Rabu, 08 November 2017

Sembilu sebuah Kisah

Dalam kerinduan diri menguji asa, memberi harap jua angan. Namun, ia tinggalkan tanpa jejak, meninggalkan keterperangahan naluri akan keyakinan diri.


Bak tertodong sembilu perih memilu, menyayat hati akan harap yang tak pasti. Bagai alunan sendu mengaka langkah dalam kesendirian.



Ia kini merajai ruang yang disebut hati, tinggalkan kisah yang disebut kenangan namun jua tangisan. Sedang harapnya berbalut kenyataan, membingkis senyuman, memberi kesan mendalam.



Jiwanya rapuh mengingat janji, matanya sayu mengingat temu, begitu pun lidahnya kelu tak tertata. Sayup-sayup tangisan mendominasi rona pipi, seakan memang kekejeman yang nyata.



Meringis tangis sampai naluri, suaranya purau menangisi takdir. Kisah yang hanya tinggalkan sebuah cerita, tanpa pernah bertemu akhir. Akhir sebagaimana yang menjadi harapan, menemui titik yang disebut kebersamaan.



Meninggalkan kisah pada sebuah cerita yang baru saja ia buat. Diawali janji yang ia buat seakan beri kepastian, namun mengakhirinya dengan titik menggantung seperti baru saja koma.


Hampir bahkan acuh terhadap apa yang dirasanya, kini hanya lirih tangis membersamainya tanpa pernah ia pedulikan lagi. Hanya berharap ia bahagia bersama pilihan hati, meski telah tingggalkan luka pada dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...