Jumat, 08 Desember 2017

Pekatnya sebuah Harap

Andai waktu tak pernah memberiku kesempatan mengenalimu lebih jauh, tak ku taruhkan hati ini lebih dalam.


Biar ia cukup berada dalam pintu harap yang ku yakini, cukup sampai disini. Namun sekali lagi, kau bentangkan gerbang harap itu yang akhirnya membuatku masuk lalu terjebak menikmatinya.



Andai? Jika?

Ku sesalkan dengan tawar yang kau sanjungkan. Tapi yaa sudahlah, sesal takkan mengembalikan hati yang rapuh karna harapku padamu.


Mungkin harapku telah pupus, anganku telah patah, sementara inginku masih saja tak mampu ku bendung.



Terbelunggu oleh setiap kata yang terangkai pada sebuah kalimat syahdu yang keluar dari bibirmu. Inginku lepas, sebagaimana singgasana penantian diluar sana.



Namun masih saja, aku dibuai rasa yang semakin berkalut menggrogoti nadiku. Aku pun tak kuasa menyalahkan pertemuan, lalu menyudutkan rasanya.



Aku hanya penikmat kepekatan dari sebuah harap bernama Milikmu.

2 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...