Selasa, 23 Januari 2018

Kasih Tak Sampai

Hasil gambar untuk kasih tak sampai
Sumber gambar: wattpad


“Ku mohon, Pak.” Pinta Talia dengan memohon.

“Nak, kau masih ingat, bukan?” ayahnya kembali mengingatkan, “dahulu …” matanya terpejam sebentar, dalam bayangnya teringat kenangan masa kecil, “nenekmu meninggal karena sikap radikalisme dari penjajah. Semburat bau anyir dari tubuhnya akibat darah dari serangan musuh itu, tepat diwajah bapak.” Ia menghentikan ceritanya, lalu kemudian menelankan air liur ditenggorokannya. “Dan nenekmu meninggal ditempat, sementara bapak kehilangan jejak kakekmu. Lalu bagaimana mungkin bapak kan restui hubungan kalian berdua. Sementara kamu tahu, bahwa bapakmu ini anti-Belanda, Nak. Kamu bahkan ingat itu, bukan?” lanjutnya.

“Tapi, Pak …” Talia masih berusaha untuk memohon restunya. “Tidak semua orang Belanda, demikan bukan?”

Bapaknya pun hanya terdiam.

Sang ibu memandangnya, mencoba memulai pembicaraan. “Pak … apakah bapak ingat? Dahulu kakek pernah mengatakan, bahwa ajarkan kepada anak perihal kejujuran. Jangan pernah memaksakan perihal hati, karena hati apabila dipaksa, ia justru membiru membabi buta. Apakah sekarang bapak mau membiarkan, putri kesayangan bapak ini, menangis tersedu karena restu yang tidak didapat dari bapak?” jelasnya.

Ia menoleh, matanya menandakan pertimbangan. “Tapi, Bu ….”

Ibunya mengangguk, “kita pun pernah muda, Pak.”

“Baiklah, Bu. Kalau memang ibu menjamin.”

Seulas senyum dibibir Talia mengambang, menandakan bahwa kini restunya sudah didapat. “Terimakasih, Pak. Terimakasih, Bu. Talia sayang bapak sama ibu.” Diraihnya kedua tangannya, diciumnya tepat pada punggung tangan keduanya.

***

‘Tuk, tik, tak, tik, tuk.’ Suara sepatu kuda pun terdengar dari arah luar, keluarga Talia pun segera menemuinya. Dilihatnya Pak kusir bersama lelaki bernama Egidius, asal Belanda. Dengan pakaian yang sangat rapih. Perpaduan Belanda dan adat sunda membaur haru, meramaikan ruang tamu yang serba biru.

Ramainya suasana memberi kesan yang tak bisa dilupa, Egidius, lelaki campuran Sunda-Belanda itu nampak terlihat gagah dengan baju kerahnya. Ia mengenakan baju kemeja putih, juga jas hitam seperti halnya seorang mempelai pengantin pria. Kulitnya yang bersih juga putih, membedakannya dari yang lain.

Disisi lain juga, Talia dengan pakaian sundanya terlihat lebih anggun serta ayu. Parasnya yang memang cantik, seakan-akan memang berjodoh apabila disandingkan dengan Egidius. Secara kulitnya pun putih berseri.

Acara lamaran itu pun segera dimulai, suasana berbeda nampak terlihat sekali. Perpaduan dua Negara, serta dua adat. Suasana mendung seakan memberi kesan khidmat keduanya.

“Talia ….” Panggil sang ibu.

“Iya, Bu. “ Jawabnya.

“Talia …” teriak ibunya. “Bangun! Siang-siang ngigo.” Jelasnya.

Ia pun segera bangun dengan teruyung-uyung,serta kaget. “Aduh, Ibu … Kenapa bangunin teteh sih? Tuh kan gagal nikah lagi.” Jelasnya.

“Ya Allah … Siang-siang mimpinya nikah. Bangun, bangun. Sana mandi! Itu lihat iler ntos dipipi. Dasar jorok, maneh teh jadi awewe.” Ujar ibunya dengan nada sedikit meninggi.


“Oh my prince, kapan kita bertemu?” sergah Talia, yang justru mengambil poster gambar Egidius dilemarinya. Ia pun mengarsir gambar lainnya yang berdamingan dengan gambar Egidius. Harapnya, agar ia dapat fokus memandang Egidius seorang diri.

*selesai.


#Day13
#30DWC
#OneDayOneOdop

12 komentar:

  1. Balasan
    1. ceritanya si Egidius itu orang terkenal,
      lagi demam egidius critanya,
      anggaplah dia pemain drakor hahaha

      Hapus
  2. Oalaaah... ngimpi siang bolong

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. Iya mkanya mba wid, hahaha
      Trlalu berharap jdi kbawa mimpi, alhasil jdi bgtu deh haha

      Hapus
  4. Twistnya dapet sekali, luar biasa

    BalasHapus
  5. Kode banget siiih mak ceritanya. Aku suka...aku suka....

    BalasHapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...