Jumat, 02 Februari 2018

My Trip My Adventure (Part 1)

My Trip My Advanture, macem nama blogku sebelumnya nih. hehe
yuuups, capcus dah ...

***

Bermodalkan nekat dan memaksa, kami, saya dan adik sepupu, pergi ke daerah Bumiayu – Brebes, Jawa Tengah. Lebih tepatnya wilayah Brebes bagian selatan. Berniat liburan disalah satu tempat wisata yang menjadi trending topic kala itu, namanya Kebun Teh  Kaligua. Nama daerah yang tak lagi asing di telinga masyarakat Indonesia. Mengapa demikian? Tentunya sebagian dari kalian sudah tahu, sebab daerah ini terkenal dengan telur asin dan produksi bawang merahnya yang sudah menebus mancanegara.

Berjarak sekitar 130 km dari kediamanku. Kebetulan kediamanku di wilayah Cilacap bagian barat. Dengan mengendarai sepeda motor kami berangkat. Tepatnya pukul 10.00 WIB, bertepatan pula pada tahun baru 1 Januari 2015. Sekitar tiga tahun lalu.

Saat  itu, kebutulan masa liburan tahun baru. Adik sepupuku yang masih duduk di bangku SMA yang membawa motor, usianya masih enambelas tahunan. Tentu dengan jarak yang jauh dari kediaman kami, hal itu melanggar aturan lalu lintas sebab belum memiliki Surat Izin Mengemudi atau yang biasa kita sebut dengan SIM singkatnya.

Maka disini yang saya katakan bermodal nekat dan memaksa. Memaksa berangkat dengan kondisi demikian, ditambah pula dengan hanya menggunakan satu helm dan hanya satu kaca spion sebelah kanan. Ah kuharap kalian tidak meniru ini.

Singkat cerita, kami memilih arah jalan timur yaitu jalan arah Purwokerto. Memotong jalan di wilayah Lumbir ambil kanan menuju wilayah Gumelar. Rute perjalanan yang naik turun, memaksa adik sepupuku lebih waspada dengan motor giginya. Tak hanya naik turun namun jua berliku.

Melewati perumahan, bukit hingga perkebunan kita lalui. Sekali lagi kukatakan ini bermodal nekat, nekat sebab tidak tahu jalan namun memillih tetap lanjut. GPS, si petunjuk arah pun tak berfungsi. Jadi kami simpulkan GPS kami adalah bertanya.

Murni hanya modal bertanya. Masuk keluar jalanan provinsi tanpa perlengkapan berkendara, tentu kami terlalu berani mengambil resiko. Hanya berpegang pada papan tunjuk di setiap perjalanan, oleh karena itu kami memutuskan melanjutkannya.

Setibanya sekitar kecamatan Paguyungan, kami mengambil jalur kiri menuju desa Pandansari. Dari pertigaan ini, kami harus menempuh perjalanan yang tak sebentar meski lokasi sudah dekat. Sebab jalur ini memiliki medan yang cukup sulit dengan banyak tanjakan dan kondisi jalan yang masih sedikit berbatu. Ditambah kondisi basah setalah hujan.

Hampir tiga per empat perjalanan, kami berhenti. Adik sepupuku, yang bernama Ari, melanjutkan sholat jum`at. Sebab kami pergi tepat hari jum`at. Saat itu pukul 12.00 siang, terik yang mungkin terasa apabila di daerahku. Di tempat ini dengan ketinggian hampir 2000 mdpl, suhu dingin dengan sekitar 8-23 derajat C. Namun untuk masyarakat sekitar, suhu demikian masih terasa panas.

Sembari menunggunya selesai, saya ngemil. Karena sedang berhalangan tuk sholat. Setengah jam kemudian, sholat dan khutbah selesai. Kami mulai mempersiapkan diri kembali dengan sedikit istirahat sekitar 10 menit.

Pukul 12.40 WIB, kami melanjutkan perjalanan. Melalui jalur yang sama, menuruskan perjalanan, ternyata benar-benar ekstrem. Meskipun demikian, kami tak perlu khawatir karena sepanjang perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan alam yang indah dan asri dari atas bukit yang sedikit berkabut.

Hasil gambar untuk perjalanan menuju kaligua

Pemandangan para petani di kebun sayur menjadi dominan perjalanan kami, pepohonan pinus dan damar memanjakan pandangan mata. Melewati sebuah Danau Ranjeng, danau ikan lele jinak. Yang konon katanya, penuh dengan mitos yang begitu dipercaya oleh penduduk sekitar.

Hasil gambar untuk perjalanan menuju kaligua

Dan menurut penuturan warga setempat, pernah pada tahun 1988 ada penduduk lokal yang menyaksikan ada ikan raksasa berada di telaga itu. Ditengah-tengah telaga pula, ada sebuah istana gaib yang sangat megah milik Mbah Ranjeng dan ribuan pengawal. Yang konon katanya juga, dia adalah penjaga Danau/ Telaga Ranjeng.

Setibanya di Cagar Alam Tlogo Ranjeng, lokasi Kebun Teh Kaligua Wisata Agro. Pemandangan mulai berganti dengan tanaman teh yang menghampar. Hanya beberapa menit, kami  bisa menjumpai sebuah cangkir raksasa bertuliskan Teh Kaligua. Titik ini merupakan petanda bahwa perjalanan kami telah usai. Kami sampai.

Hasil gambar untuk kebun teh kaligua

Ini pun perjalanan saya terpanjang dengan menggunakan motor. Sekaligus perjalanan pertama. Benar-benar pertualangan yang berkesan. Tiga jam perjalanan dengan rasa kantuk, panas, tanpa helm dan tanpa SIM. Maklumlah, baru lulus SMA. Waktu sekolah mana boleh main. Ooops. Hahaha.

*bersambung.

#30DWC #Day23

#OneDayOnePost

9 komentar:

  1. ajak-ajak sih kalo mau ngebolang.. baca tulisannya jadi pengen kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuuk lah kuy mas...
      Pokoknya seru bgt, pmandangannya bagus bgt. Next di part stelah ini aku bagi fotonya haha

      Hapus
  2. ckckck...
    kutilang ya mbak 😱

    BalasHapus
  3. ckckck...
    kutilang ya mbak 😱

    BalasHapus
  4. Mana Mbah ranjengnya?
    Istananya mau diborong sama sultan

    BalasHapus
  5. asik...aku lulus SMA motoran dari Jombang ke Jogja, sama ayah. #anakbaik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaw.. Srius mba?
      Brapa jam perjalanan?
      Gak gempor tuh di jln?

      Hapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...