Cita, cinta dan mimpi.
Tiga hal yang tidak bisa dipisahkan begitu saja. Menurutku, ketiganya
selalu terikat tak terpisah. Cita-cita memberi
cinta, sebab cinta akan memintamu lebih untuk rela berkorban. Disini, ia
berperan sebagai asa mewujudkan cita-cita.
Lalu kemudian, cinta memberi mimpi. Mimpi yang mungkin kau kan mengerti
setelah cinta telah terpatri pada diri. Sebab ketika cinta, maka ada sebuah
harapan baru yang tersimpan pada mimpi sehingga kembali menumbuhkan asa tuk
menggapainya.
Lepas itu, cita dan mimpi. Terdengar sama, namun nyatanya berbeda. Sebuah
kehendak dalam fikiran yang menginginkan kewujudan namun juga dapat dirasakan.
Tertulis hari ini, 30 Desember 2017. Hari sabtu.
Hanya sisakan hitungan jam tersisa di detik pergantian tahun baru menuju
2018. Jika Allah mengizinkan, semoga aku bisa menemui tahun itu. Tak berharap
banyak, semoga Allah membangunkanku dari tidur malam ini. (Aamiin)
Mengingat tahun lalu ada beberapa resolusi juga impian-impian ku yang
terpanjatkan selalu setiap doa, kini aku mengingatnya kembali sebagai catatan
mimpi yang tertulis di hati lalu terlukis dalam catatan kecil blog ini.
Suka, duka, cita, tangis, tawa, perjuangan, harapan, kecewa, bahagia,
putus asa, rancu. Ah sudahlah, aku rasa semua telah terjadi. Menyisakan tangis,
namun juga tawa. Jika semua dapat tergambarkan hanya melalui pensil warna,
mungkin warnanya hanya ada abstrak. Tak ada yang lebih dominan.
Resolusiku saat itu, tak
bermuluk-muluk. Aku hanya ingin menjadi bermanfaat untuk orang lain. Menebar semangat
juga tawa, menjadi seorang aktifis.
Masih teringat jelas, dalam ingatan. Bulan pertama di tahun 2017, dokter
memberi klaim mencabut masa vonis ku dari sakit yang menyerangku setahun
belakangan. Itu sebabnya resolusiku hanya mengingankan menjadi bermanfaat untuk
orang lain.
Bulan kedua, bulan Februari. Aku diberi kejutan, dengan tawaran
pinangan. Namun, takdir ternyata berkata lain, ta`aruf pun aku hentikan. Entah perasaan seperti apa yang
harus aku ekspresikan.
Bulan ketiga, bulan kelahiranku. Setelah mendapat kabar baik untuk
kesehatanku. Tetiba kecintaanku menulis, kembali menyeruak. Aku menginginkan
dan mengharuskan diriku sendiri untuk mempunyai buku sendiri, tepat diusiaku
yang genap 20 tahun.
Bulan keempat, entah perasaan yang seperti apa harus ku gambarkan. Menjadi
korban penipuan orang, selang beberapa hari adik sepupu menikah, dan dua pekan
setelahnya kakak sepupu kembali ke rahmatullah. Kejadian yang terasa amat pilu,
berdekatan dalam bulan yang sama.
Bulan kelima, Allah memberiku jawaban dari istikharah yang aku lakukan
setiap hari. Mungkinkan ini hadiah, dari ikhlas melepas hadirnya? Dan aku
meyakini, bahwa itu iya. And happiness. Aku juga jadi relawan pengajar disebuah
yayasan panti asuhan, sebuah mimpi sederhana yang sedari dulu aku inginkan.
Bulan Juni, ramadhan dan hari raya. Sesuatu yang selalu di nanti para
anak rantau.
Bulan Juli, jika boleh berkata benci. Maka aku kan teriakan ini dibulan
Juli. Namun, aku pun sadar. Semua terjadi atas kehendakNya. Orang yang paling
aku sayang, lelaki yang paling aku cinta, dan cinta pertamaku, iya dia adalah
Ayah. Ayah dipanggil Sang Khalik,
saat rinduku masih menjamah lara dipecundangi dunia. Dihari yang sama pula,
kembali menjadi korban penipuan. Uang ku, dia bawa kabur. Bermaksud membantu
dengan tetap berkhusnuudzon, namun nyatanya salah. Aku menghiraukan, setelah
mengurus proses pemakaman Ayah. Kembaliku selesaikan permsalahanku. Dan tak ada
satu anggota keluarga pun yang tahu.
Bulan September, hatiku mulai bimbang. Jika Allah mengizinkan, maka sisa
kesempatan untuk mendapatkan buku sendiri adalah enam bulan. Waktu yang masih
lama, namun jua cukup dirasa cepat. Namun, Allah memberi kejuatan lain melalui
salah satu member di grup hafalan Hafidz
On The Street (HOTS) yang aku bina. Ia memberi info sebuah komunitas
bimbingan menulis dengan nama One Day
One Post (POST). Akhirnya tanpa berfikir panjang, aku pun segera mendaftar
dan diterima dua pekan setelahnya.
Bulan oktober hingga sekarang, aku aktif di HOTS. Dan mulai merutinkan
kegiatannya, pulang-pergi Cibinong-Bintaro setiap 2-3 kali dalam sebulan. Memang
mungkin bisa dikatakan bukan seorang aktifis, namun dirasa padat. Karena setiap
hari libur pun selalu ada rencana keluar untuk mengisi acara. Alhamdulillah, mendapatkan
teman-teman yang shalih-shalihah, mendapat ilmu baru dari ukhuwah yang
terjalin. (Semoga diriku pun menjadi bagian didalamnya. Aamiin)
Bulan lalu, email masuk dari sebuah penerbit. Alhamdulillah, dengan seizin
Allah pula. Tulisan saya lolos seleksi, dari hampir 500 peserta yang mendaftar.
Kini bukunya dalam proses penerbitan, jadwalnya di undur hingga bulan depan.
Aku merenungi diri, mimpiku terwujud. Buku itu keluar di usiaku yang
ke-20 tahun. Seketika senyumku mengambang, meski hanya sebuah buku analogi. Meski
bukan sebuah pencapain yang tinggi, hal itu justru menjadi motivasiku terus
bertahan di komunitas ODOP ini. Terimaksih ODOP, memberi jembatan dan mengembalikan
kepercayaan diriku yang hampir hilang.
Kejutan-kejutan indah, meski tak luput dari sedih yang masih membalut. Semoga
dengan ini, jalan saya menebarkan kebaikan dapat lebih luas lagi. Semoga. 😊
#OneDayOnePost
#TantanganFiksiODOP7
#EvaluasiImpian
#OneDayOnePost
#TantanganFiksiODOP7
#EvaluasiImpian
Hidup selalu penuh warna, ada suka dan ada suka
BalasHapusSemoga tahun 2018, pencapaian kita lebih baik dan Alloh selalu memberikan kita kesempatan agar selalu bermanfaat bagi orang lain.Aamiin
Aamiin.
HapusBarakallahu fii umrik mba wid 😘
Wahh Alhamdulillah ya resolusinya hampir tercapai semua..
BalasHapusAlhamdulillah :)
Hapuskuncinya cuma ikhlas hihihi
Alhamdulillah mau punya buku, mba reen
BalasHapusJadwalnya di undur thun dePAn mba..
HapusSelamat ya cita" bnyk yg trjwb
BalasHapusIya pak, trimakasih
HapusAlhamdulillah
Citacitanya sdh bnyk yg terjawab
BalasHapus