Selasa, 16 Januari 2018

Lirih Hujan



Langit gelap, sembunyikan sinar mentari. Atau mentari yang enggan menampakkannya? Entah, aku tak ingin mencari tahu.

Surau-surau di tempatku, mulai mematikan lampu pijar sepanjang lorong. Bukan membiarkannya menjadi tambah gelap, hanya saja menghemat daya listrik. Tak sekedar itu, sebenarnya hanya karena suasana.

Dingin peluh memeluk lirih, membekas imaji ciptakan ilustrasi. Pori-pori meronta memanggil hangat, sementara detik waktunya menyita luruh energi.

Detik jam dinding terdengar, seakan memberi tahu bahwa ia telah pukul enam. Namun, aku masih bersenggama dengan ranjangku, berpeluk mesra dengan selimut kesayanganku. 

Masih, dingin sedari senja menyebar seperti virus. Singgahkan energi tuk menyambut hari baru. Namun nyatanya, seperti desir di padang tandus.

Masih, ku sembunyikan wajahku dibalik selimut. Saat tangan lembutmu meraba halus, punggungku. Saat lentik jemarimu, mulai menggelitik ketiakku. "Bangun!" Ujarmu berbisik ditelingaku.

Tapi ku hanya diam, pura-pura tertidur. Ku tahan senyum untuk mencari perhatianmu. Dan kembali, jemarimu mengusili diriku. Mengganggu hibernasiku. "Bangun!" Kamu ucapkan kembali kata-kata yang sama, kali ini bersama kaki yang mulai menopang dikaki ku.

Aku menggerutu, "aku kan bangun, berat badanmu sungguh berat." Namun, ia hanya mendengar lirih, "seperti orang kesurupan." Jawabnya. Aku pun tersenyum, kupaksakan mataku terbuka melihat keusilannya.

Ku buka pelan selimut yang sedari tadi menutupi wajahku, dan kutemukan wajahnya menatapku dibalik selimut. Aku tersipu dipandangnya, kutarik hidungnya yang sebenarnya tidak mancung itu. "Anggaplah itu hukuman karena sudah mengusiliku." Jawabku manja.

Ia pun tidak terima dengan ulahku, ditariknya selimutku. Ia mencoba meroleh pinggangku, untuk mulai menggelitikan tangannya. "Dede mah dendam pokoknya, habis ante yeyen ama dede." Ujarnya.

Sementara aku, aku dibuatnya tertawa karna rasa geli yang ia buat di pinggangku. "Ah dasar, ponakan nakal!" kataku kemudian. Hahaha


#Days6
#30DWC
#OneDayOnePost

8 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...