Jumat, 19 Januari 2018

Kidungan


Aku, kecoa yang menjijikan. Mengitari di setiap sudut ruang bahkan jalanan. Tempat yang kumuh, jua bau. Jauh dari kata-kata kesayangan.

Para wanita selalu menyambutku dengan jerit,  bukan senang seperti menemui idola. Tubuhku tipis, kakiku berbulu halus, kulitku hitam kemerahan setelah hampir jingga.

Aku, kecoa yang menjijikan. Namun, aku tahan banting. Aroma tubuhku bau. Aku adalah musuh wanita.

Indra ku tajam, kelebihan yang tidak dimiliki hewan lain. Aku mencekam rasa takut, dari energi manusia yang menjijikanku. Aku terbang dengan sayap tipis, menghampiri orang-orang phobia.

Aku, kecoa yang menjijikan. Hidup beratusan tahun, tahan dari keadaan apapun. Badai topan, tsunami maupun gempa bumi.

Aku, tahan virus jua bakteri. Hidupku ditempat yang kotor, jauh dari kenyamanan untuk manusia. Tapi karna ini, aku bertahan hidup ratusan tahun.

Aku, kecoa yang menjijikan. Tak menyisakan cerita yang mengasyikan. Tersibak karna rasa jijik jua bau. Tak mengapa, ku dibanting. Namun, kami kan kembali merekah dari tanah karena sikap setiap insan.

Aku, kecoa yang menjijikan. Terlahir atas sikap manusia yang lebih menjijikan.


#Day9
#30DWC
#OneDayOnePost


Perbedaan antara manusia dengan hewan adalah penggunaan dua fungsi indera yaitu mata dan telinga, serta fungsi hati (Qalbun) dan pada ayat lain disebutkan fungsi akal. Pada hewan semua fungsi tersebut (mata, telinga dan otak) hanya digunakan untuk kepentingan perut dan organ (satu kilan) di bawah  perut, sementara pada manusia seharusnya lebih dari itu yaitu untuk kepentingan isi dalam dada (hati) ke atas sehingga memiliki daya guna secara kemanusiaan. Nah ketika fungsi instrumen pada manusia tersebut tidak digunakan maka wajarlah, dalam bahasa Al Qur’an, manusia disamakan dengan hewan ternak bahkan lebih dari itu buruknya (melebihi dari perilaku hewan).

Allahu ta'alla 'alaam.

6 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...