Jumat, 03 November 2017

Sahabat adalah Tim Sukses (Part #2)

Gambar terkait
sumber gambar: gaptekupdate.info

Waktu itu, langit begitu indah menampakan dirinya begitu sejuk. Mentari  tak lagi bersembunyi dibalik awan. Suasana kota terasa begitu ramai mendekati siang, sementara enam orang sahabat itu juga tengah asyik dengan pekerjaan dan hobinya.

Inda yang seorang guru SD pergi ke Sekolah lebih awal dari biasanya, Uliya pergi ke lapangan untuk berlatih Voli persiapan turnamen pekan depan, begitu juga Hera pergi ke tempat kerjanya menjadi seorang customer service yang membuatnya sering bertemu banyak orang dengan berbagai karakter. Sementara tiga orang lainnya memilih menghabiskan waktu di Rumah, Aim yang nganggur memilih untuk bermain social medial facebook, menstalking mantan-mantannya. Rahma kembali ke rumah, menjadi seorang tante dengan tiga keponakannya, dan tak tertinggal Khoti yang kembali ke Rumah mertuanya menjadi seorang menantu sekaligus seorang istri, maka wajar jika ia menjadi orang yang dengan ceplas-ceplosnya.

Pukul 10.45 WIB.
“Gue ada di Basecame, semua harus kesini. Ditunggu!” Uliya menulis pesannya di ponsel dan segera megirimkan ke teman genknya di grup WhatssApp yang mereka buat. Terkirim.
Beberapa menit kemudian.
“Oke, gue kesana setelah ponakan gue tidur” Balas Rahma “Kan masih jam segini, bukannya dia ada latihan voli yah” Tanyanya dalam benak.

Treng. Treng. Suara handphone Aim berbunyi. “Siapa yah, ganggu orang mau tidur siang aja” Gumamnya dalam hati kemudian segera mengecek Hp dan membacanya “Ngapain sih?” Tanyanya dalam hati “Ah biarin aja ah, gua mau tidur. Maaf ya Uli” Jawabnya sendiri dan memilih menghiraukan pesannya.

Sementara Inda dan Hera masih sibuk dengan pekerjaanya sehigga belum sempat untuk membuka handphonenya dan Khoti, lupa mencharge ponselnya karena disibukkan dengan pekerjaan rumahnya yang tak kunjung selesai-selesai.
“Iki piye sih jayn, dari tadi yo kaga selese-selese. Ripuh jayn” Gumamnya kesal. “Loh hape ku lobet, lali ngecas meneh. Huft!” Mengatur nafasnya.

Setelah menunggu lama hampir dzuhur seorang diri di basecame mereka, Uli terlihat seperti benar-benar kesal. Kesal karena sahabat-sahabatnya belum satu pun yang sampai, sementara dirinya benar-benar sedang dongkol hati dan butuh cerita-cerita.
“Kok pada lama dah, kesel dah inih” Lanjutnya menuliskan pesan.

Treng. Treng. Treng. Suara bunyi ponsel Hera, terdengar lebih panjang mungkin lantaran ponselnya baru saja di hidupkan. Ia menengok jam tangannya menunjukan angka satu lebih lima belas menit, sementara dirinya baru saja istirahat. “Loh Uli dari jam sebelas ada di Basecame, ngapain yah. Bukannya ada latihan sampai jam tiga sore” Dalam benaknya bertanya. “Ada apa Uli, gua masih di kerjaan, nanti kalo sudah pulang gua mampir ke Basecame” Jawabnya singkat.
Sedangkan Inda dan Khoti memilih hanya membaca pesannya, dan segera menemui Uli di Basecame.

bersambung ...

2 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...