Kamis, 30 November 2017

Hujan akhir Bulan

Kala matahari masih menutup malu
Pada pekat hitam mendung pagi
Sunyi, lembut dalam alunan lirih dinginnya
Menyelimut ke dalam pori-pori yang sensitif

Terbangun akan aromanya
Pada ritme suaranya yang ramai
Bukan gemuruh yang menyalip ketakutan
Hanya bunyinya yang membangunkan

Mentari bersembunyi pada awan
Sementara sinarnya, bak enggan tuk menampakkannya
Apakah ia pun berkalut?
Hatiku bertanya.
Atau mungkin menjelma pada sebuah rasa,
Takdir dan mimpi ..

Ia berbunyi, tik ...
Seperti alunan ritme
Pada syimpony dipenghujung waktu
Sebagai tanda jarak terlihat nyata

Sisanya singgah pada sebuah dedaunan
Yang meninggalkan butir demi butir air
Dan menaruh bulir kesejukannya pada setiap Insan

Hadirnya menyamai kesendirian
Terselimutkan kehampaan akan kenangan silam
Hujan akhir bulan
Seperti titik simpul sebuah cerita
Akankah usai?
Atau justru kan terpatri menyambung cerita?
Hanya Ia dan Hujan yang memahami.

2 komentar:

One More

“Dek, dengarkan ini.” Ucapnya. Lalu aku terdiam, tunduk mendengarkan. Bukan terkadang membahas rasa, tapi ia tak pernah berhent...