Sabtu, 20 Januari 2018

Takdir Berkata Lain

Hasil gambar untuk cinta kau bawa mati
Sumber gambar: hipwee

Hening berkalut membalut sunyi, hanya riak air meyamai sepi. Si inspirasi singgah di palung hati, yang sempat dimiliki sebagai kekasih hati. Tawanan diri yang dirindui, memikat dengan penuh arti, dibalik rimbun akan ego pada diri.

Sejuk melambai tersapa angin, mengitari imaji sesosok insan. Daku puja yang hadirkan nyaman, dalam hati yang tersimpan angan. Bak melodi yang dialunkan pelan dalam simphoni kehidupan. Rinai hujan hadir dengan sopan, menyambut mesra kau , wahai pujaan.

Memeluk erat selepas penat yang hampir mengikat. Terikat akan tirakat yang ku buat, bersamu di malam yang pekat. Selepas janji yang terikat di hari jum`at. Meski kini, tak ingin ku ingat. Cukup hutan saksi bisu yang menguat, akan janji yang tak pernah terungkap.

Engkau yang kucintai, bilamana kini takdir tak membersamai. Sudikah kiranya, kau menanti dalam abadi? Menunggu diri yang terlanjur mencintai, hingga tak bersisa tinggalkan naluri. Atau  biarkan diri kau bawa lari dari mimpi yang sudah terpatri.

Kini ku simpuhkan diri bersama abadimu, didekat papan bertuliskan namamu. Nama yang kini menjadi pengenalmu. Peti mati yang terpampang didepan diri, memberi hari yang kini terpenjara sepi. Semoga kelak kau kan sadari, cintaku tak pernah mati. Meski tangisku, kini tiada lagi berarti. Sebab kau sudah tiada lagi.



#Day10
#30DWC
#OneDayOnePost

16 komentar:

  1. issh, mantap euy.. puitis nya bgt. bisa nulis spt itu gmn caranya mbak Ren?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di ajarin sama paket yg puities dan balerlicious.Hahaha

      aku juga gatau mas knapa bisa jadi bgtu hihihi

      Hapus
  2. Aku suka gaya penulisannya mb rene, keren bgt.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trimakasih ka ilmi, tulisan ka ilmi juga gak klah keren

      Hapus
  3. Irene selalu khas dlm nulis, Rima nya suka banget saya, lanjutkan dek

    BalasHapus
    Balasan
    1. trimakasih mba ayu. entah ini khas nya ren atau bukan mba hihi

      Hapus
  4. Balasan
    1. tulisan kak naura juga keren, trimakasih sudh singgah ditulisak acak" ini hehe

      Hapus
  5. kak Rene, saya suka puisinya :)
    Pilihan diksinya indah dan menyentuh hati.

    BalasHapus
  6. lebih tepatnya, ini prolis bunda. :) terimkasih sudah mampir :)

    BalasHapus

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...