Disebuah sekolah bernama SMK Darussalaam, tengah mengadakan wisuda perpisahan kelas XII. Ada Kartini, cewek tomboy dengan rambut panjang yang selalu diikat gelung. Tak lupa pula ia selalu melipat lengan bajunya hingga sesikut tangannya. Gadis itu bahkan memilih mengenakan celana ketimbang rok seperti wanita yang lainnya.
“Ih gila saja, ngapain sih mesti pakai kebaya.” Kartini mendumel.
“Lho bagus lah. Gue pengen lihat loe
pakai kebaya.” Timpal Anis dengan sedikit terkekeh.
Lisa memotong, “loe itu sebenernya
cantik, Kartini … ya, hanya saja … loe terlalu
cuek sama diri loe sendiri.”
“Alah … loe pada emang sengaja.” Jawab
Kartini.
***
Hari perspisahan itu pun tiba, ia
menyadari bahwa tidak semua pertemuan dapat memberikan cerita yang abadi. Sebab
yang abadi adalah Illahi Rabbi. Dan selalu ada perpisahan setelahnya.
Hari itu, tepatnya hari Sabtu.
Sorak teriakan para siswa menggema
hingga ujung sekolah, antara tentang degup akan hasil ujian jua sebuah
perpisahan. Tapi tak berhenti disitu, justru mata mereka tertuju pada sesosok
gadis manis yang sangat-sangat anggun.
Para siswa laki-laki, mereka
berhamburan keluar seperti baru saja
terkena bencana untuk sekedar melongok siapa gadis yang tengah menjadi buah
bibir dijagat sekolah itu. “Eh … eh, ada apa lari-lari?” Fian mencegah teman-teman
yang lain.
Beberapa orang menghiraukannya,
meski ada yang menjawab; “ada cewek, cantik banget ka.” Jawabnya polos.
Fian kembali menghiraukan. Segera ia
berlalu dari depan ruangan kelasnya menuju kantin.
“Hai, Fian.” Heri menyapa. “Kau
tahu, Fian?”
“Tau apa?” jawabnya tanpa basa-basi.
“Kartini, hari ini cantik banget.”
Fian tersedak, uhuk. Ia segera
mengambil segelas air minumnya, diteguknya pelan. “Apa? Loe kaga salah? Seorang dia doang loe percaya.”
“Gue, se … se ….” Ia tetiba menjadi
gagap kala matanya tertuju pada sesosok wanita yang tengah dibicarakannya.
“Se, sa, se. Ngomong yang jelas loe.”
Jawabnya sedikit tak ramah.
Heri pun dengan memaksa membalikkan tubuh sahabatnya. “Itu,
Kartini.” Bisiknya tepat ditelinga.
Fian pun terkejut, hingga menelan
air liur. Matanya terbelalak, hampir tak terkendali. Kartini, cantik sekali. Benarkah ini, Kartini? Hatinya berbisik
mencari pembenaran. Hahahaha. Fian
menertawakan pakaiannya Kartini. “Eh, Kartini. Loe itu gak pantes pakai rok, apalagi pakai seragaman baju kebaya seperti itu.” cacinya.
Wajah Kartini mulai memerah, mungkin
emosinya kembali bangkit setelah hampir tunduk. “Apa loe bilang? Gue juga gak
suka pakai begini. Ribet.” Jelasnya dengan sedikit kesal.
Meski dalam hatinya ia mengatakan; keterlaluan, untuk lelaki itu. ia
berusaha menyapanya dengan senyum, namun justru penghinaan. Menurutnya.
Akhirnya ia pun memutus tuk pergi,
sementara derai air mata basahi pipinya yang tirus.
***
Kartini mengusap album tua yang kini
telah berdebu, mendekapnya erat. “Ini adalah sebuah balada
rindu mencintamu dalam diam. Tanpa loe
pernah tahu bagaimana perasaan gue
yang sesungguhnya. Dan kali ini, gue cuma
berharap bisa ketemu lagi sama loe,
Fian. Gue sudah meninggalkan pakaian tomboy gue.” Ia tersenyum, tanpa disadarinya,
air matanya terjatuh akan rindu yang kini datang bertamu.
(TAMAT)
#Day20 #30DWC
#OneDayOnePost
Dan benar kata Dilan rindu itu berat
BalasHapusBiar Dilan yang nanggung Mba haha
HapusAh... diam-diam. Hiks
BalasHapusKalo ketahuan kan malu hikshiks
Hapusah cinta dalam diam memang rasanya serba salah 😂
BalasHapusHo oh, agak" nyesek gimana gitu hahaha
HapusRindu yg merindu....
BalasHapus^^
Hngga menderu, sisakan haru sebab merindu yg kini tiada lagi bertemu *eh hahaha
Hapusbegitu ya. cidaha (cinta dalam hati) 🙈
BalasHapuskelamaan dipendem hahaha
HapusGemes euy sama si Fian 😌
BalasHapusEnaknya kita apain nih ka? haha
HapusUhuk uhuk...
BalasHapusMinum mba wid hihi
Hapus