Sabtu, 03 Februari 2018

Dongeng Untuk Bobi : Sekelumit Cerita Untuk Bibo (Part 2)


Diruang makan sebuah rumah, nampak seorang anak lelaki empat tahunan duduk termenung didepan meja makan. Membiarkan makanannya dingin, tanpa disentuhnya. “Dimakan dong, Sayang …,” Mamah Bibo membujuk.

Anak kecil yang bernama Bibo itu menggelengkan kepalanya. Wajahnya suntuk, tanpa gairah.

Mamah Bibo terheran, ia mengalihkan pandangan ke arah suaminya meminta bujuk.

“Sayang, kok makanannya gak dimakan?” Tanya Ayah Bibo, “kamu gak suka, ya?” lanjutnya.

Lagi, ia menggelengkan kepalanya.

Mamah Bibo mendekat, tepat duduk disampingnya. “Mamah suapin ya .…”

“Aku nggak mau, Mah.” Ia menjawab dan dengan menggelengkan kepalanya.

“Kenapa, Sayang? Ini mamah masak ayam goreng kesuakaan kamu.”

“Bibo kangen sama Bobi, Mah. Biasanya Bibo makan ayam goreng ini bareng Bobi.” Matanya mulai berkaca, mengingat sang adik.

Mamah Bibo pun tersadar, sejenak ia terdiam.

Dibelainya rambut kepala sang anak, didekapnya erat. “Sayang … habis ini kita ke adikmu, ya. Tapi kamu makan dulu.” Tersenyum sembari tetap mencoba membujuknya makan.

Namun Bibo masih setengah murung, tetap tidak mau makan.

“Bibo tahu gak, mamah punya cerita loh …”

“Cerita apa, Mah?” ia mengangkat sedikit kepalanya.

“Dahulu … disebuah hutan tinggallah seorang anak kecil dengan sang ibunda,” mamah Bibo memulai cerita.

“Emang mereka gak punya rumah ya, Mah? Kok di hutan?” ia menanggapi.

“Nah … kamu dengerin dulu, kenapa sih kok mereka dihutan.” Mamah Bibo menuturkan.

Bibo mengangguk.

“Mereka tinggal beberapa hari, tidak menetap. Suata hari kala itu, sang anak merasa lapar, sementara mereka tidak memiliki bekal ataupun sesuatu yang harus dimakan,” sembari bercerita mamahnya mulai menyuapi makan sang anak, “anak itu merengek meminta makan. Tetapi ibunya tak memberinya makan,”

“Kok ibunya jahat sih, Mah. Nanti dia kesakitan kalo gak makan.” Ia kembali menanggapi cerita sang mamah, sembari ditelannya makanan yang dimulutnya.

“ibu itu bilang; Nak, kalau kamu mau makan kamu harus cari sendiri makanan itu, lihat disana ada seekor monyet yang masih kecil tengah mencari makanannya sendiri. Anak itu menjawab; tidak bu, aku takut. Akhirnya dengan rasa ibanya,  ibu itu memutuskan untuk hanya menemaninya mencari saja, meski dia juga tahu kalau anaknya ini tengah lapar sekali.” Ia terhenti sejenak, meraih secangkir gelas di posisi kanannya, diberikannya kepada sang anak untuk di minum, “ditengah ajalan mencari makan, anak itu terhenti. Ia mengeluh capek, lelah, dan sangat lapar sekali.”

“Ibunya jahat ya, Mah. Kan kasihan, dia pasti kesakitan. Terus, terus, Mah ….”

“Saat seperti itu, akhirnya sang ibu mengeluarkan sebungkus roti yang disimpannya dibalik kain bajunya. Diberikan roti itu, yang ia makan selahap-lahapnya. Kemudian ibu itu berkata; Nak, kamu tahu? Diluar sana masih banyak orang yang tidak bisa makan seperti apa yang kita makan, bahkan sebagian yang lain mencari makanan sisa ditempat-tempat sampah yang sudah tidak steril. Memungut makanan dari tempat kotor hanya karena lapar dan keterbatasan,. Sementara kamu, kamu diberi kecukupan untuk memperoleh makanan dengan bersih, dengan layak. Tapi kamu buang-buang makanan itu. Tidak hanya mubadzir, tapi nasi itupun menangis. Menangis karena kamu udah sia-siakan rezeki yang Allah kasih buat kamu. Akhirnya, anak kecil itu pun sadar, dan meminta maaf kepada sang ibu lalu berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama kembali.” Mamah  Bibo tersenyum, kembali membelai rambut sang anak.

“Oh seperti itu, jadi ibunya baik ya, Mah.”

Ia mengangguk. “Iya, Sayang. Makanya dari itu, kita jangan menyianyiakan rezeki yang udah Allah kasih buat kita. Karena diluar sana masih banyak orang yang hidup dalam kekurangan. Kita dikasih lebih sama Allah untuk berbagi dengan mereka.”

“Iya, Mah. Nanti nasinya, nangis ya, Mah?”

“Iya.”

Ia kembali meraih sesendok nasi terakhir dipiringnya. Aaaaam.

“Nah, gitu dong. Dihabisin makannya.”

“Ye, ye … kakak habis makannya.” Dengan girang ia menjawab.

Sang Ayah pun memandangnya dengan tersenyum. “Habis ini, kita ke makam
adikmu ya.”

“Siap, Yah.”

Ibunya tersenyum menatap tingkah sang anak, dalam hatinya kelu mengingat adik Bibo yang sudah tiada.

*selesai
#Day24 #30DWC

#OneDayOnePost.

10 komentar:

  1. Bibo jangan telat makan ya, nanti Bibo lapar. Eh sakit perut ....

    Ahhhh kapan lah aku bisa nulis fiksi begini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayu atuh dibuat mba...
      masih byk typo yah haha

      Hapus
  2. Oooh adik Bibo sudah di surga ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba na, dia sakit.
      Ini lanjutan crita dongeng untuk bobi.

      Hapus
  3. Ngedongengin diri sendiri sbnernya mh hihihi

    BalasHapus
  4. Ngena banget. Sukaaaaaaa mbak Ren... 😍

    BalasHapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...