Rabu, 20 Desember 2017

Review Novel Sandiwara Langit

Hasil gambar untuk buku sandiwara langit karya abu umar  basyier


“Saya sadar, saya masih terlalu hijau untuk menikah. Tapi saya lebih sadar, bahwa tanpa menikah, saat ini saya merasa tak kuat menahan godaan syahwat.” (Hal.3)

“Ia mengenal masjid, saat remaja-remaja lain lebih akrab dengan bioskop, mall atau malah diskotik dan Night Club.” (Hal.19)

Sepenggal kalimat di atas merupakan cara Abu Umar Basyier menuliskan kegalauan lelaki muda yang tak bisa menahan nafsu syahwatnya. Beliau merupakan penulis buku best seller “Sutra Ungu” yang mana buku-bukunya di jadikan sebuah rujukan perkara mengenai pernikahan maupun pra menikah.

Beliau merangkumnya dalam sebuah cerita perjalanan hidup yang sungguh mengharukan, namun juga membanggakan. Sebuah cerita kisah nyata atau dapat di sebut dengan berbased true story.

Buku karya Abu Umar Basyier ini merupakan sebuah novel fiksi yang di ambil dari kisah nyata seorang lelaki muda di sebuah pelosok negeri Jawa yang meginginkan pernikahannya di usia muda dengan segala keterbatasannya. Dalam novel ini menceritakan perjalanan juga perjuangan lelaki yang beliau tulis sebagai Rizqaan juga Halimah.

Bagian menarik dalam buku ini di setiap  babnya adalah bentuk petuah yang di ajarkan melalui sikap Rizqaan yang mampu mengambil dan menerima risiko atas keputusannya menikahi wanita shalihah nan kaya. Keputusannya menikah dengan sebuah perjanjian menceraikannya setelah hidup selama sepuluhtahun jika tanpa perubahan secara ekonomi bersama sang mertua.

Di sisi lain, penulis sangat cekatan membangun karakter Rizqaan yang seakan-akan hidup dalam tulisannya. Tentang keinginanya menikah di usia muda dengan wanita shalihah yang kaya, hingga sebuah perjanjian atas keputusannya menikah, sampai perjuangan bergolakan hatinya harus berpisah dengan Halimah saat perjanjian sepuluhtahun itu berakhir, yang mana bersamaan dengan usaha rintisannya yang hangus termakan si jago merah tepat di usia pernikahannya yang ke sepuluhtahun.

“Sedikit sekali menyadari bahwa godaan dunia dengan segala kegerlapannya itu jauh lebih berat, bahkan dari siksaan kemiskinan yang paling mencekik leher sekalipun.” (Hal.62)

Novel ini juga menggambarkan bagaimana sebuah perjuangan pertahanan hidup sebuah keluarga yang jatuh bangun namun tetap mengedepankan Agama serta Iman dalam hatinya. Dengan tetap akan kesadaran diri, kerendahan hati bahwasanya ada keterbatasan yang tak bisa dilampui manusia. Maka dari itu novel yang di tuliskan Abu Umar Basyier ini menjadi salah satu bahan rujukan pranikah.

Bagaimana penulis menggambarkan kegalauan Rizqaan yang menginginkan pernikahan di usianya yang delapanbelas tahun sampai berhasil mempersunting wanita berjilbab yang kaya dengan sebuah kesepakatan yang ia anggap seperti sebuah perjudian, hingga ia memiliki anak dan berhasil menaikan taraf ekonomi keluarga kecilnya hingga tepat di hari ke sepuluhtahun, semua menjadi lenyap seketika dengan masalah yang bertubi-tubi hingga menjadikan keduanya harus benar-benar berpisah dengan segala cintaNya yang mengikat atas izin Allah. Namun, tetap dengan mengedapankan Iman serta Taqwanya kepada Rabbi.

Semua pertanyaan yang mungkin menjadi momok ketakutan bagi  kita yang menginginkan pernikahan, akan terjawab jika kita membaca buku karya Abu Umar Basyier, yang mana salah satunya berjudul “Sandiwara langit” ini. Yang mana perjalanan hidup dan sikapnya menjadi salah satu bentuk petuah tak berguru yang penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nasihat lain dari penulis sendiri adalah bahwa “orang yang beriman adalah orang yang tidak akan bisa terpuruk karena rasa sedih dan ketakutan.”

Judul Buku : Sandiwara Langit (Sebuah kisah nyata, bertabur hikmah penyubur iman)
Penulis       : Abu Umar Basyier
Penerbit     : Shafa Publika, Sukoharjo
Halaman    : 212 halaman
Cetakan Keempatbelas April 2013.


#Tantangan4Fiksi ODOP
#ReviewBuku

31 komentar:

  1. wawww 2013 udah cetakan ke 14, mantap sekali ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, memang tulisannya juga keren. Apalagi yg sutra ungu

      Hapus
  2. Kok aku jadi pengen baca ya mbak 😌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus baca pokoknya ka nisa, recomended bgt biat kita" 🙊😁😁

      Hapus
  3. Bagud sekali penyajian teviewnya...saya belajar dulu ah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhihi masih bljar pak, entah penyajiannya sudah bner atau belum hihihi

      Hapus
  4. Joss... Orang yang beriman adalah orang yang tidak akan bisa terpuruk karena rasa sedih dan ketakutan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap mengedepankan iman juga taqwanya sbg Hamba Allah.

      Hapus
  5. Reviewnya bagus. Jadi penasaran sama novelnya, tapi sayang gak punya

    BalasHapus
  6. Apa daya aku yang jomblo introvert sejak lama... Tapi aku harus berikhtiar mendapatkan si dia di alam nyata :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, baper dah baper..
      Iyalah harus di alam nyata, jangan jadi waibu eh :D

      Hapus
  7. "menikah di usia muda dengan wanita shalihah yang kaya" kalimat ini jadi inget Kangjeng Nabi...

    ada yg typo dikit mba, " ...yang ke sepuluhtahun." mungkin jadi " ...yang kesepuluh tahun."

    BalasHapus
  8. Jadi tertarik pingin baca. Trims ya udh ngereview novel ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe sama sama mba Rio..
      Ditunggu pdf nya nanti aku share hehe

      Hapus
  9. Aku sudah baca buku ini...
    Sayangnya secara penyampaian ceritanya kurang telling..

    Anyway bagus untuk pengayaan hati

    BalasHapus
  10. Jadi ingin baca, ada e-booknya mbk?

    BalasHapus
  11. Jadi ingin baca, ada e-booknya mbk?

    BalasHapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...