Kamis, 21 September 2017

SERIBU CINTA (Aku memilih tuk Hijrah)

        Aku? Iyah, inilah diriku. Yang dulu penuh emosi dan berprasangka. Meniru sana sini hanya agar terlihat eksis, memaksakan diri meski hati tak sejalan. Entahlah, begitu banyak cemoohan yang merusak suasana hati sehingga dapat sekali tuk terpengaruh. Saat itu, cepat kali semua rasa hilang, aku berfikir ku kehilangan cinta kedua orang tuaku, teman-teman karibku atas nasihat-nasihat yang salah yang kuterima diluar.
Singkat cerita. Suatu hari, Allah menegurku dengan sebuah penyakit yang akhirnya menyadarkan diriku begitu besar cintanya orangtuaku. Menutupi kesedihan dimatanya hanya karna ingin memberi diriku harapan hidup. Saat itu akupun tersadar. Namun naas, patah hati mengombang-ambingkan diriku. Aku kembali melepas hijab yang sudah ku kenakan hampir dua tahun itu. Ku tersadar, aku pun kehilangan kebiasaan-kebiasaan baik itu. Aku melepasnya begitu saja, seolah kembali ingin kuberi tahu inilah rambutku. Rambut yang terurai dan tertata rapih. Oh ALLAH, begitu bodohnya aku. Melepas kewajiban hanya karna patah hati. Hingga suatu hari pada saat itu, ayah teman ku menegurku “Hai ren, dimana penutup kepalamu?”. Seketika mukaku memerah, bibirku kelu menjawab pertanyaan sederhana tetapi menyudutkan jawabanku. Aku hanya diam tak memiliki alasan apapun tuk mengatakan sebenernya, sebab semua alasan apapun adalah tak logis.
Masih sama, tak ada yang berubah. Pasang lepas hijab, celana ketat dan baju ketat. Memakai hijab syari jika ada pengajian saja misalnya. Hampir tiga tahun lalu, ayah jatuh sakit parah yang akhirnya kembali menyadarkan diriku dengan segala emosi yang menyesakan dada. Hingga nasihat beliau dan ustad begitu menampar, “Hal jazaa`ul ihsaani illal ihsaan” bahwa Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula).
Ayat tersebut menjadi dasar diriku memilih untuk hijrah. Iyah, hijrah ini ku tempuh dengan kesadaran diri penuh keyakinan dan dengan niat Insyaa Allah Lillah. Awal hijrah ini memang berat, banyak cobaan. Sebab proses meninggalkan yang belum baik menjadi baik itu adalah tantangan. Dan hingga kinipun, aku tidak pernah merasa lebih baik dari pada dirimu. Aku hanya merasa baik dari diriku sebelumnya. Perlahan, aku mulai tinggalkan celana jeansku, melebarkan jilbabku, melonggarkan pakaianku. Kembali ku memulai mempelajari ilmu-ilmu agama, kembali menghafal Surah Cinta ALLAH –salah satunya dengan gabung HOTS- . Semakin mencari semakin haus akan ilmu. Artikel, buku, sharing bareng komunitas adalah salah satunya. Semakin tinggi tingkat kehausan mencari ilmu, semakin sadar bahwa diriku betul-betul fakir ilmu. Untukmu wahai Imam, sudikah kau wahai untuk membantuku menempuh jalanNya yang benar?. Ah pertanyaanku selalu terbesit tentang itu, menjadi alasan diiriku untuk terus memperbaiki diri sesuai janji Allah dalam Surah An-Nur, bahwa “Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)”.
Aku dan Hijrah laksana Lentera dalam kegelapan, hijrah ini membawa seribu cinta, mendekatkan diriku dengan lingkungan yang baik yang sama-sama belajar tentang ilmu Allah, sahabat yang shalihah, hati yang damai dan tenang akan ketentuan-Mu. Semoga diriku  bisa Istiqamah berada dijalan-Mu. AAMIIN.

Selamat tahun baru 1439H

8 komentar:

  1. Masya Allah semoga bisa istiqomah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin bang..
      hehe baru belajar bang, gimana masukan buat tulisannya?

      Hapus
  2. Semoga dikuatkan dalam hijrahnya yaa kak. Semoga hijrahnya tertuju kepada Dia Yang Maha Penyayang ❤

    BalasHapus
  3. Sebuah perjuangan panjang....mdh" istiqomah krn episode lom berakhir.

    BalasHapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...