Kamis, 08 Februari 2018

Desaku

Pedesaan, Panen, Pertanian, Alam

Semerbak aroma lili menyeruak masuk indera. Menyisir sepi dalam syahdu kerbersamaan. Bertopang pada genggam yang saling terikat, mengikat bersama menjalin ikat silaturahmi.


Petak berpertak sawah menghampar luas, berdamping sungai dengan air yang terkadang kering. Bukit membukit mengelilingi perumahan, yang kapan saja bisa mengancam keselamatan.

Para petani dengan cangkulnya berlalu lalang, kala gelap pagi belum menuturkan mentari. Meramaikan pagi dengan saling sapa. Angkutan desa siap mengangkut mereka pergi.

Kokokkan ayam mulai terdengar ramai, ketika gelap mulai sedikit terang. Para ibu mulai berhamburan keluar, pergi kepasar maupun warung teman. Membawa satu, dua bungkus sayuran tuk dimasak.  Adapun yang memetik langsung dari kebun pekarangan.

Setelahnya, dibantu anak-anak gadisnya berjemur pakaian di antara gelagah panjang sebuah bambu. Mentari mengganti gelap, menyisakan lirih yang terkadang masih berbalut. Tak kenal dingin, semua dikerjakan sepagi mungkin.

Saat ayam-ayam mulai ramai berkeliaran, maka petanda bahwa waktu telah siang. Meski jam dinding baru saja menunjukan pukul 07.00 pagi. Semua telah usai dikerjakan.

Suasana menjadi hening kembali, tapi tak menyudutkan asrinya. Beberapa orang saling bertamu memperkokoh silaturahmi, meski hanya saling sapa. Sedikit di selipi canda juga tawa. Bersama teh manis dan beberapa potong mendoan, yang menjadi ciri khas kotaku.

Inilah kotaku, sebuah desa terpencil di sudut kota yang jauh dari keramaian. Terpojok yang dikelilingi bukit, dan pesawahan. Perkebunan karet menyirat sepanjang jalanan, pohon bambu mengokoh di antara bukit yang sebagian telah habis termakan longsor.

Jalanan berbelok tajam, jua naik turun menjadi sensasi sendiri. Tak lupa jalanan yang masih jauh dari kata bagus, cerita yang tak bisa dilupa bagi orang baru.

Meskipun demikian, desaku desa asri. Jauh dari keramaian jalanan kota, suhu saat musim penghujan akan  mencapai titik terendahnya sebagaimana ketika berada dipuncak.

Sebuah desa yang membesarkanku, jua mengajarkan kebersamaan secara jujur. Sebuah desa yang menyimpan cinta, meski sejauh apapun ku pergi.

Desaku yang cinta,
Pujaan hatiku,
Tempat ayah dan bunda,
Dan handai taulanku
Tak mudah kulupakan …
Tak mudah bercerai,
Selalu kuu rindukan,
Desa ku yang permai.

Yuk, kapan-kapan ke desaku. Desa Mandala, kabupaten Cilacap. Jawa Tengah.


#Day29 #30DWC
#OneDayOnePost
#Desaku

14 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...