yang dipenyet ataupun digeprek halus. Tak tertinggal ayam geprek.

Lho, ini apa?? Apa bedanya sama ayam penyet?

Apakah terbesit pertanyaan seperti itu??

Mungkin sebagian dari pembaca sudah tahu mengenai ini, tapi tak mengapa. Saya sedikit menceritakan, mengulang gambarannya saja.

Ayam geprek memang sama seperti ayam penyet, berbahan dasar ayam yang digoreng lalu kemudian di geprek. Yang membedakan hanya pada ayam geprek, ayamnya tanpa tulang yang kemudian digeprek, daging kulit ayam digoreng gurih sehingga ada rasa renyah di lidah.

Saya sendiri biasa makan ayam geprek ini, didepan Masjid Jami Al Huda Sasak Tinggi, Pamulang – Tangerang Selatan. Posisi sebelah kiri dari arah Ciputat menuju Pamulang, dan sebelum danau.

Harga Rp. 13.000,- untuk sepotong ayam geprek, dan Rp. 16.000,- untuk seporsi beserta nasinya. Harga yang masih terjangkau untuk ukuran anak sekolah macam saya. Hahaha. Jamuan ayam geprek sendiri terdiri atas, sepotong ayam geprek tanpa tulang, dengan sambal bawang mentah beserta beberapa irisan timun, dan potongan kol sebagai lalapan.

Gambar terkait
ayam geprek.

Gambar terkait
ayam penyet.

Berlokasi strategis pinggiran jalan, menciptakan nuansa dan sensasi baru melahapnya. Apalagi ditambah, wifi gratis diangkringan tersebut. Sayangnya, angkringan ayam geprek ini tidak buka lama. Jam 5 sore, biasanya baru buka lapak, dan tutup jam 21.30 wib.

Bagi kamu, kamu dan kamu yang bosen dengan olahan ayam yang dibakar atau hanya digoreng, ayam geprek ini perlu dicoba. Sensasi renyah, gurih bercampur pedas dari sambal bawang mentah semakin menambah nikmat nafsu makan kamu.

Harga yang keluar pun tak lebih dari Rp. 20.000,- per porsi, lebih murah dari harga yam penyet, meskipunhanya selisis tiga hingga lima ribu. Dengan cita rasa yang tak kalah enak dari olahan ayam lainnya, recommended bagi kalian yang suka sekali makan ayam dan makan pedas. Sensasikan rasa pedes sesuka hati loe!

Penasaran sama rasanya?? Sini, kuajak kuliner bareng .... J


#Day26 #30DWC
#OneDayOnePost.

Minggu, 04 Februari 2018

Disisi Lain Dunia Sekolah

Board, School, Immediately, Soon, Equal
Sunber gambar: pixabay

Memasuki pekan terakhir dalam 30 Days Writing Challenge membuat saya mengingat kembali cerita-cerita lama. Tantangan yang diberikan tiap hari,  menarik hati saya bernostalgia disana. Terkadang, sendu singgah mengingatnya.


Ya, meski terkadang ku balut fiktif didalamnya. Dengan tema tantangan dunia sekolah, sebenarnya banyak sekali yang bisa ditulis. Namun, ku rasa yang paling berkesan adalah ketika saya duduk dibangku Madrasah Aliyah (MA) sekelas SMA dan sederajatnya.

Bukan tanpa alasan, sebab saya merasa sekolah ini menyimpan sejuta cinta. Meski saya sendiri tak merasakan layaknya sekolah umum dikebanyakan sekolah lainnya.

Saya hanya ingin menuliskan sekelumit sisi lain dalam dunia sekolah. Masa SMA adalah masa-masa dimana diri tengah mencari jati diri, entah dalam pergaulan maupun dalam teori pembelajaran.

Ada yang cenderung pada kebaikan, namun tak sedikit pula justru pada kebalikannya. Bolos memang bukan pillihan saya mengindar dari para guru, sekiller apapun mereka.

Saya pun lebih sering tidur dikelas, dan aktif dipramuka saat kelas satu. Terlalu banyak izin setiap bulannya hanya untuk ikut acara pramuka. Saling tawar menawar, saat ikut olahraga. Dan kami pun, saya dan teman-teman kelas lainnya pun pernah membuat rusuh guru, ngerjain mereka saat mereka ulang tahun.

Kelas 2 SMA, saya off dipramuka dan aktif di OSIS. Permintaan para guru untuk mencalonkan diri saya disana, tak saya ambil. Beralasan karena OSIS perlu conoh yang baik, sementara saya? Ah kurasa tidak. Meskipun dikelas sudah tak lagi tidur. Untuk masalah izin sendiri, saya sampai terlalu sering untuk dipanggil guru keruangannya. Hahaha. Beberapa kali sering izin nulis, untuk mengikuti lomba gambar dan lomba nulis. Meski mentok pada juara harapan tingkat kabupaten.

Kelas 3 SMA, sejarah terparah saya sekolah. Kenapa??

Jika pada umumnya, sekolah hanya datang sebelum bel berbunyi, lalu mengikuti kelas hingga jam yang sudah ditentukan dan  belajar dengan mematuhi tata tertib sekolah. Maka disini saya tegaskan, bahwa saya tak pernah melakukan semua itu.

Berangkat dengan pakai sandal, tiba dikelas dengan headset ditelinga. Bahkan saya dan teman-teman kelas IPA pun terbiasa makan dikelas, kopi dimeja dan beberapa camilan lainnya. Satu guru kimia yang selalu memanjakan, dan mereka selalu memanfaatkan saya untuk kesenangan mereka. Dan jelas tentu, aku senang. Hahaha.

Kapan lagi, ada guru yang mengizinkan anak muridnya makan dikelas. Dan beruntungnya aku, itu hanya berlaku untukku. Bukan tanpa alasan pula, izin yang didapat hanya karena katanya aktif dalam mengikuti pelajarannya.

Makan dikelas rame-rame bareng guru biologi, yang selalu memberikan kami vitamin c setiap hari kamis. Makan karedok setiap hari sabtu bareng guru yang sama pula. Bahkan kami pun pernah membuat rujak didalam kelas, lengkap bersama cobek dan ulekannya. Hahaha.

Belum lagi, jika tidak ada guru. Saya rasa, pasar pindah kedalam kelas saya. Jika ada seorang yang makan permen kaki, maka yang makan harus traktir semua anak kelas, tanpa terkecuali.

Setiap hari rabu, ada istilah keluar yang kami beri nama, Hari Rangin sedunia. Mengapa? Karena setiap hari rabu, kita memborong  makanan ini untuk dimakan bersama-sama. –Rangin, orang Jakarta bilang ini kue pancong, orang Bali bilang ini namanya kue daluman. –

Gambar terkait
Sumber gambara: inikue.com

Sebuah cerita yang tak bisa saya lupa begitu saja. Kini mengingat mereka seperti sebuah keluarga, meskipun demikian, kami tetap mendapat pelajaran selayaknya bersekolah. Mungkin hanya cara kami,  yang tak ditemukan pada sekolah manapun.


*selesai.
#ODOP #Day25 #30DWC
#OneDayOnePost

Sabtu, 03 Februari 2018

Dongeng Untuk Bobi : Sekelumit Cerita Untuk Bibo (Part 2)


Diruang makan sebuah rumah, nampak seorang anak lelaki empat tahunan duduk termenung didepan meja makan. Membiarkan makanannya dingin, tanpa disentuhnya. “Dimakan dong, Sayang …,” Mamah Bibo membujuk.

Anak kecil yang bernama Bibo itu menggelengkan kepalanya. Wajahnya suntuk, tanpa gairah.

Mamah Bibo terheran, ia mengalihkan pandangan ke arah suaminya meminta bujuk.

“Sayang, kok makanannya gak dimakan?” Tanya Ayah Bibo, “kamu gak suka, ya?” lanjutnya.

Lagi, ia menggelengkan kepalanya.

Mamah Bibo mendekat, tepat duduk disampingnya. “Mamah suapin ya .…”

“Aku nggak mau, Mah.” Ia menjawab dan dengan menggelengkan kepalanya.

“Kenapa, Sayang? Ini mamah masak ayam goreng kesuakaan kamu.”

“Bibo kangen sama Bobi, Mah. Biasanya Bibo makan ayam goreng ini bareng Bobi.” Matanya mulai berkaca, mengingat sang adik.

Mamah Bibo pun tersadar, sejenak ia terdiam.

Dibelainya rambut kepala sang anak, didekapnya erat. “Sayang … habis ini kita ke adikmu, ya. Tapi kamu makan dulu.” Tersenyum sembari tetap mencoba membujuknya makan.

Namun Bibo masih setengah murung, tetap tidak mau makan.

“Bibo tahu gak, mamah punya cerita loh …”

“Cerita apa, Mah?” ia mengangkat sedikit kepalanya.

“Dahulu … disebuah hutan tinggallah seorang anak kecil dengan sang ibunda,” mamah Bibo memulai cerita.

“Emang mereka gak punya rumah ya, Mah? Kok di hutan?” ia menanggapi.

“Nah … kamu dengerin dulu, kenapa sih kok mereka dihutan.” Mamah Bibo menuturkan.

Bibo mengangguk.

“Mereka tinggal beberapa hari, tidak menetap. Suata hari kala itu, sang anak merasa lapar, sementara mereka tidak memiliki bekal ataupun sesuatu yang harus dimakan,” sembari bercerita mamahnya mulai menyuapi makan sang anak, “anak itu merengek meminta makan. Tetapi ibunya tak memberinya makan,”

“Kok ibunya jahat sih, Mah. Nanti dia kesakitan kalo gak makan.” Ia kembali menanggapi cerita sang mamah, sembari ditelannya makanan yang dimulutnya.

“ibu itu bilang; Nak, kalau kamu mau makan kamu harus cari sendiri makanan itu, lihat disana ada seekor monyet yang masih kecil tengah mencari makanannya sendiri. Anak itu menjawab; tidak bu, aku takut. Akhirnya dengan rasa ibanya,  ibu itu memutuskan untuk hanya menemaninya mencari saja, meski dia juga tahu kalau anaknya ini tengah lapar sekali.” Ia terhenti sejenak, meraih secangkir gelas di posisi kanannya, diberikannya kepada sang anak untuk di minum, “ditengah ajalan mencari makan, anak itu terhenti. Ia mengeluh capek, lelah, dan sangat lapar sekali.”

“Ibunya jahat ya, Mah. Kan kasihan, dia pasti kesakitan. Terus, terus, Mah ….”

“Saat seperti itu, akhirnya sang ibu mengeluarkan sebungkus roti yang disimpannya dibalik kain bajunya. Diberikan roti itu, yang ia makan selahap-lahapnya. Kemudian ibu itu berkata; Nak, kamu tahu? Diluar sana masih banyak orang yang tidak bisa makan seperti apa yang kita makan, bahkan sebagian yang lain mencari makanan sisa ditempat-tempat sampah yang sudah tidak steril. Memungut makanan dari tempat kotor hanya karena lapar dan keterbatasan,. Sementara kamu, kamu diberi kecukupan untuk memperoleh makanan dengan bersih, dengan layak. Tapi kamu buang-buang makanan itu. Tidak hanya mubadzir, tapi nasi itupun menangis. Menangis karena kamu udah sia-siakan rezeki yang Allah kasih buat kamu. Akhirnya, anak kecil itu pun sadar, dan meminta maaf kepada sang ibu lalu berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama kembali.” Mamah  Bibo tersenyum, kembali membelai rambut sang anak.

“Oh seperti itu, jadi ibunya baik ya, Mah.”

Ia mengangguk. “Iya, Sayang. Makanya dari itu, kita jangan menyianyiakan rezeki yang udah Allah kasih buat kita. Karena diluar sana masih banyak orang yang hidup dalam kekurangan. Kita dikasih lebih sama Allah untuk berbagi dengan mereka.”

“Iya, Mah. Nanti nasinya, nangis ya, Mah?”

“Iya.”

Ia kembali meraih sesendok nasi terakhir dipiringnya. Aaaaam.

“Nah, gitu dong. Dihabisin makannya.”

“Ye, ye … kakak habis makannya.” Dengan girang ia menjawab.

Sang Ayah pun memandangnya dengan tersenyum. “Habis ini, kita ke makam
adikmu ya.”

“Siap, Yah.”

Ibunya tersenyum menatap tingkah sang anak, dalam hatinya kelu mengingat adik Bibo yang sudah tiada.

*selesai
#Day24 #30DWC

#OneDayOnePost.

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...