Jumat, 10 November 2017

Pentingnya Bertabayyun

Sebagaimana yang telah dikatakan banyak orang, setiap orang memiliki pandangannya masing-masing, baik buruknya penilaian hanya tergantung dari mana sudut pandang kita memahami. Iya memang, tetapi semua kembali kepada kebenaran.


Misalnya, sebuah berita. Banyak sekali spekulasi-spekulasi mengenai hal itu, entah benar atau sekedar hoax, atau mungkin hanya sekedar meyakini berdasarkan "Katanya" yang kemudian cepat menyimpulkan, lalu menjudge sesuai apa yang Ia ketahui dan menyebarkannya begitu saja tanpa bertabayyun (mencari kebenaran suatu fakta dengan teliti) terlebih dahulu.



Untuk yang berbasis media sosial, rendahnya literasi menjadi salah satu penyebabnya. Padahal yang demikian bisa kita cegah, dengan cara Undzur (lihatlah, amatilah), mencari sumber yang benar, tak lupa mengajaknya diskusi. Karena jika lemah terhadap kesadaran akan tiga hal tadi, maka yang terjadi adalah timbulnya fitnah.



Jika kabar itu bohong, maka kita telah berdusta. Apabila kabar itu benar, maka kita telah berghibah. Selain itu, jika kabar tersebut dusta, akan menimbulkan fitnah, karena jika kabar baik baru menguasai satu wilayah, kabar buruk sudah menguasai satu dunia.



Padahal Allah mengingatkan kita pada firmanNya, yang berbunyi:

 "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6)


Dimana ayat tersebut menjelaskan pentingnya bertabayyun, dan lalainya dari bertabayyun yaitu menimpakan suatu musibah pada suatu kaum, rusaknya jiwa dan harta tanpa jalan yang benar. Dan jika kita sadar akan manfaatnya bertabayyun, maka hal demikian dapat menimbulkan kasih sayang, ketentraman jiwa, menjaga lisan dari ghibah, menjaga silaturahmi, mendapatkan informasi yang valid juga menjaga dari suatu penyesalan.



Maka dari itu, bertabayyun sangatlah penting. Sebab lisan, mata juga pendengaran menjadi saksi. Yang mana yang demikian itu, tidak hanya baik bagi yang menjadi objek berita juga baik bagi yang menyebarkan. Sebagaimana Allah berfirman:

"Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati. Semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS al-Isrâ’ 36)


Untuk itu, mari kita utamakan tabayyun, menjaga lisan, menjaga lingkungan tetap apik dan jadilah penjaga rahasia yang bertanggungjawab juga pendengar yang jujur. Sebab benih-benih fitnah timbul dari lisan yang tak terjaga, dan pendengar yang tak jujur. Media curhat menjadi salah satu penyebabnya, ketika banyak aib yang diketahui maka disitu semakin banyak amanah yang harus dijaga.



Semoga kita termasuk orang-orang yang menjaga amanah juga bertabayyun. Aamiin



Wallahu ta'alla 'alam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...