Sabtu, 09 Desember 2017

Ku Kecewa

Dulu ...
Saat pertemuan yang dinanti telah saling menemui.
Aku bagai anak lilin yang lahir dari sisa perciknya.

Kemudian,
Ada secercah rasa yang menawarkan indahnya.
Akupun terpaut.
Manis, manja tutur katanya.
Iya, aku mulai terpesona.

Pada malam yang kurasa tak lagi kelam.
Pada lirihnya yang tak lagi hening.
Dan pada senja,
Yang kini saling mengadu warnanya.

Namun ..
Pada akhir ini, ku tahu.
Itu hanya dahulu.
Saat tanganku kembali terulur menyadarinya.
Semua kembali menjadi seperti sediakala.

Aku tahu.
Aku pernah mengagumimu sebegitu dalamnya.
Mengharapmu sebegitu besarnya.
Dan merindumu sebegitu beratnya.

Tetapi kan ku akhiri.
Ku akhiri kisah yang pernah ada.
Membiarkanmu menjadi abu kenangan.

Aku berhenti mengagumi.
Aku berhenti bersedia menawarkan hatiku.
Bukan atas hadirnya.

Hanya ....
Aku merindumu lebih dari apapun.
Namun, kau mengubahnya menjadi kepingan.
Yang kini, tak mampu lagi kusatukan secara utuh.

Aku kecewa, menikmatimu dalam diamku.
Aku kecewa, mempercayakan hatiku dalam genggammu.
Aku kecewa, tatkala kau ubah kata menjadi ejaan yang kau urai.
Padahal jelas, hal itu telah ku rangkai dengan susah payah

Aku semakin kecewa, karna kemarahan ...
Benci dan kemuakan.
Tak mampu terlampiskan.
Sementara kau selalu berkata, "Hanya aku."
Bagaimana mungkin?
Jujur, ku kecewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...