Sabtu, 23 September 2017

Cerita malam, kala itu....

Terperanjat sunyi dalam keramaian, disana didepan ruang itu terpasang tikar. Iyaah, anggap saja itu piknik 😁😁 katanya.Detik waktu terus berputar, yang terdengar hanya desau angin dan beberapa kendaraan bermotor. Kita melangkah keluar. Ah amat terkejut sekali, bukan desau angin tapi lirih hujan. Perutpun mulai meronta bergendang ria 😁 sembari nunggu reda, akhirnya makan juga. Dan telah reda.
Lepas itupun, segera bergegas pulang. 1 bersama suaminya, 3 yang lain 1 arah, dan aku?? Jangan tanya, sudah pasti sendiri 😁 😔
Tapi sayangnya hujan ini tak adil, semakin jauh semakin terasa derasnya. Karena ku memimpin jalan --kupikir laju motorku terlalu cepat. Akhirnya, berhenti untuk pakai jas hujan dan menunggu yang tertinggal. Ku cermati 1 persatu lalu lalang motor, aku sendiri disana menunggu, dibawah lampu pijar 😢 tnpa ada sinyal kedatangannya dan itu sakit 💔😂.
Akhirnya diriku berinisiatif untuk pergi, fikirku -ah kurasa mereka tau arah-. Kembali ku lanjut perjalananku, genangan air dimana-mana sudah mulai naik. Menyusuri malam dikota Ciledug 😃😃 sesekali ku tengok kaca spion ku, --dimana mereka kataku berkata. Tapi hasilnya pun nihil. 
Hujan semakin deras, smakin rasanya ingin berhenti dan mengatakan "Ini guee sendiri, gatau jalan". Bukan tidak tau pada akhirnya, hanya pandanganku saja yang buram saat malam. -You know lha- 🙊
Terus demi terus kupacu laju motorku menyusuri malam menikmati dingin yang menikam, saat sesekali sakit itu berasa. Bahkan jika cuaca mendukung, mungkin kembali jadi joki -katanya-. Tapi itu tidak. Kantuk mulai menggoda, lelah mulai menyapa. Jalanan sepi, sepi sekali. Hujanpun berangsur mereda, tapi jalanan tetap basah dan tergenang mungkin juga terkenang 😁 cihuuuuuuy😄.
Dan pada akhirnya, kutemukan jalan itu. Jalan yang tak asing lagi kutemui, dipojok sana tepatnya. BRUUUUUUUG...-jatoh lagi, kataku depan rumah-. Sudah biasaaa 😃
Dan sejak itu aku lebih merindukan tukang pijit 😁🙊

Cepet sembuh Mamah Uyuy 😙

2 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...