Jumat, 29 Desember 2017

Catatan Pernikahan (Part 2)

Hasil gambar untuk cincin seorang diri dari cerai
Sumber gambar: google.co.id/percikan iman online

Kifa pun mulai meredakan suara tangisnya. Sambil terbata, ia memulai cerita. “Mas Yoga, Bu …” bicaranya terhenti terisak sendu tangis dipipinya. “mas Yoga, ngehamilin Dyah.” Lanjutnya lirih.

Terdengar samar, namun mimik muka Pak Heru berubah, “apa-apa yang jelas ngomongnya, jangan sambil nangis?” bantahnya yang kemudian memindahkan Wakhid dari pangkuannya ke Dita.

Kifa pun tak kuasa mengulang pernyataannya kembali, di ulurkannya pesan di ponselnya itu kepada ibu mertua.

Dibacalah pesan itu olehnya, lalu memberikannya kepada suaminya untuk bergilir membaca. “Yakin kamu?” ujar Ibu Wiwid seakan tak percaya dengan perkataan Kifa, meskipun telah ada bukti pernyataanya. “Yoga, anak saya gak mungkin seperti itu. Bisa saja itu cuma becandaan.” Terangnya memberi pembelaan.

Baginya ini adalah sebuah kebetulan, karena dirinya memang tidak merestui Yoga menikah dengan Kifa.
“Ibu nih, gimana sih? Kalo becanda, ini udah kelewatan, Bu?” seru Pak Heru bersikap netral. “Ini hubungan pernikahan, bukan main-mainan rumah-rumahan anak SD.” Suaranya sedikit menyentak.
Ibu Wiwid terdiam. Kali ini, egonya terbantahkan. Ia pun penasaran dengan kenyataannya. “Ya sudah, yang sabar. Nanti, kita tanya langsung sama Yoga nya.”
“Sekarang, Yoga nya dimana?” tanya Pak Heru.
“Di rumah, Pak. Tadi baru pulang pas dini hari.” Jawabnya sembari mengusap tangis bersisa di pipinya.
“Ya sudah, nanti kita telepon suruh kesini.” Pak Heru pun berlalu, mengambil kopinya yang sudah dingin. Di taruhnya ponsel itu di meja. Si seruputnya kopi itu, namun matanya mendadak bergambarkan cerita, tentang tidak habis fikirnya.

Benaknya pun ikut lirih, ada kekhawatiran yang tak bisa dijelaskan. Meski disisi lainnya, naluri seorang bapak terhadap anaknya sangatlah kuat. “Ini benar-benar sudah keterlaluan. Bagaimana kalau ini benar-benar terjadi? Dasar anak satu ini, cuma bikin malu orangtua saja. Kalau pun itu hanya bercanda, apa maksudnya? Dia pikir pernikahan itu mainan.” Gerutunya dalam hati.

***

Detik waktu dirasanya cepat, namun jua terlambat. Suara ayam berkokok pun sudah tak lagi terdengar, yang terdengar hanya suara bising kendaraan berlalu lalang. Siang itu, mentari dengan teriknya yang berada tepat ditengah luasnya langit biru menjadi saksi bisu prahara rumah tangganya.

Rumah Pak Heru.

Lelaki yang sedari tadi menjadi bahan perbincangan pun telah sampai di rumah orangtuanya. Suara knalpot dari motornya membuyarkan lamunan Kifa yang bersembunyi di kamar adik iparnya, Sovia.

Hatinya kembali bergetar, rasa benci, tak percaya, juga cintanya mengaduk emosi yang menyisakan tangis. Tangannya masih membalut erat bayinya, seakan ia sudah tahu akhir ceritanya. Jika pun dirinya harus berpisah dengan suaminya, dia berharap agar anak lelakinya kuat dan tidak menjadi seperti Yoga, ayahnya.

“Mas Yoga datang.” Ucap pelan Sovia, adik perempuannya di ruang keluarga.
‘Ssssst’  Jawab Ilmi, kakak perempuannya yang lain mengisyaratkan.
Sovia pun mengangguk, menandakan Iya.

Sementara anggota keluarga yang lain, melanjutkan aktifitasnya. Pura-pura tidak tahu kejadian sebenernya. Ada juga yang menemani Kifa dikamar bersama bayinya.
“Widih, enak jam segini baru bangun tidur ya?” todong Pak Heru, memulai pembicaraan dengan basa-basi.
“Iya pak. Begadang.” Jawabnya singkat, dan langsung meminum kopi yang tertera di meja. “Ini kopi siapa? Yoga minum.” Lanjutnya yang langsung menyeruput kopinya yang tinggal setengah gelas.
"Bapak mau tanya?" sergah Pak Heru.
Yoga pun seperti sudah tau apa yang akan ditanyakannya, ia memilih tak peduli seakan-akan ia tak bersalah.

Diliriknya, ruang keluarga. Matanya mencari sosok sang istri yang diyakininya sudah menceritakan semuanya. Yang mana, ia kira bahwa istrinya sudah masuk dalam jebakan permainan yang telah dibuatnya.


*bersambung


#OneDayOnePost
#TantanganFiksi6
#DomesticDrama

15 komentar:

  1. Ceritanya keren sih, bikin geregetan aslinya. Tp gara" namanya orang ODOP semua jadi gabisa berhenti ngakak nih hihihi 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, hbis nanggung kalo cuma 1 Pj odop doang wkwk

      Hapus
  2. Ish...Ish macam mana bisa macam tu lah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makanyo, saya nak jabarkan sini lah. Oya, nama awak belum tercantum. Jdi apa yoh?

      Hapus
  3. Yoga kau jahat....!!!! Hahhaa
    Kenapa kau hamili dyah?
    Keren ceritanya. Bikin ngakak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha
      Saya buat pke rasa, tapi srasa lagi komedi mba wkwkwk

      Hapus
  4. Reeennn.... kuatkan Kifa, hiks
    #aslinya baca sambil senyum-senyum, kreatif!

    BalasHapus
    Balasan
    1. msih ada Dita yang selalu mendukung mba hehe
      aku bantu kuatkan yah,semoga karakternya kuat hahaha
      dari kemarin ya komen pada ketawa apalagi part 1 wkwkwk

      Hapus
  5. perutku geli geli gemes mba ren, hihi

    BalasHapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...