Selasa, 26 Desember 2017

Cinta Tak diRestui

Hasil gambar untuk cinta tak di restui


Sebuah kegelisahan yang menghantui diri, dari seribu harap yang hampir kembali. Seutuhnya yang telah terpatri, bagai tonggak lilin menyangga gelap.

Dalam kedamaian seorang diri, ibarat naluri menjuarai hati. Sekeping harap berbunga dan berkembang, lalu luluh lantak bak ironi sebuah negeri. Hancur berkeping tak bersisa.

Ingin ku teriakan, pada diri atas sihir yang mengahalau pribadi. Namun entah bagaimana, nyali menjadi mati hampir menyakiti diri hingga sisakan emosi.

Dengarlah ... Nyanyian bunga yang mengagambarkan ironi-ironi harap sebuah janji. Yang tinggalkan sepasang insan, pada ketentuan berlakunya keadilan.

Mungkin jua yakini, tentang penantian dalam kebersamaan. Namun, kan sirna diterpa tak berestuan. Simfoni-simfoni alam memeluk hangat, menarik jemari menggenggam erat, menyimpan memori tinggalkan sajak. Sajak kenangan yang mungkin tak terganti.

Ku memang pecundang sejati, melepas kepasrahan dalam diri yang berbalut ingin, bermuara pada harap, lalu memilih pergi tinggalkan cerita bersama restu yang tak lagi didapat.

Hening tak bersuara, pengap tak bersenyawa. Keputusan singkat tinggalkan cerita, tanpa pamit permisi. Kan ku bawa, meski luka bertahta, sementara harapnya sirna tak terkata.

Kebersamaan di ujung tombak derita, ciptakan kisah yang tak lagi di dera gejolak rasa. Tinggalkan tanya yang tak lagi punya jawaban. Jera nan lirih membalut hati, mengiris pilu menuai tangis.

Akhir yang tak pernah terfikir, karna secuil salah yang tiada maaf. Tak lagi peduli, pada pengertian diri menggambarkan hati. Merah jambu menjadi sembilu, jua berlabirin. Buntu tak temu cara lain, hanya kepergian peralih nominasi pilihan.

Mohon, sadarkan harapku dari tarik ulur jiwa yang bergelut pada ingin. Hentikan cerita, pada seutuhnya kisah yang sempat sempurna. Biarkan ku tulis takdir seorang diri, sebagai pecundang sejati yang ditentang. Ku telah menyerah.


#OneDayOnePost
#TemaInspirasiLagu


10 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...