Jumat, 12 Januari 2018

Pribadi Yang Bermanfaat

Hasil gambar untuk pribadi yang manfaat untuk orang lain


“Jadilah pribadi yang bermanfaat untuk orang lain.”


Nasihat terakhir yang saya dengar dari bibirnya yang kini terkatup rapat oleh keabadian. Nasihat yang mungkin terdengar sederhana, namun tersimpan amanah yang mungkin berat untuk dilakukan.

Terlebih jika kita melakukannya tidak dengan hati, bukankah hati akan sampai kepada hati?

Menjadi bermanfaat untuk orang lain??

Mungkin terbesit dalam hati kita pertanyaan-pertanyaan; seperti apa? Bagaimana bisa menjadi manfaat untuk orang lain, untuk diri sendiri saja masih tidak adil? Bagaimana memulainya? Dan yang lebih parahnya, tunggu nanti saja kalau ada rezeki lebih?

Betapa kata-kata itu terucap biasa, tapi ketahuilah bahwa kita telah mendustakan janjiNya. Bukankah yang memberi rezeki itu Allah? Bukankah yang mencukupkan kehidupan itu juga Allah? Kita hanya diminta untuk berusaha. Allah berfiman: “Hai manusia, ingatkah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?’’ (QS. 35:3)

Menjadi bermanfaat untuk orang lain, tidak melulu harus dengan nominal uang. Apalagi menunggu menjadi pahlawan, baru hati bergerak, bukankah kematian tidak memandang status. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani: “Dari Ibnu Umar, Nabi S.A.W bersabda; Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia.”

So, menjadi bermafaat untuk orang lain tidak perlu menunggu menjadi hebat terlebih dahulu, kita bisa memulainya dari membuat orang lain tersenyum, mengenyangkan yang lapar, mengangkat kesulitan orang yang kesusahan, sungguh ini keutamaan yang lebih baik dari melakukan ibadah i`tikaf di Masjid Nabawi sebulan penuh. Dalam syair abunawas berkata; “Apapun yang kita punya berikan, walaupun hanya sekedar senyuman.”

Maka, yang ditetapkan adalah kemauan diri untuk memulai. “Hal jazaa`ul ihsaani illal ihsaan, bahwa tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)”. Jika apa yang kita lakukan justru mendapatkan cibir, maka jangan lantas berhenti untuk terus menebar kebaikan, jika tidak didunia, maka Allah beri kebaikan di alam akhirat. Bukankah itu yang lebih mulia?

Yang terpenting dilakukan atas dua hal dasar, yaitu: Ikhlas dan Sabar. Sebab ikhlas, akan menumbuhkan cinta baru untuk tetep teguh berada di jalanNya. Bukankah lelah karena tidak Lillah? Maka meluruskan niat karena Lillah, menjadi dasar utama dikuatkan hati. Juga sabar, sebab ikhlas dan sabar adalah dua hal yang berdampingan dalam meneguhkan jalanNya.

Semoga tetap diteguhkan dalam menebar kebaikan. Aamiin.


#Days2
#30DWC
#OneDayOnePost

14 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...