Aku?
Iyah, inilah diriku. Yang dulu penuh emosi dan berprasangka. Meniru sana sini
hanya agar terlihat eksis, memaksakan diri meski hati tak sejalan. Entahlah,
begitu banyak cemoohan yang merusak suasana hati sehingga dapat sekali tuk
terpengaruh. Saat itu, cepat kali semua rasa hilang, aku berfikir ku kehilangan
cinta kedua orang tuaku, teman-teman karibku atas nasihat-nasihat yang salah
yang kuterima diluar.
Singkat
cerita. Suatu hari, Allah menegurku dengan sebuah penyakit yang akhirnya
menyadarkan diriku begitu besar cintanya orangtuaku. Menutupi kesedihan
dimatanya hanya karna ingin memberi diriku harapan hidup. Saat itu akupun
tersadar. Namun naas, patah hati mengombang-ambingkan diriku. Aku kembali
melepas hijab yang sudah ku kenakan hampir dua tahun itu. Ku tersadar, aku pun
kehilangan kebiasaan-kebiasaan baik itu. Aku melepasnya begitu saja, seolah
kembali ingin kuberi tahu inilah rambutku. Rambut yang terurai dan tertata
rapih. Oh ALLAH, begitu bodohnya aku. Melepas kewajiban hanya karna patah hati.
Hingga suatu hari pada saat itu, ayah teman ku menegurku “Hai ren, dimana
penutup kepalamu?”. Seketika mukaku memerah, bibirku kelu menjawab pertanyaan
sederhana tetapi menyudutkan jawabanku. Aku hanya diam tak memiliki alasan
apapun tuk mengatakan sebenernya, sebab semua alasan apapun adalah tak logis.
Masih
sama, tak ada yang berubah. Pasang lepas hijab, celana ketat dan baju ketat.
Memakai hijab syari jika ada pengajian saja misalnya. Hampir tiga tahun lalu,
ayah jatuh sakit parah yang akhirnya kembali menyadarkan diriku dengan segala
emosi yang menyesakan dada. Hingga nasihat beliau dan ustad begitu menampar, “Hal jazaa`ul ihsaani illal ihsaan”
bahwa Tidak ada balasan untuk
kebaikan selain kebaikan (pula).
Ayat
tersebut menjadi dasar diriku memilih
untuk hijrah. Iyah, hijrah ini ku tempuh dengan kesadaran diri penuh keyakinan
dan dengan niat Insyaa Allah Lillah. Awal
hijrah ini memang berat, banyak cobaan. Sebab proses meninggalkan yang belum
baik menjadi baik itu adalah tantangan. Dan hingga kinipun, aku tidak pernah
merasa lebih baik dari pada dirimu. Aku
hanya merasa baik dari diriku sebelumnya. Perlahan, aku mulai tinggalkan celana
jeansku, melebarkan jilbabku, melonggarkan pakaianku. Kembali ku memulai
mempelajari ilmu-ilmu agama, kembali menghafal Surah Cinta ALLAH –salah satunya dengan gabung HOTS- . Semakin
mencari semakin haus akan ilmu. Artikel, buku, sharing bareng komunitas adalah
salah satunya. Semakin tinggi tingkat kehausan mencari ilmu, semakin sadar
bahwa diriku betul-betul fakir ilmu. Untukmu
wahai Imam, sudikah kau wahai untuk membantuku menempuh jalanNya yang benar?.
Ah pertanyaanku selalu terbesit tentang itu, menjadi alasan diiriku untuk terus
memperbaiki diri sesuai janji Allah dalam Surah An-Nur, bahwa “Perempuan-perempuan yang keji untuk
laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang
keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik
dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)”.
Aku
dan Hijrah laksana Lentera dalam kegelapan, hijrah ini membawa seribu cinta,
mendekatkan diriku dengan lingkungan yang baik yang sama-sama belajar tentang
ilmu Allah, sahabat yang shalihah, hati yang damai dan tenang akan ketentuan-Mu.
Semoga diriku bisa Istiqamah berada
dijalan-Mu. AAMIIN.
Selamat
tahun baru 1439H
Masya Allah semoga bisa istiqomah..
BalasHapusaamiin bang..
Hapushehe baru belajar bang, gimana masukan buat tulisannya?
semoga istiqomah..aamiin
BalasHapusaamiin kak..
HapusSemoga dikuatkan dalam hijrahnya yaa kak. Semoga hijrahnya tertuju kepada Dia Yang Maha Penyayang ❤
BalasHapusaamiin, insyaa Allah kak
HapusSebuah perjuangan panjang....mdh" istiqomah krn episode lom berakhir.
BalasHapusaamiin
Hapusiya bang karna semua berproses