yuuups, capcus dah ...
***
Bermodalkan
nekat dan memaksa, kami, saya dan adik sepupu, pergi ke daerah Bumiayu –
Brebes, Jawa Tengah. Lebih tepatnya wilayah Brebes bagian selatan. Berniat liburan
disalah satu tempat wisata yang menjadi trending
topic kala itu, namanya Kebun Teh Kaligua.
Nama daerah yang tak lagi asing di telinga masyarakat Indonesia. Mengapa demikian?
Tentunya sebagian dari kalian sudah tahu, sebab daerah ini terkenal dengan
telur asin dan produksi bawang merahnya yang sudah menebus mancanegara.
Berjarak
sekitar 130 km dari kediamanku. Kebetulan kediamanku di wilayah Cilacap bagian
barat. Dengan mengendarai sepeda motor kami berangkat. Tepatnya pukul 10.00
WIB, bertepatan pula pada tahun baru 1 Januari 2015. Sekitar tiga tahun lalu.
Saat itu, kebutulan masa liburan tahun baru. Adik sepupuku
yang masih duduk di bangku SMA yang membawa motor, usianya masih enambelas
tahunan. Tentu dengan jarak yang jauh dari kediaman kami, hal itu melanggar
aturan lalu lintas sebab belum memiliki Surat Izin Mengemudi atau yang biasa
kita sebut dengan SIM singkatnya.
Maka disini
yang saya katakan bermodal nekat dan memaksa. Memaksa berangkat dengan kondisi
demikian, ditambah pula dengan hanya menggunakan satu helm dan hanya satu kaca
spion sebelah kanan. Ah kuharap kalian tidak meniru ini.
Singkat
cerita, kami memilih arah jalan timur yaitu jalan arah Purwokerto. Memotong jalan
di wilayah Lumbir ambil kanan menuju wilayah Gumelar. Rute perjalanan yang naik
turun, memaksa adik sepupuku lebih waspada dengan motor giginya. Tak hanya naik
turun namun jua berliku.
Melewati
perumahan, bukit hingga perkebunan kita lalui. Sekali lagi kukatakan ini
bermodal nekat, nekat sebab tidak tahu jalan namun memillih tetap lanjut. GPS,
si petunjuk arah pun tak berfungsi. Jadi kami simpulkan GPS kami adalah
bertanya.
Murni hanya
modal bertanya. Masuk keluar jalanan provinsi tanpa perlengkapan berkendara,
tentu kami terlalu berani mengambil resiko. Hanya berpegang pada papan tunjuk
di setiap perjalanan, oleh karena itu kami memutuskan melanjutkannya.
Setibanya
sekitar kecamatan Paguyungan, kami mengambil jalur kiri menuju desa Pandansari.
Dari pertigaan ini, kami harus menempuh perjalanan yang tak sebentar meski lokasi
sudah dekat. Sebab jalur ini memiliki medan yang cukup sulit dengan banyak
tanjakan dan kondisi jalan yang masih sedikit berbatu. Ditambah kondisi basah
setalah hujan.
Hampir
tiga per empat perjalanan, kami berhenti. Adik sepupuku, yang bernama Ari, melanjutkan
sholat jum`at. Sebab kami pergi tepat hari jum`at. Saat itu pukul 12.00 siang,
terik yang mungkin terasa apabila di daerahku. Di tempat ini dengan ketinggian
hampir 2000 mdpl, suhu dingin dengan sekitar 8-23 derajat C. Namun untuk masyarakat
sekitar, suhu demikian masih terasa panas.
Sembari
menunggunya selesai, saya ngemil. Karena
sedang berhalangan tuk sholat. Setengah jam kemudian, sholat dan khutbah
selesai. Kami mulai mempersiapkan diri kembali dengan sedikit istirahat sekitar
10 menit.
Pukul 12.40
WIB, kami melanjutkan perjalanan. Melalui jalur yang sama, menuruskan
perjalanan, ternyata benar-benar ekstrem.
Meskipun demikian, kami tak perlu khawatir karena sepanjang perjalanan kami
disuguhi dengan pemandangan alam yang indah dan asri dari atas bukit yang
sedikit berkabut.
Pemandangan
para petani di kebun sayur menjadi dominan perjalanan kami, pepohonan pinus dan
damar memanjakan pandangan mata. Melewati sebuah Danau Ranjeng, danau ikan lele
jinak. Yang konon katanya, penuh dengan mitos yang begitu dipercaya oleh
penduduk sekitar.
Dan menurut
penuturan warga setempat, pernah pada tahun 1988 ada penduduk lokal yang
menyaksikan ada ikan raksasa berada di telaga itu. Ditengah-tengah telaga pula,
ada sebuah istana gaib yang sangat megah milik Mbah Ranjeng dan ribuan pengawal.
Yang konon katanya juga, dia adalah penjaga Danau/ Telaga Ranjeng.
Setibanya
di Cagar Alam Tlogo Ranjeng, lokasi Kebun Teh Kaligua Wisata Agro. Pemandangan mulai
berganti dengan tanaman teh yang menghampar. Hanya beberapa menit, kami bisa menjumpai sebuah cangkir raksasa
bertuliskan Teh Kaligua. Titik ini
merupakan petanda bahwa perjalanan kami telah usai. Kami sampai.
Ini pun
perjalanan saya terpanjang dengan menggunakan motor. Sekaligus perjalanan
pertama. Benar-benar pertualangan yang berkesan. Tiga jam perjalanan dengan
rasa kantuk, panas, tanpa helm dan tanpa SIM. Maklumlah, baru lulus SMA. Waktu sekolah
mana boleh main. Ooops. Hahaha.
*bersambung.
#30DWC #Day23
#OneDayOnePost
ajak-ajak sih kalo mau ngebolang.. baca tulisannya jadi pengen kesana
BalasHapusHayuuk lah kuy mas...
HapusPokoknya seru bgt, pmandangannya bagus bgt. Next di part stelah ini aku bagi fotonya haha
ckckck...
BalasHapuskutilang ya mbak 😱
Alhamdulillah nggak mba haha
Hapusckckck...
BalasHapuskutilang ya mbak 😱
Mana Mbah ranjengnya?
BalasHapusIstananya mau diborong sama sultan
hahaha di dalam telaga alf wkwk
Hapusasik...aku lulus SMA motoran dari Jombang ke Jogja, sama ayah. #anakbaik
BalasHapusWaaaw.. Srius mba?
HapusBrapa jam perjalanan?
Gak gempor tuh di jln?