Minggu, 14 Januari 2018

Alea : Denting Waktu (Part 4)

Hasil gambar untuk denting waktu
Sumber gambar: https://starstory94.wordpress.com

Aku hanya pergi tuk sementara,
Bukan tuk meninggalkanmu selamanya
Aku pasti kan kembali pada dirimu,
Tapi kau jangan nakal,
Aku pasti kembali ... (Pasto, Aku Pasti kembali)

Alunan nyanyian mendayu menghening cipta, suguhkan suasana hangat akan kerinduan hadirnya. Melontang hasrat, melintang harap. Jiwa yang termangu pada nyata yang hampir pupus.

"Ah, tetiba kangen dia?" sadarnya pulihkan lamunan. "Empat tahun lalu, saat perkenalan itu, Julio. Aku masih disini berharap kamu datang lagi, tapi rasanya itu gak mungkin." Terbesit dihatinya akan lelaki yang pernah memberinya harap menanti.

Sesak terasa penuhi dada, gadis itu kembali termenung pecahkan derita. Hanya ia ingin, membebaskan hatinya dari keterbelenggu harap akan hadirnya. "Julio, aku tidak bisa terus berharap padamu. Sementara kini, Kak Peu selalu ada." Desahnya, menggerutu hati.

***

"Alea, handphonemu bunyi." April mengingatkan.
Namun Alea, masih terdiam.
April meliriknya, "Lea ..." panggilnya.
"Eh, iya. Kenapa, Pril?" tanya Alea gelagapan.
"Tuh daritadi handphonemu bunyi," April mengisyaratkan dengan bibirnya yang sedikit dimonyongkan.

Mimik diwajahnya menyemburat tawa, terlihat dari tertariknya ujung bibirnya yang manis. Matanya yang simpankan keraguan, kini halaukan kenyataan.

"Hi, apa kabar?" pertanyaan sederhana terpampang jelas dipesan ponselnya. Pertanyaan yang mungkin dinantinya setiap hari, meski kini rasanya tak lagi sama.

"Aku, baik." Jawab Alea singkat. Ia merasa sesuatu menjadi asing, kala jumpa terakhir hampir empat tahun itu, menyisakan keterasingan di antara keduanya.

Meski tak lagi menggebu seperti harapnya. Hanya saja, Alea menjadi biasa tiada kabar tentang dan darinya, meski masih tak menutup kemungkinan akan harapnya yang mungkin kan kembali.

Masih, ia mengingat pesan yang tersimpan, dalam lagu Pasto yang sempat terekam. Meski, ia menyibaknya dari harap yang mungkin berlebih. Sebab kini, hatinya temukan kenyamanan kala jumpa dengan Kak Peuchan, lelaki yang belum lama dikenalinya.

"Cie, Alea. Pasti Kak pisang, tuh." Sergah April mengira.
Alea tersenyum, "ah bukan, sok tau kamu."
"Bukan?" mimiknya kaget jua heran. "Lalu, siapa?"
Alea memandang April dalam-dalam. Ia tersenyum. Dalam hatinya senang, juga hambar bercampur seperti aroma kopi yang baru saja dituang.

Dadanya bergemuruh, berkecamuk tentukan pilihan. "Mengapa hadir kembali, saat aku telah pulihkan harap akan hadirmu, Julio?" hatinya mulai bergumam, bukan tak ingin lagi mendapatkan kabarnya. Hanya saja, hatinya menjadi kelu sebab harap akan hadirnya, pernah ia tepis dengan hadirnya Peuchan.

Ia menolehkan pandangannya kearah jendela, menujukan matanya kearah tepat diluar. "Jangan tawarkan aku dua pilihan, yang tidak bisa aku memilihnya." hatinya bertekan demikian. Sebab ia terobsesi akan janji harap yang pernah diberi Julio, sementara ia pun merindunya. Namun disisi lain, ia menyimpan rasa lebih pada Peuchan.

"Ku mohon, hentikan harap ini tanpa pernah merasa sakit." hatinya kembali menggeliat mencari kebenaran. Sementara sadarnya, masih termangu menatap ke arah jendela yang kini mulai berkabut akibat rinai hujan yang menghujam turun.



#Days4
#30DWC
#OneDayOnePost

6 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...