Minggu, 24 Desember 2017

Tertinggalnya Sholat Berjama'ah

Beberapa pekan lalu, dalam sebuah acara Preview Hafidz On The Street di sebuah Masjid yang berada di komplek perumahan angkatan laut di daerah Jakarta selatan. Seorang teman bercerita tentang hijrah, hingga berlanjut kepada sholat berjamaah. Yang mana hal itu memberikan sebuah pertanyaan dalam diri pribadi saya.


Dan Maha baikNya Allah, saya di dekatkan dengan orang-orang baik, Ustad Abul Fata Miftah, Lc. Seorang ustad yang akhirnya menjawab pertanyaan saya. Saya ringkas dalam beberapa catatan kecil.



*** 



Para ulama salaf (terdahulu) begitu antusias dalam menjalankan serta menjaga shalat berjamaah. Dan mereka akan bersedih ketika dirinya tertinggal shalat berjamaah.



Dikisahkan oleh syaikh Asy-Sya’roni Asy-Syafii rahimahullah, dahulu orang-orang salaf menganggap bahwa meninggalkan shalat berjamaah sebagai musibah.



Dikisahkan pula, dahulu ada seseorang yang sedang sibuk mengurus kebun kurmanya. Kemudian dia pulang ke rumahnya (karena waktu shalat telah tiba). Dan ternyata dia menjumpai orang-orang sudah melaksanakan shalat ashar berjamaah. Berkatalah dia, "Saya tertinggal dari shalat berjamaah. Saksikanlah sesungguhnya kebun kurmaku akan aku sedekahkan untuk orang-orang miskin."



Ubaidillah bin Umar Al-Qowariri rahimahullah pernah tertinggal dari shalat berjamaah karena sibuk menemui tamu. Waktu itu (ketika selesai menemui tamu), beliau keluar rumah untuk shalat berjamaah di masjid. Ternyata di semua masjid sudah dilakukan shalat berjamaah bahkan pintunya sudah ditutup. Akhirnya beliau pulang dan berkata, "Aku tahu ada hadis yang menyebutkan bahwa shalat berjamaah pahalanya 27 derajat dibandingkan shalat sendiri."



Akhirnya beliau shalat isya sendirian 27 kali. Kemudian beliau tidur dan ternyata bermimpi sedang menunggangi kuda dan di depannya ada rombongan kaum yang juga menunggangi kuda. Dalam perjalanannya beliau tidak bisa mendahului rombongan tersebut. Tiba-tiba salah seorang dari mereka menengok dan berkata, “Kudamu kelelahan, tidak bisa mengejar kami.” Beliau menjawab, “Tidak wahai saudaraku”. Orang tadi berkata lagi, “Karena kami shalat berjamaah sedangkan kamu shalat sendirian”. Akhirnya beliau terbangun dari tidurnya dalam keadaan sangat bersedih. (Diringkas Dari Kitab I’anatuth Thalibin)



***



Sebuah catatan kecil, yang semoga menjadi manfaat untuk saya pribadi maupun orang lain. Semoga tidak pernah puas dengan sebuah jawaban, karena ketika kita puas menandakan bahwa hati telah berhasad, telah sombong. Sebab rasa puas menjadikanmu berhenti untuk belajar.



Barakallahu fii umrik Ustad.

2 komentar:

  1. kalo ga sholat berjamaah berarti rumahnya harus dibakar :o

    BalasHapus
  2. Kalo kaya gitu ngeri juga hihi
    tpi itu berlaku utk ikhwan yah 😂😂

    BalasHapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...