Selasa, 06 Februari 2018

My Trip My Advanture : Warisan Sejarah (Part 2)

Hi guys, balik lagi bareng saya di My Trip My Adventure. Sebuah perjalanan petualangan  pertama yang menyimpan kesan. Hahaha. Sederhana sekali saya. What ever you say lah.

Sebelumnya, saya sudah menjelaskan bagaimana perjalanan menuju kesana. Jalur yang ekstrim,, tapi tak meninggalkan rasa kapok. Tiga jam perjalanan yang cukup membuahkan hasil.

Next,

Menghabiskan waktu sehari untuk berlibur disana, memang salah satu solusi melepas penat situasi Kota Metropolitan. Tempat yang sejuk, dengan sumber udara yang masih asri sangat baik bagi mereka yang tengah proses penyembuhan alat pernapasan.

Airnya yang dingin berasal dari sumber mata air asli yang diberi nama Tuk Bening, semakin meremajakan kulit, tatkala kalian mulai membasuhkannya. Tak kalah penting dari tempat wisata lainnya,  faktanya, Agrowisata Kaligua ini, salah satu warisan peninggalan jaman kolonial Belanda. Yang artinya bahwa, kebun teh ini sudah ada sejak Indonesia belum merdeka.

Hasil gambar untuk tuk bening kaligua
Sumber Mata Air Tuk Bening

Berlokasi di bagian selatan Kota Brebes, lebih tepat 15 km dari arah Bumiayu, juga sekaligus berada di kaki Gunung Slamet.  Gunung tertinggai kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Berada di ketinggian lebih dari 2000 mdpl, membuat kondisi udara sangat dingin berkisar 8-22 derajat C pada musim kemarau dan mencapai 4-12 derajat C pada musim penghujan.

Agrowisata Kaligua ini dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah. Kebun teh ini juga merupakan salah satu kebun teh terbesar se-Asia dan sekaligus penghasil teh hitam (Black tea) terbaik dengan merk “Kaligua” dalam kemasan celup maupun serbuk.

Gambar terkait
dalam kemasan celup

Sebagai warisan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda, pabrik teh kaligua ini dibangun pada tahun 1889 yang semula dikelola oleh warga Belanda yang bernama Van De Jong, dengan awal perusahaan bernama John Fan & Pletnu yang mewakili VN Culture Onderneming.

Hasil gambar untuk pabrik teh kaligua
Pabrik teh Kaligua

Konon saat pembangunan pabrik ini, para pekerja membawa ketel uap dari Paaguyungan menuju Kaligua yang ditempuh dalam waktu 20 hari. Mereka pun harus berjalan sekitar 17 km. Selama proses pengangkutan ini, para pekerja dihibur oleh kesenian Ronggeng masyarakat Banyumas. Yang mana hingga saat ini, setiap memperingati HUT Pabrik yang jatuh tepat pada tanggal 1 Juni, selalu menampilkan kesenian tradisional tersebut.

Agrowisata Kaligua ini semakin terkenal, saat ditahun yang sama saya berkunjung pula, sekitar kalau tidak salah bulan februari, tim Misteri Tukul berkunjung kesana dan mengulik sedikit kisah tentang Goa Jepang.

Hasil gambar untuk GOA JEPANG kaligua
Goa Jepang

Goa Jepang ini adalah salah satu objek wisata yang berada di area perkebunan teh Kaligua. Menurut pak Guide Tour, pemandu yang menuntun saya masuk kedalam goa, panjang terowongan goa sendiri berkisar sekitar 850 meter. Jalan yang berliku dan lorong yang sempit terasa sekali, apalagi kalau kalian tinggi, dan gelap tentunya. Goa ini terbangun di bawah bukit-bukit perkebunan teh.

Ada beberapa ruangan yang dijelaskan pemandu didalamnya, ada ruang pembantaian, ruang sidang, ruang tahanan, dan ada juga ruang sarang kelelawar. Hanya dengan merogoh kocek uang seiklasnya, kalian sudah  bisa menikmati warisan sejarah ini.

So, bagi kalian yang hidup didaerah kota, tidak salah jika kalian menghabiskan liburan disini. Dengan pemandangan yang memanjakan mata, udaranya yang sejuk bagus sekali untuk terapi pikiran dari kekabutan kota metropolitan.

Yakin, tidak tertarik??


*bersambung
#Day27 #30DWC

#OneDayOnePost

6 komentar:

  1. Tertarik, ini setting novel your beautiful eyes nya mbak Rien DJ klo tak salah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya tah mba?
      Wah perlu baca nih.

      Kuy mba kita ksana 😄

      Hapus
  2. banyak banget ya tempat yang disebut goa jepang

    BalasHapus
  3. Berwisata sekalian belajar sejarah ya kalau kesana...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuuups betul banget mba, jadi gak cuma buang duit aja haha

      Hapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...